PENULISAN
SOAL
Murwati
Widiani
Pengawas Sekolah
Dinas Dikpora Kabupaten Sleman
PEMBEKALAN PENYUSUNAN NASKAH SOAL
ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS) BERSAMA
SMP KORWIL SLEMAN BARAT
16 FEBRUARI 2016
A. Pendahuluan
Dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan, dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan secara barkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta
didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa penilaian yang baik dapat menciptakan pembelajaran yang efektif. Oleh
karena itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menyusun dan merakit
instrumen penilaian hasil belajar yang baik atau memenuhi persyaratan.
Salah satu jenis penilaian hasil belajar oleh
pendidik adalah Ulangan Tengah Semester (UTS). Dalam Standar Penilaian, baik
untuk Kurikulum 2006 maupun Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa UTS merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan
ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh
KD pada periode tersebut. Agar UTS dapat benar-benar mengukur efektivitas
kegiatan pembelajaran selama setengah semester, instrumen UTS harus disusun
dengan baik, menggunakan prosedur yang benar, dan sesuai dengan kaidah
penulisan soal.
Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa hal yang terkait
dengan penyusunan instrumen penilaian (soal), yakni: (1) Penentuan dan
Penyebaran Soal, (2) Penyusunan Kisi-kisi Soal, (3) Perumusan Indikator Soal,
(4) Penyusunan Butir Soal, dan (5) Perakitan Soal. Kelima hal tersebut
menggambarkan tahapan dalam menyusun dan merakit soal.
B.
Penentuan dan
Penyebaran Soal
Sebelum menyusun
kisi-kisi dan butir soal, perlu ditentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Menentukan
jumlah soal dan penyebarannya sangat bermanfaat dalam membuat instrumen
penilaian yang menyeluruh. Penentuan jumlah soal untuk tiap KD didasarkan pada
tingkat kepentingan dan cakupan materi. Untuk materi yang penting dan memiliki
cakupan yang luas, jumlah soalnya lebih banyak. Jumlah soal secara keseluruhan
ditentukan sesuai dengan waktu yang disediakan dan sifat serta tingkat kesulitan mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
contoh penyebaran soal pada penilaian akhir semester berikut ini.
Contoh penyebaran butir soal untuk ulangan tengah semester
|
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
|
Jumlah soal
tes tulis
|
|
|
PG
|
Uraian
|
|||
|
1
|
1.1
............
|
...........
|
6
|
--
|
|
2
|
1.2
............
|
...........
|
3
|
1
|
|
3
|
1.3
............
|
...........
|
4
|
--
|
|
4
|
2.1
............
|
...........
|
5
|
1
|
|
5
|
2.2
............
|
...........
|
8
|
1
|
|
6
|
3.1
............
|
...........
|
6
|
--
|
|
7
|
3.2
...........
|
...........
|
--
|
2
|
|
8
|
3.3 ..........
|
...........
|
8
|
--
|
|
Jumlah soal
|
40
|
5
|
||
C. Penyusunan Kisi-kisi Soal
Kisi-kisi (test blue-print
atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi
yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang
lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dikembangkan dari hasil
penentuan dan penyebaran soal yang telah dilakukan sebelumnya. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh
berikut ini.
KISI-KISI PENULISAN SOAL
Satuan Pendidikan: ………………… Jumlah soal : ………..…....
Mata
pelajaran : …............. Bentuk
soal/tes: ...............
Kurikulum : ………………… Penyusun :1. ……….....
Alokasi waktu : ………………… 2. ……….....
|
No.
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
Kls/
smt
|
Materi
pokok
|
Indikator soal
|
Nomor
soal
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Isi pada kolom
2, 3. 4, dan 5 harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri. Rumusan indikator soal pada
kolom 6 dibuat/ditulis guru dengan berpedoman pada aturan dan persyaratan
kisis-kisi soal yang baik.
Kisi-kisi yang baik
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi
silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan
proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara
jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat
dibuatkan soalnya.
D. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan
pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal
merupakan bagian penting dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan
tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator
pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan
secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik adalah sebagai berikut.
1. menggunakan kata kerja operasional
(perilaku khusus) yang tepat;
2. menggunakan satu kata kerja
operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk
soal uraian/tes perbuatan;
3.
dapat dibuatkan
soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda)
Penulisan indikator yang lengkap
mencakup empat aspek, yakni A = audience (peserta didik) ,
B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition
(kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan).
Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya
di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan
dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar,
denah, grafik, kasus, atau lainnya. Adapun model yang kedua adalah menempatkan peserta
didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini
digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).
|
Contoh model
pertama untuk soal Bahasa Indonesia
Indikator:
Disajikan sebuah paragraf, peserta didik dapat
menentukan ide pokok paragraf tersebut.
Soal:
1. Bacalah paragraf
berikut dengan saksama!
Gua
Pindul yang kini menjadi primadona objek wisata Gunungkidul, tidak hanya menyimpan banyak keindahan, tetapi
juga mempunyai banyak cerita terkait Kerajaan Mataram. Bahkan, ada mitos
terkait dengan stalaktit dan stalakmit di dalamnya. Nama Pindul sendiri
berhubungan dengan cerita keluarga Kerajaan Mataram. Konon, kata 'pindul'
berasal dari dua kata, yakni 'pipi kejendul' alias bagian wajah terbentur,
yakni terbentur bagian gua yang sempit. Konon, hal itu dialami salah satu
keluarga Kraton Yogyakarta.
Gagasan
utama paragraf tersebut adalah…
a.
Gua Pindul mempunyai banyak cerita
b.
keluarga Kraton
Mataram dan Gua Pindul
c.
cerita Kraton Yogyakarta di Gua Pindul
d.
keindahan Gua Pindul dan ceritanya
Kunci:
a
Contoh model
kedua
Indikator:
Peserta didik
dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai uang.
Soal:
2. Penulisan
nilai uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,-
b.
RP 125,00
c. Rp125
d. Rp. 125,00
Kunci:
b
|
E. Penyusunan Butir Soal (Tes Tertulis)
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ ujian. Setiap
butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah
disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis,
sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi
yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis bentuk uraian, ada pula
kompetensi yang lebih tepat diukur dengan tes tertulis bentuk soal objektif.
Tes tertulis
bentuk pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan. Keunggulan
soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/
perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat
mengukur kemampuan mengorga-nisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya
menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di
antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di
antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.
Instrumen penilaian hasil belajar harus memenuhi tiga persyaratan, yritu (a) substansi, merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c)
bahasa, menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
taraf perkembangan peserta didik.
1.
Penulisan
Soal Bentuk Uraian
Kaidah
penulisan soal uraian adalah sebagai berikut.
a.
Materi/substansi
1) Soal harus sesuai dengan
indikator.
2) Setiap pertanyaan harus diberikan
batasan jawaban yang diharapkan.
3) Materi yang ditanyakan harus sesuai
dengan tujuan peugukuran.
4) Materi yang ditanyakan harus sesuai
dengan jenjang sekolah atau tingkat kelas.
b. Konstruksi
1) Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
2) Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3) Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
4) Tabel, gambar, grafik, peta, dsb. disajikan dengan jelas, terbaca,
dan berfungsi.
c. Bahasa
1) Rumusan kalimat soal harus
komunikatif.
2) Menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar (baku).
3) Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
4) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/ tabu.
5) Tidak mengandung kata/ungkapan yang
menyinggung perasaan peserta didik.
2. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Kaidah penulisan
soal pilihan ganda adalah sebagai berikut.
a. Materi/Substansi
1)
Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya
soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan
rumusan indikator dalam kisi-kisi.
2)
Pengecoh harus bertungsi
3)
Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang
benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
b.
Konstruksi
1)
Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan
tegas. Artinya, kemampuan/materi yang hendak diukur/ ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang
berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan
2)
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus
merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan
atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan
itu dihilangkan saja.
3)
Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah
jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata,
kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban
yang benar.
4)
Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang
bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua
kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud.
Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang
akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5)
Pilihan jawaban harus homogen dan logis
ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari
materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus
setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
6)
Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif
sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih
jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu
lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
7)
Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan
“Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di
atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka
secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan
merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
8)
Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau
waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau
kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari
nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan
sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun
secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta
didik melihat pilihan jawaban.
9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas,
terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa
melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti
gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
10)
Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan
atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
11)
Butir soal jangan bergantung pada jawaban
soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik
yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar
soal berikutnya.
c.
Bahasa/budaya
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi:
a) pemakaian kalimat: unsur subjek, unsur predikat, anak kalimat; b)
pemakaian kata: pilihan kata, penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: penulisan
huruf
dan penggunaan tanda baca.
2) Bahasa yang digunakan harus komunikatif sehingga mudah dimengerti peserta
didik.
3)
Pilihan jawaban jangan yang mengulang
kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase
pada pokok soal.
Adapun kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal adalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan huruf
kapital (huruf besar) terletak pada:
a.
awal pokok soal
b.
pilihan jawaban
merupakan jawaban dari pokok soal yang diakhiri dengan tanda tanya (?) atau
tanda seru (!)
c.
pilihan jawaban
yang berupa kalimat, peribahasa, judul bacaan, dan kata-kata lain yang memang
harus menggunakan huruf kapital.
2.
Penggunaan tanda
baca
a.
tanda tanya (?)
dan tanda seru (!)
1)
Tanda tanya
digunakan pada akhir pokok soal.
2)
Tanda seru
digunakan pada akhir pokok soal dan pilihan jawaban yang berbentuk kalimat
perintah.
b.
tanda titik
1)
Jumlah titik
pada akhir pokok soal sebanyak 4 titik.
Contoh:
Tebu menyimpan
cadangan makanannya di dalam ....
2)
Jumlah titik
pada bagian kalimat/di tengah kalimat 3 titik.
Contoh:
”Aku tidak tahu
... ayah pergi.”
Jika pilihan jawaban berupa kalimat, jumlah titik
pada akhir pokok soal 3 titik dan pada akhir setiap pilihan jawaban diberi
titik.
Contoh:
Penggunaan kata penghubung yang
tepat terdapat dalam kalimat ...
a)
Meskipun Lukman seorang yang kaya
raya, tetapi dia tidak sombong.
b)
Kita harus belajar keras agar
supaya kita lulus ujian tahun ini.
c)
Perlu diketahui, Sumarni bukanlah
adik saya, tetapi kakak saya.
d) Walaupun pagi ini hujan deras, saya tetap harus
berangkat sekolah.
3)
Tanda titik
tidak digunakan pada akhir judul karangan, tabel, dan sejenisnya.
3.
garis bawah
1)
Garis bawah
digunakan untuk nama buku, majalah, surat kabar.
2) Kata tidak, bukan, kecuali
dan sejenisnya ditulis bergaris bawah pada pernyataan soal yang berbentuk
negatif.
Contoh: Yang bukan
termasuk satrawan Angkatan 45 adalah ....
4.
Penulisan Kata
a.
kata depan dan
awalan
1)
Kata depan di,
ke, dari selalu ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: di atas, di samping itu, ke
luar negeri
2)
Awalan di-
selalu ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
dilempar, dilarang, dipukul
b.
kata gabung
Kata gabung yang
mendapat awalan dan sekaligus akhiran, ditulis serangkai.
Contoh: mempertanggungjawabkan,
menggarisbawahi
c.
partikel ”pun”
Partikel pun
ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Kami pun
tidak diundang.
F.
Perakitan Butir
Soal
Merakit soal adalah menyusun soal
yang siap pakai menjadi satu perangkat/paket tes atau beberapa paket tes paralel.
Dasar acuan dalam merakit soal adalah tujuan tes dan kisi-kisinya. Untuk
memudahkan pelaksanaannya, guru harus memperhatikan langkah-langkah perakitan
soal.
Langkah-langkah perakitan soal adalah
sebagai berikut.
1. Mengelompokkan soal-soal yang mengukur
kompetensi dan materi yang sama, kemudian soal-soal itu ditempatkan dalam
urutan yang sama.
2. Memberi nomor urut soal didasarkan
nomor urut soal dalam kisi-kisi
3. Mengecek setiap soal dalam satu
paket tes apakah soal-soalnya sudah bebas dari kaidah “Setiap soal tidak boleh
memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang lain”.
4. Membuat petunjuk umum dan khusus
untuk mengerjakan soal.
5. Membuat format lembar jawaban.
6. Membuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiannya.
7. Menentukan/menghitung penyebaran kunci jawaban (untuk bentuk
pilihan ganda), dengan menggunakan rumus berikut.
|
Jumlah soal
Penyebaran
kunci jawaban = ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾ +3
Jumlah pilihan jawaban
|
8.
Menentukan besarnya bobot setiap soal
(untuk soal bentuk uraian)
Bobot soal adalah besarnya angka yang
ditetapkan untuk suatu butir soal dalam perbandingan (ratio) dengan butir soal
lainnya dalam satu perangkat tes. Penentuan besar kecilnya bobot soal didasarkan
atas tingkat kedalaman dan keluasan materi yang ditanyakan atau kompleksitas
jawaban yang dituntut oleh suatu soal. Untuk mempermudah perhitungan/penentuan
nilai akhir, jumlah bobot keseluruhan pada satu perangkat tes uraian ditetapkan
100. Perakit soal harus dapat mengalokasikan besarnya bobot untuk setiap soal
dari bobot yang telah ditetapkan. Bobot suatu soal yang sudah ditetapkan pada
satu perangkat tes dapat berubah bila soal tersebut dirakit ke dalam perangkat
tes yang lain.
9.
Menyusun tabel konversi skor
Tabel
konversi sangat membantu guru pada saat menilai lembar jawaban peserta didik.
Terutama bila dalam satu tes terdiri atas dua bentuk soal, misalnya bentuk
pilihan ganda dan uraian atau tes tertulis dan tes praktik. Skor dari soal bentuk pilihan ganda
tidak dapat langsung digabung dengan skor uraian. Hal ini karena tingkat
keluasan dan kedalaman materi yang ditanyakan atau penekannya dalam kedua
bentuk itu tidak sama. Nilai keduanya dapat digabung setelah keduanya
ditentukan bobotnya. Misalnya, untuk soal bentuk pilihan ganda (45 soal dengan
skor maksimum 45) bobotnya 60% dan bentuk uraian (5 soal dengan skor maksimum
20) bobotnya 40%. Untuk menentukan skor jadinya adalah skor perolehan peserta
didik yang bersangkutan dibagi skor maksimum kali bobot. Tabel konversi ini
merupakan tabel konversi sederhana atau klasik.
Tabel konversi
untuk soal sejenis (pilihan ganda saja) juga tetap diperlukan jika jumlah soal/skor
tidak mudah dihitung atau dikonversikan menjadi angka 100. Misalnya untuk
jumlah soal 40, 35, dll.
G.
Penutup
Dari uraian yang dipaparkan dapatlah disimpulkan bahwa menyusun dan merakit soal haruslah
melalui tahapan-tahapan yang kronologis. Artinya, langkah demi langkah harus
dilalui sesuai dengan urutannya. Membuat kisi-kisi soal harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum menulis butir soal, bukan sebaliknya.
Sebelum soal diujikan, perlu dilakukan analisis
kualitatif dengan menggunakan pedoman analisis yang mencakup analisis materi,
konstruk, dan bahasa. Analisis kualitatif dapat dilakukan oleh guru lain dalam
satu kelompok MGMP. Jika soal telah diujikan, perlu dilakukan analisis
kuantitatif atau sering dikenal dengan analisis butir soal. Analisis butir soal
bertujuan untuk mengetahui daya beda dan tingkat kesukaran. Setelah melalui
analisis kuantitatif, akan teridentifikasi soal-soal yang baik, yang harus
direvisi, dan yang tidak baik. Kumpulan soal terbaik hasil analisis itulah yang
sebenarnya disebut sebagai BANK SOAL.
Soal yang baik akan dapat
mengukur dengan tepat kompetensi yang telah dikuasai peserta didik. Oleh karena
itu, lakukan analisis dan pemetaan dengan cermat sebelum menyusun perangkat
soal. Di samping itu, susunlah soal dengan mengikuti kaidah-kaidah yang
berlaku.
|
Tugas untuk Peserta Workshop
Buatlah Perangkat
Soal Ulangan Tengah Semester Genap secara berkelompok dengan
ketentuan sebagai berikut.
1.
Tiap set
soal terdiri atas (1) kisi-kisi soal, (2) soal, (3) kunci dan pedoman penskoran.
2.
Bentuk soal
per set pilihan ganda dan esai (atau sesuai dengan kesepakatan kelompok.
3.
Jumlah soal
disesuaikan dengan waktu yang disediakan.
4.
Sebagai bahan presentasi dan diskusi, buatlah sebuah
indikator soal dan soalnya untuk tiap kelompok. Selamat bekerja.
|
Sumber Tulisan
Depdiknas.
(2007). Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 20, Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Depdiknas.
(2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 66, Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Depdiknas.
(2008). Panduan Penulisan Butir Soal. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan SMA.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar