MERANCANG, MELAKSANAKAN, DAN MELAPORKAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Murwati Widiani
Pengawas SMP
Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman
Workshop Penelitian Tindakan Kelas
SMP Insan Cendekia Turi, Sleman
11 Oktober 2018
A. Pendahuluan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk
penelitian yang paling sesuai untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru. Seorang guru yang melaksanakan PTK
akan memperoleh manfaat ganda, baik bagi dirinya, para siswanya, maupun bagi satuan pendidikan. Bagi guru, PTK akan meningkatkan kualitas
kinerjanya, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran, sekaligus
kemampuan dalam kegiatan pengembangan keprofesian, khususnya dalam
kegiatan publikasi ilmiah. Bagi siswa,
dengan PTK, kualitas proses dan hasil belajarnya akan meningkat. Jika kemampuan
guru dan siswa meningkat, sekolah juga akan memperoleh keuntungan karena
memiliki guru yang profesional dan menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas.
Di samping itu, karya tulis hasil PTK akan bermanfaat bagi peningkatan karier dan jabatan guru,
khususnya guru berstatus PNS. Laporan PTK memiliki
kredit poin untuk usul kenaikan jabatan. Bagi guru non-PNS yang sudah
bersertifikat pendidik, karya tulis PTK bermanfaat untuk menambah poin dalam
pengajuan impasing. Selain itu, karya tulis hasil PTK juga dapat dimanfaatkan sebagai naskah lomba karya tulis di berbagai kompetisi guru tingkat daerah maupun nasional.
Sayangnya, sampai sejauh ini guru masih “enggan”
dalam kegiatan tulis-menulis. Belum semua guru mau dan mampu
mempraktikkan PTK. Zubaidi (dalam Sukidin, 2008) mengemukakan lima kendala yang dihadapi guru
dalam melaksanakan PTK: (1) lemahnya pemahaman konsep dan prinsip-prinsip PTK, (2) kurang adanya
program dan anggaran dari pihak-pihak yang terkait untuk melaksanakan PTK bagi
para guru, (3) belum membudayanya reflecting
thinking melalui portofolio (catatan seseorang tentang
kinerjanya dari waktu ke waktu yang dibuatnya sendiri dengan sejujur-jujurnya), (4) tidak adanya pembimbing penelitian di sekolah, dan
(5) mentalitas suka pada kemapanan daripada mengikuti perkembangan (keluhan
tidak memiliki waktu, menambah beban, lingkungan tidak mendukung, tidak ada
dana, dsb.)
Di sisi lain, banyak guru
yang telah melaksanakan PTK, namun tidak menulis laporannya atau tidak
mendokumentasikannya sebagai karya tulis. Penyebabnya antara lain karena kurang memahami sistematika laporan PTK atau kesulitan dalam
mendeskripsikan hasil PTK sehingga mengalami stagnasi ketika menulis. Banyak guru telah berhasil
merancang PTK, namun belum mampu atau mau menulis laporannya.
Untuk membantu memahami
konsep PTK dan memberi gambaran mengenai cara merancang, melaksanakan, dan
melaporkan PTK, dalam tulisan ini akan dibahas beberapa hal: (1) Konsep dan karakteristik PTK, (2) Merancang PTK, (3) Melaksanakan PTK, dan (4) Melaporkan PTK.
B. Konsep dan Karakteristik Penelitian Tindakan
Kelas
Suharsimi Arikunto (2007) mengungkapkan pengalamannya, ketika menilai KTI yang dibuat guru banyak ditemukan
kekeliruan dalam menafsirkan PTK. Di sampul depan ditulis PTK, tetapi di bagian
dalam ternyata hanya menggambarkan proses pembelajaran biasa. Dalam
penjelasannya mamang guru sudah melakukan sesuatu, tetapi kenyataan yang ada,
guru hanya melakukan pembelajaran seperti biasa saja, misalnya guru memberikan
lembar kerja kepada siswa, atau guru memberikan tugas untuk dilakukan di luar
kelas, atau guru menyuruh siswa menghafalkan rumus untuk digunakan di kelas.
Yang benar, dalam PTK ada tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan
maksud meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan kegiatan siswa.
Ada beberapa pengertian tentang PTK yang dikemukakan para
ahli. Menurut Kemmis (via Sukamto, 2000:6) penelitian tindakan merupakan sebuah
inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam
situasi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan
kemantapan rasionalitas dari (a) praktik-praktik sosial maupun kependidikan,
(b) pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut, (c) situasi pelaksanaan praktik-praktik pembelajaran.
Suharjono (2008) mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus
pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas. PTK harus
tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Tujuan utama PTK
adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan
tindakan yang dilakukan.
Iskandar (2013:213) menyatakan bahwa penelitian tindakan
(termasuk PTK) dapat diartikan sebagai suatu bentuk investigasi reflektif
partisipatif, kolaboratif dengan model siklus, yang memiliki tujuan untuk
melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi kompetensi, dan situasi.
Dengan kata lain, PTK merupakan penelitian yang dilakukan guru atas hasil
refleksi, dilakukan dengan berkolaborasi dan bersiklus (berulang-ulang), dan
bertujuan untuk memperbaiki sistem, metode, proses, kompetensi (prestasi
siswa), dan situasi.
”The method of action research involves a
self-reflective spiral of planning, acting, observing, reflecting, and
re-planning.” (McNiff, 1988:7). Pada pelaksanaan PTK, guru terus-menerus
mengadakan refleksi, merencanakan tindakan, dan melaksanakan tindakan pada
tahap berikutnya. Oleh sebab itu, PTK merupakan proses bersiklus, setiap
siklusnya terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi.
Dari konsep tersebut dapat
dikatakan bahwa PTK berawal dari kesadaran guru akan adanya permasalahan di
kelas, kemudian guru berusaha mencari solusi, merancang dan menerapkan solusi (memberi tindakan),mengamati hasil penerapan solusi, menemukan
kekurangan, kembali menyusun rancangan tindakan yang diperbaiki, dan
seterusnya. Itulah sebabnya dalam PTK harus ada siklus. Banyaknya siklus
tergantung pada ketercapaian keberhasilan tindakan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. PTK minimal terdiri atas dua siklus.
PTK memiliki karakteristik
yang berbeda dengan jenis penelitian yang lain. Supardi & Suhardjono (2013:
24) mengemukakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya,
antara lain sebagai berikut.
1. PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi
sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masslah tersebut.
2. Kegiatan yang dilakukan melalui PTK harus tertuju pada peningkatan mutu
siswa.
3. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesi guru melalui
aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis
dan membuat catatan. Dengan kegiatan PTK harus ada peningkatan mutu proses
pembelajaran.
4. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teori
atau dari penelitian terdahulu, tetapi berasal dari permasalahan nyata dan
aktual dalam pembelajaran di kelas.
5. Pemberian tindakan harus dilakukan oleh guru yang bersangkutan, tidak boleh
minta bantuan guru lain.
Dengan memahami konsep dan ciri-ciri PTK diharapkan guru
dapat merancang dan melaksanakan PTK sesuai dengan konsep yang benar. Dalam
laporan yang dibuat guru, baik untuk pengajuan angka kredit maupun sebagai
materi lomba karya tulis, sering dijumpai laporan PTK yang ternyata berupa
penelitian eksperimen, misalnya penelitian yang bertujuan menguji efektivitas
sebuah metode. Seharusnya, dalam PTK, guru menggunakan suatu metode untuk
memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.
C. Merancang PTK
Hal pertama yang harus dilakukan dalam merancang PTK
adalah menetapkan fokus masalah penelitian. Ada empat langkah yang harus
dilakukan dalam tahap ini.
1. Merasakan Adanya Masalah
Banyak guru yang mungkin bertanya bagaimanakah memulai PTK. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru harus memiliki
perasaan tidak puas terhadap praktik pembelajaran yang dilakukannya. Jika guru merasa selalu puas terhadap apa yang
dilakukannya, meskipun sebenarnya masih sangat banyak kekurangan dan hambatan dalam proses pengelolaan, sulit kiranya bagi guru
untuk memiliki inisiatif memulai PTK.
Oleh karena itu, agar guru dapat mempraktikkan PTK, ia
dituntut untuk berkata jujur terutama pada dirinya sendiri untuk mengakui bahwa
masih ada kekurangan dalam proses pembelajran yang dikelolanya. Dengan kata lain,
guru harus merefleksi, merenung, serta berpikir balik mengenai kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukannya dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Untuk membantu
merasakan adanya masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan: Apakah kompetensi
awal siswa yang mengikuti pembelajaran cukup memadai? Apakah proses
pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif? Apakah hasil pembelajaran
cukup berkualitas? Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan jujur,
akan muncul masalah yang dapat dijadikan pijakan awal untuk merancang PTK karena pada dasarnya tidak ada satu pun di antara keadaan guru, siswa, atau kelas yang sempurna.
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, guru berusaha menghasilkan
gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan awal yang ada dalam pembelajaran.
Masalah tersebut dapat berkaitan dengan pengelolaan kelas dan iklim belajar, proses pembelajaran, perkembangan personal, dan hasil belajar. Tiap-tiap kelompok tersebut dapat dijabarkan ke dalam tema-tema yang
lebih operasional.
Cara
melakukan identifikasi masalah dapat menggunakan langkah berikut:
a. Menuliskan semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian dan kepedulian
karena akan berdampak kurang baik, terutama yang terkait dengan pembelajaran.
b. Pilahkan dan klasifikasikan masalah menurut jenis/bidang
permasalahannya, jumlah siswa yang mengalami,
dan tingkat frekuensi timbulnya masalah
c. Urutkan dari yang ringan, jarang terjadi, dan banyaknya siswa yang
mengalami permasalahan yang teridentifikasi
d. Ambil 3-5 masalah dan konfirmasikan dengan guru mata pelajaran yang sama atau serumpun.
e. Jika yang dirumuskan ternyata mendapat konfirmasi (diakui sebagai masalah
yang urgen untuk dipecahkan), masalah tersebut patut diangkat sebagai calon masalah PTK.
3. Analisis Masalah
Analisis masalah dilakukan untuk mengetahui proses tindak
lanjut perbaikan atau solusi yang akan diambil. Analisis masalah adalah kajian
terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan, dapat
diajukan pertanyaan berikut.
a. di mana konteks, situasi atau iklim masalah terjadi
b. kondisi prasarat apakah yang menimbulkan terjadinya masalah
c. bagaimanakah keterlibatan komponen, aktor dalam terjadinya masalah
d. adakah alternatif solusi yang dapat diajukan
e. apakah pemecahan masalah yang akan diambil memerlukan durasi waktu yang
tidak terlalu lama
Analisis masalah digunakan untuk merancang rencana
tindakan, baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan aktor yang
berkolaborasi, waktu dalam satu siklus, identifikasi indikator keberhasilan
tindakan, dan hal-hal yang terkait dengan solusi yang diajukan.
4. Menentukan Judul PTK
Setelah masalah dianalisis, peneliti dapat menentukan
judul PTK. Judul PTK biasanya mencerminkan adanya permasalahan, tujuan, solusi untuk memecahkan permasalahan, dan setting. Membuat judul PTK untuk dilaporkan pada lembaga atau untuk diajukan dalam penilaian angka kredit dan untuk dijadikan naskah lomba memiliki perbedaan. Sebagai laporan cukup
dibuat dengan bahasa yang lugu, tetapi sebagai naskah lomba, judul PTK sebaiknya dibuat menarik, inovatif, dan provokatif (mengundang minat baca).
Contoh judul PTK untuk mata pelajaran
Pendidikan Jasmani adalah:
Upaya Meningkatkan Pembelajaran
Lempar Lembing dengan Pemberian Model Bermain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Tempel (Skripsi - Danang Pujo Broto)
Dari judul tersebut dapat dianalisis bahwa permasalahan yang ada adalah
pembelajaran lempar lembing yang belum maksimal. Solusi yang diambil peneliti adalah dengan pemberian model bermain.
Tujuan yang hendak dicapai adalah
untuk meningkatkan (kualitas) pembelajaran, baik dari komponen proses maupun
hasil. Adapun setting yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Tempel.
Judul PTK untuk dilombakan
biasanya dibuat lebih menarik, terkadang lebih singkat dengan menghilangkan setting. Untuk memperoleh gambaran
berbagai judul PTK, berikut ini dikemukakan contoh-contoh judul PTK yang pernah masuk final di Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) LIPI Tingkat Nasional:
a. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Permainan Sulap Matematika – Soleh Mawardi, SMP 1 Ngajum, Malang
b. Peningkatan Pemahaman Konsep Listrik Statis melalui Miako – Gufron, SMPN 2 Tanggul, Jember
c. “Dari ‘Samdesing’ hingga Tepuk Tangan” Upaya Meningkatkan Kompetensi
Mendongeng melalui Penerapan Strategi “BABAK” – Sutrisno, SMP 1 Tepus, GK
d. Mengantarkan Siswa Menggapai Bintang Panggung Sastra dengan Menerapkan
Teknik Kolase – Basuki, SMP 21 Malang
e. Penerapan Metode “DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan Kulitas Pembelajaran
Membacakan Puisi – Murwati Widiani, SMA Muh. Pakem
f. Penerapan Model Pembelajaran TANDUR
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XA di SMA Negeri 1 Godean – Tri Ismiyati, M.Pd., SMA Negeri 1 Godean.
5. Merumuskan Masalah
Dengan mencermati judul PTK yang telah dibuat dan melihat
masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan dianalisis, dapat dibuat rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah merupakan kalimat pertanyaan yang
nantinya akan dijawab dalam pembahasan hasil penelitian. Rumusan masalah biasanya berbentuk kalimat pertanyaan.
Contoh rumusan masalah:
a. Bagaimanakah pelaksanaan model bermain pada
pembelajaran lempar lembing?
b. Bagaimanakah peningkatan kualitas proses belajar siswa dalam pembelajaran lempar lembing setelah
diberikan model bermain?
c. Bagaimanakah peningkatan kompetensi lempar lembing siswa setelah diberikan model bermain?
6. Merencanakan Tindakan
Setelah fokus masalah penelitian ditetapkan, kegiatan
tahap berikutnya adalah merencanakan tindakan. Kegiatan ini meliputi dua hal,
yakni formulasi hipotesis tindakan dan persiapan tindakan.
a. Formulasi Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah dugaan terhadap perubahan yang
akan terjadi setelah suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan umumnya
dirumuskan dalam bentuk keyakinan bahwa tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil.
Contoh hipotesis tindakan:
1) Jika model bermain diberikan pada pembelajaran lempar lembing,
kualitas proses belajar siswa akan meningkat.
2) Jika model bermain diberikan, kompetensi lempar lembing siswa akan meningkat.
Kalimat hipotesis tersebut dapat juga dirumuskan dengan kalimat berikut:
1) Dengan pemberian model bermain pada pembelajaran lempar lembing, kualitas
proses belajar siswa akan meningkat.
2) Setelah diberikan model bermain pada pembelajaran lempar lembing, kualitas
proses belajar siswa meningkat.
b. Persiapan Tindakan
Hal-hal yang harus dilakukan dalam persiapan tindakan
adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam
pembelajaran (sama dengan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP).
2) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang
mendukung terlaksananya tindakan.
3) Mempersiapkan instrumen penelitian, seperti lembar observasi, kuisioner, angket, pertanyaan wawancara, soal tes, dsb.
4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan (jika diperlukan).
D. Melaksanakan PTK
Melaksanakan PTK adalah
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, melakukan observasi dan
interpretasi, serta menganalisis data, evaluasi, dan refleksi.
1. Melaksanakan Tindakan
Melaksanakan tindakan pada hakikatnya adalah melakukan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Sesuai dengan skenario pembelajaran, guru dan siswa mengikuti
langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru didampingi oleh
kolaborator yang bertindak sebagai observator.
2. Observasi dan Interpretasi
Secara umum, observasi
merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan
kolaborator. Guru dapat menggunakan catatan harian sebagai alat untuk mencatat
hal-hal penting yang terjadi dalam proses pembelajaran. Adapun kolaborator
dapat menggunakan lembar observasi. Lembar observasi dapat dibuat dengan
kolom-kolom yang berisi kegiatan guru dan siswa, serta frekuensi. Namun,
dapat juga berupa lembar kosong yang dapat digunakan untuk mencatat semua
kejadian, perilaku siswa dan guru, dan semua temuan yang penting, baik positif maupun negatif. Kegiatan observasi dilanjutkan dengan diskusi setelah
pelaksanaan tindakan.
3. Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi
Analisis data, baik berupa data kuantitatif (angka atau
nilai) maupun kualitatif dari hasil pelaksanaan tindakan dan observasi
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan
hasil analisis. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan
melalui seleksi, pengelompokan, dan
pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna. Paparan data
merupakan upaya untuk menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam
bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau bentuk paparan lainnya yang dapat
memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan. Penyimpulan
merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasi dalam
bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat, dan bermakna.
Hasil analisis
dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang dicapai. Guru dan kolaborator dapat menggunakan kriteria keberhasilan pencapaian pada siklus. Indikator dalam kriteria dapat
berwujud pernyataan kuantitatif dan atau kualitatif. Misalnya indikator keberhasilan kuantitatif
dinyatakan dengan ”Hasil belajar siswa dinyatakan meningkat jika 85% siswa meraih nilai 75”. Indikator kualitas misalnya
”Proses belajar dikatakan meningkat jika 95% siswa terlibat
dalam proses pembelajaran”.
Kegiatan refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengkaji hal-hal yang belum tercapai,
mengapa demikian, apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi
digunakan untuk memperbaiki rancangan tindakan pada siklus berikutnya.
E. Menulis Laporan PTK
Alur sebuah penelitian pada akhirnya bermuara pada
pembuatan laporan penelitian. Oleh sebab itu, laporan penelitian merupakan
bagian yang sangat penting dalam penelitian. Laporan merupakan
pertanggungjawaban peneliti terhadap ilmu yang digelutinya. Jika penelitian
dilakukan dengan dukungan dana dari sponsor, laporan juga merupakan bentuk pertanggungjawaban
terhadap lembaga atau badan sponsor yang mendukung penelitiannya (Leo Idra
Ardiana, 2003:48).
Laporan PTK dapat beragam bentuk dan formatnya sesuai
dengan gaya selingkungnya atau apa yang diinginkan lembaga, badan sponsor, atau
instansi yang mengadakan lomba, jika laporan PTK dilombakan. Namun, sesuai dengan Buku Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Angka
Kreditnya, sistematika laporan PTK adalah sebagai berikut.
|
Bagian Awal:
·
halaman judul;
·
lembaran persetujuan;
·
kata pengantar;
·
daftar isi,
·
daftar tabel, daftar gambar, dan
lampiran;
·
abstrak atau ringkasan.
|
|
Bagian Isi:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN DISKUSI HASIL KAJIAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
|
|
Bagian Penunjang:
· Daftar Pustaka
· Lampiran-lampiran (instrumen yang digunakan, RPP, contoh hasil kerja
siswa, contoh isian instrumen, foto kegiatan, surat ijin penelitian, dan
dokumen lain yang menunjang keaslian PTK).
|
Bagian penting yang perlu diperhatikan dari
bagian awal laporan adalah abstrak. Abstrak merupakan bentuk ringkas dari
penelitian. Abstrak biasanya terdiri atas tujuan penelitian, metode
yang digunakan, dan hasil penelitian. Abstrak ditutup dengan kata kunci (key words) yang biasanya terdiri atas
tiga atau empat kata yang esensial. Suherli (2007) mengemukakan bahwa abstrak
yang bagus hanya terdiri atas 300 kata, namun dapat menyajikan esensi karya
tulis ilmiah secara menyeluruh.
Bagian Isi laporan PTK dari Bab I sampai dengan
Bab V dapat dijelaskan sebagai berikut.
|
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
D. Kemanfaatan Hasil Penelitian
|
Latar Belakang Masalah berisi paparan kondisi ideal yang seharusnya, dipertentangkan dengan kondisi nyata yang terjadi di kelas. Paparan dilanjutkan dengan solusi yang diambil atau pilihan
tindakan yang ditetapkan.
Perumusan Masalah berisi masalah PTK yang telah dipilih,
disajikan secara lugas dan jelas. Perumusan masalah pada umumnya berupa kalimat pertanyaan. Rumusan masalah tidak sama dengan masalah yang terdapat pada latar belakang
masalah. Rumusan masalah menjadi pedoman atau rujukan yang akan dijawab pada Bab
IV Hasil dan Diskusi Hasil Kajian, dan Bab V Kesimpulan dan Saran.
Tujuan menyatakan target penelitian yang akan dicapai. Banyaknya
tujuan penelitian tidak harus sama dengan banyaknya masalah dalam rumusan
masalah.
Manfaat Penelitian menjelaskan kegunaan penelitian, baik yang bersifat teoretis maupun praktis. Manfaat dapat dilihat dari sudut siswa, guru, sekolah, teman guru sejawat,
dan peneliti berikutnya.
|
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan
Teori
B. Penelitian
yang Relevan
C. Kerangka
Pikir
D. Perumusan
Hipotesis Tindakan
|
Landasan Teori, berisi ringkasan dan tinjauan teori-teori yang berhubungan dengan masalah atau variabel yang diteliti. Misalnya, untuk judul PTK “Penerapan Metode ‘DIKSI’ sebagai Upaya Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Membacakan Puisi”, maka dalam landasan teori harus ada
Pembelajaran Membacakan Puisi dan Dasar teori metode ”DIKSI” (diskusi, kolaborasi, dan aksi/lomba). Dasar teori metode “DIKSI” misalnya: (1) teori belajar sosial, (2) cooperatif learning, (3) pembelajaran kontekstual, (4) kuantum learning, dan (5) teori belajar yang
menyenangkan. Landasan teori berfungsi sebagai
dasar argumentasi dalam mengkaji permasalahan, dasar untuk mendapatkan jawaban yang diandalkan, dan sebagai alat yang
membantu memecahkan masalah.
Penelitian yang Relevan (jika ada) berisi
penelitian terdahulu yang terkait dengan tindakan yang dipilih pada PTK. Dalam PTK, penelitian yang relevan berfungsi untuk memantapkan atau
meyakinkan bahwa PTK yang dilakukan akan berhasil.
Kerangka
Pikir berisi gambaran pola hubungan antara latar belakang dan
teori-teori yang dikemukakan. Kerangka pikir juga merupakan kerangka konseptual
yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan
kajian teoretis yang telah dilakukan. Kerangka pikir merupakan pendapat dan
pandangan penulis terhadap teori yang dikemukakan.
Hipotesis
Tindakan berisi rumusan dugaan sementara terhadap keberhasilan tindakan yang dilakukan. Hipotesis
dirumuskan secara singkat, lugas, dan jelas yang dinyatakan dalam
kalimat pernyataan. Hipotesis dalam PTK merupakan keyakinan akan keberhasilan
jika sebuah tindakan dilakukan.
|
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
B.
Prosedur Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data dan
Instrumen Penelitian
D.
Teknik Analisis Data
E.
Kriteria Keberhasilan Tindakan
|
Setting Penelitian berisi tempat dan waktu PTK dilakukan, menjelaskan di kelas berapa,
SMP mana, dan kapan penelitian
dilakukan (misalnya semester 1 tahun pelajaran 2018/2019).
Prosedur Penelitian berisi langkah-langkah
PTK, yakni terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Pada bagian ini dijelaskan juga tentang adanya siklus
yang merupakan bagian yang khas dari PTK.
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian menjelaskan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, proses pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik yang
sering digunakan dalam PTK adalah observasi, wawancara, pemberian angket, dan
pemberian tes. Instrumen yang digunakan disesuaikan dengan teknik pengumpulan
data, misalnya lembar observasi, pedoman wawancara, angket, dan tes.
Teknik Analisis Data berisi berbagai teknik
analisis yang dipilih beserta alasannya. Misalnya teknik analisis data kualitatif, yakni mendeskripsikan data, menafsirkan, dan
menyimpulkan dengan pernyataan-pernyataan, bukan dengan angka.
Kriteria Keberhasilan Tindakan merupakan bagian yang khas yang harus ada dalam PTK. Bagian ini berisi ukuran atau indikator yang ditetapkan untuk menentukan keberhasilan tindakan yang dilakukan. Indikator meliputi indikator kuantitas atau yang berhubungan dengan
angka/nilai dan indikator kualitas atau yang berhubungan dengan pernyataan
untuk menyatakan sebuah keberhasilan proses.
|
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI HASIL KAJIAN
A. Hasil
Penelitian
1. Kondisi
Awal Pratindakan
2. Pelaksanaan
Tindakan
a.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
b. Pelaksanaan
Tindakan Siklus II
B. Diskusi Hasil Kajian
|
Hasil Penelitian, berisi informasi awal
kondisi siswa atau kelas sebelum dilakukan tindakan, misalnya bagaimana
kemampuan siswa dalam membacakan puisi, minat dan motivasi belajar siswa terhadap materi puisi, metode yang selama ini diterapkan guru,
dan sebagainya. Pelaksanaan tindakan tiap-tiap siklus terdiri atas perencanaan, implementasi tindakan, observasi,
dan refleksi. Perencanaan menjelaskan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan guru dalam merencanakan tindakan sesuai dengan permasalahan yang diajukan.
Pelaksanaan berisi uraian tentang langkah-langah yang dilakukan guru dan siswa. Bagian observasi menjelaskan
proses dan hasil observasi, interpretasi hasil observasi untuk
menentukan keberhasilan tindakan. Bagian refleksi berisi
hal-hal yang belum tercapai/berhasil, mengapa demikian, dan apa yang harus
dilakukan pada tahap berikutnya.
Diskusi Hasil Kajian atau sering disebut dengan Pembahasan berisi
uraian jawaban terhadap rumusan masalah yang terdapat dalam Bab Pendahuluan. Misalnya
rumusan masalah: (1) Bapaimanakah penerapan metode “DIKSI” dalam pembelajaran
membacakan puisi?; (2) Bagaimanakah
peningkatan kualitas proses pembelajaran membacakan puisi setelah diterapkan metode ”DIKSI”?; dan (3) Bagaimanakah peningkatan kompetensi siswa dalam keterampilan baca puisi setelah diterapkan metode ”DIKSI”? Dari tiga rumusan masalah
tersebut, maka dibahas satu per satu menjadi subjudul berikut:
1. Penerapan Metode “DIKSI” dalam Pembelajaran Membacakan Puisi
2. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Membacakan Puisi setelah Diterapkan Metode ”DIKSI”
3. Peningkatan Kompetensi Siswa dalam
Keterampilan Baca Puisi setelah Diterapkan Metode ”DIKSI”
Dari ketiga subjudul itulah
diuraikan langkah-langkah menerapkan metode “DIKSI” dalam pembelajaran
membacakan puisi, membandingkan kualitas proses pembelajaran sebelum dan
sesudah tindakan, juga membandingkan kompetensi siswa (hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah tindakan.
|
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
B.
Saran
|
Kesimpulan
berisi ringkasan hasil
penelitian yang dirinci menurut rumusan masalah pada Bab Pendahuluan. Dengan
demikian, kesimpulan yang ditulis tidak melebar ke masalah di luar penelitian.
Saran merupakan pernyataan yang dirumuskan peneliti
sebagai tindak lanjut dari simpulan yang dirumuskan. Saran dapat ditujukan
untuk siswa, sekolah, guru sejawat, atau pada peneliti selanjutnya.
F. Penutup
Dalam melaksanakan PTK,
guru bekerja sama dengan kolaborator mulai dari proses mengidentifikasi
masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, observasi, dan refleksi.
Kolaborator dapat ditentukan dari teman sejawat yang mengampu pelajaran yang
sama atau serumpun, dapat dari sekolah sendiri maupun sekolah lain.
Penelitian
tindakan kelas dapat dikatakan sebagai upaya guru untuk memperbaiki kekurangan,
memecahkan permasalahan riil yang terjadi pada pembelajaran di kelas. PTK sama
sekali tidak menggangu proses pembelajaran. Sebaliknya, dengan PTK justru
pencapaian kompetensi siswa akan dapat terwujud. Dengan PTK, kualitas pembelajaran siswa meningkat, kemampuan profesi guru
dalam hal meneliti juga meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan profesi guru,
semoga akan meningkat pula harkat, martabat, dan kesejahteraan guru. Selamat
ber-PTK.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. 2013. Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Kemendiknas.
2010. Pedoman Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya. Jakarta, Direktorat Jenderal
PMPTK.
Leo Idra Ardiana. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mc Niff, Jean. 1988. Action Research: Principles
and Practice. Great Britain: Mackays of Chatham.
Suhardjono. 2006. Pengembangan Profesi Guru dan Karya Tulis Ilmiah.
(makalah).
http://www.lpmpjabar.go.id.
diakses tanggal 2 Oktober 2013.
Suharsimi Arikunto.
2007. Penelitian Tindakan Kelas (Bahan Pelatihan PTK untuk Guru, Kepala
Sekolah, dan Pengawas)
Suherli.
2007. Menulis Karangan Ilmiah, Kajian dan
Penuntun dalam Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Depok: Arya Duta.
Sukamto.
2000. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Tinggi
---- Permenpan dan RB
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Sukidin dkk. 2008. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.
Supardi & Suhardjono. 2013. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Andi
Offset.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar