Sabtu, 09 Maret 2019

MERANCANG, MELAKSANAKAN, DAN MELAPORKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)




 MERANCANG, MELAKSANAKAN, DAN MELAPORKAN 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) 

  Murwati Widiani
Pengawas SMP
Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman
  
Workshop Penelitian Tindakan Kelas
SMP Insan Cendekia Turi, Sleman
11 Oktober 2018


A.   Pendahuluan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang paling sesuai untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru. Seorang guru yang melaksanakan PTK akan memperoleh manfaat ganda, baik bagi dirinya, para siswanya, maupun bagi satuan pendidikan. Bagi guru, PTK akan meningkatkan kualitas kinerjanya, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran, sekaligus kemampuan dalam kegiatan pengembangan keprofesian, khususnya dalam kegiatan publikasi ilmiah. Bagi siswa, dengan PTK, kualitas proses dan hasil belajarnya akan meningkat. Jika kemampuan guru dan siswa meningkat, sekolah juga akan memperoleh keuntungan karena memiliki guru yang profesional dan menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas.
Di samping itu, karya tulis hasil PTK akan bermanfaat bagi peningkatan karier dan jabatan guru, khususnya guru berstatus PNS.  Laporan PTK memiliki kredit poin untuk usul kenaikan jabatan. Bagi guru non-PNS yang sudah bersertifikat pendidik, karya tulis PTK bermanfaat untuk menambah poin dalam pengajuan impasing. Selain itu, karya tulis hasil PTK juga dapat dimanfaatkan sebagai naskah lomba karya tulis di berbagai kompetisi guru tingkat daerah maupun nasional.    
     Sayangnya, sampai sejauh ini guru masih “enggan” dalam kegiatan tulis-menulis. Belum semua guru mau dan mampu mempraktikkan PTK. Zubaidi (dalam Sukidin, 2008) mengemukakan lima kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan PTK: (1) lemahnya pemahaman konsep dan prinsip-prinsip PTK, (2) kurang adanya program dan anggaran dari pihak-pihak yang terkait untuk melaksanakan PTK bagi para guru, (3) belum membudayanya reflecting thinking melalui portofolio (catatan seseorang tentang kinerjanya dari waktu ke waktu yang dibuatnya sendiri dengan sejujur-jujurnya), (4) tidak adanya pembimbing penelitian di sekolah, dan (5) mentalitas suka pada kemapanan daripada mengikuti perkembangan (keluhan tidak memiliki waktu, menambah beban, lingkungan tidak mendukung, tidak ada dana, dsb.)
          Di sisi lain, banyak guru yang telah melaksanakan PTK, namun tidak menulis laporannya atau tidak mendokumentasikannya sebagai karya tulis. Penyebabnya antara lain karena kurang memahami sistematika laporan PTK atau kesulitan dalam mendeskripsikan hasil PTK sehingga mengalami stagnasi ketika menulis. Banyak guru telah berhasil merancang PTK, namun belum mampu atau mau menulis laporannya.  
          Untuk membantu memahami konsep PTK dan memberi gambaran mengenai cara merancang, melaksanakan, dan melaporkan PTK, dalam tulisan ini akan dibahas beberapa hal: (1) Konsep dan karakteristik PTK, (2) Merancang PTK, (3) Melaksanakan PTK, dan (4) Melaporkan PTK.

B.   Konsep dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Suharsimi Arikunto (2007) mengungkapkan pengalamannya, ketika menilai KTI yang dibuat guru banyak ditemukan kekeliruan dalam menafsirkan PTK. Di sampul depan ditulis PTK, tetapi di bagian dalam ternyata hanya menggambarkan proses pembelajaran biasa. Dalam penjelasannya mamang guru sudah melakukan sesuatu, tetapi kenyataan yang ada, guru hanya melakukan pembelajaran seperti biasa saja, misalnya guru memberikan lembar kerja kepada siswa, atau guru memberikan tugas untuk dilakukan di luar kelas, atau guru menyuruh siswa menghafalkan rumus untuk digunakan di kelas. Yang benar, dalam PTK ada tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan maksud meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan kegiatan siswa.
Ada beberapa pengertian tentang PTK yang dikemukakan para ahli. Menurut Kemmis (via Sukamto, 2000:6) penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari (a) praktik-praktik sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut, (c) situasi pelaksanaan praktik-praktik pembelajaran.
Suharjono (2008) mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
Iskandar (2013:213) menyatakan bahwa penelitian tindakan (termasuk PTK) dapat diartikan sebagai suatu bentuk investigasi reflektif partisipatif, kolaboratif dengan model siklus, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi kompetensi, dan situasi. Dengan kata lain, PTK merupakan penelitian yang dilakukan guru atas hasil refleksi, dilakukan dengan berkolaborasi dan bersiklus (berulang-ulang), dan bertujuan untuk memperbaiki sistem, metode, proses, kompetensi (prestasi siswa), dan situasi.
     The method of action research involves a self-reflective spiral of planning, acting, observing, reflecting, and re-planning.” (McNiff, 1988:7). Pada pelaksanaan PTK, guru terus-menerus mengadakan refleksi, merencanakan tindakan, dan melaksanakan tindakan pada tahap berikutnya. Oleh sebab itu, PTK merupakan proses bersiklus, setiap siklusnya terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
          Dari konsep tersebut dapat dikatakan bahwa PTK berawal dari kesadaran guru akan adanya permasalahan di kelas, kemudian guru berusaha mencari solusi, merancang dan menerapkan solusi (memberi tindakan),mengamati hasil penerapan solusi, menemukan kekurangan, kembali menyusun rancangan tindakan yang diperbaiki, dan seterusnya. Itulah sebabnya dalam PTK harus ada siklus. Banyaknya siklus tergantung pada ketercapaian keberhasilan tindakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. PTK minimal terdiri atas dua siklus.
          PTK memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis penelitian yang lain. Supardi & Suhardjono (2013: 24) mengemukakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut.
1.  PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masslah tersebut.
2.  Kegiatan yang dilakukan melalui PTK harus tertuju pada peningkatan mutu siswa.
3.  PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan. Dengan kegiatan PTK harus ada peningkatan mutu proses pembelajaran.
4.  Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teori atau dari penelitian terdahulu, tetapi berasal dari permasalahan nyata dan aktual dalam pembelajaran di kelas.
5.  Pemberian tindakan harus dilakukan oleh guru yang bersangkutan, tidak boleh minta bantuan guru lain.

Dengan memahami konsep dan ciri-ciri PTK diharapkan guru dapat merancang dan melaksanakan PTK sesuai dengan konsep yang benar. Dalam laporan yang dibuat guru, baik untuk pengajuan angka kredit maupun sebagai materi lomba karya tulis, sering dijumpai laporan PTK yang ternyata berupa penelitian eksperimen, misalnya penelitian yang bertujuan menguji efektivitas sebuah metode. Seharusnya, dalam PTK, guru menggunakan suatu metode untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.

C.   Merancang PTK
Hal pertama yang harus dilakukan dalam merancang PTK adalah menetapkan fokus masalah penelitian. Ada empat langkah yang harus dilakukan dalam tahap ini.
1.  Merasakan Adanya Masalah
Banyak guru yang mungkin bertanya bagaimanakah memulai PTK. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru harus memiliki perasaan tidak puas terhadap praktik pembelajaran yang dilakukannya. Jika guru merasa selalu puas terhadap apa yang dilakukannya, meskipun sebenarnya masih sangat banyak kekurangan dan hambatan dalam proses pengelolaan, sulit kiranya bagi guru untuk memiliki inisiatif memulai PTK.
Oleh karena itu, agar guru dapat mempraktikkan PTK, ia dituntut untuk berkata jujur terutama pada dirinya sendiri untuk mengakui bahwa masih ada kekurangan dalam proses pembelajran yang dikelolanya. Dengan kata lain, guru harus merefleksi, merenung, serta berpikir balik mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Untuk membantu merasakan adanya masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan: Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pembelajaran cukup memadai? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif? Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas? Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan jujur, akan muncul masalah yang dapat dijadikan pijakan awal untuk merancang PTK karena pada dasarnya tidak ada satu pun di antara keadaan guru, siswa, atau kelas yang sempurna.
2.    Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, guru berusaha menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan awal yang ada dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berkaitan dengan pengelolaan kelas dan iklim belajar, proses pembelajaran, perkembangan personal, dan hasil belajar. Tiap-tiap kelompok tersebut dapat dijabarkan ke dalam tema-tema yang lebih operasional.
           Cara melakukan identifikasi masalah dapat menggunakan langkah berikut:
a.  Menuliskan semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian dan kepedulian karena akan berdampak kurang baik, terutama yang terkait dengan pembelajaran.
b.  Pilahkan dan klasifikasikan masalah menurut jenis/bidang permasalahannya, jumlah siswa yang mengalami, dan tingkat frekuensi timbulnya masalah
c.   Urutkan dari yang ringan, jarang terjadi, dan banyaknya siswa yang mengalami permasalahan yang teridentifikasi
d.  Ambil 3-5 masalah dan konfirmasikan dengan guru mata pelajaran yang sama atau serumpun.
e.  Jika yang dirumuskan ternyata mendapat konfirmasi (diakui sebagai masalah yang urgen untuk dipecahkan), masalah tersebut patut diangkat sebagai calon masalah PTK.
3.    Analisis Masalah
Analisis masalah dilakukan untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau solusi yang akan diambil. Analisis masalah adalah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan, dapat diajukan pertanyaan berikut.
a.    di mana konteks, situasi atau iklim masalah terjadi
b.    kondisi prasarat apakah yang menimbulkan terjadinya masalah
c.    bagaimanakah keterlibatan komponen, aktor dalam terjadinya masalah
d.    adakah alternatif solusi yang dapat diajukan
e.    apakah pemecahan masalah yang akan diambil memerlukan durasi waktu yang tidak terlalu lama
Analisis masalah digunakan untuk merancang rencana tindakan, baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan aktor yang berkolaborasi, waktu dalam satu siklus, identifikasi indikator keberhasilan tindakan, dan hal-hal yang terkait dengan solusi yang diajukan.

4.    Menentukan Judul PTK
Setelah masalah dianalisis, peneliti dapat menentukan judul PTK. Judul PTK biasanya mencerminkan adanya permasalahan, tujuan, solusi untuk memecahkan permasalahan, dan setting. Membuat judul PTK untuk dilaporkan pada lembaga atau untuk diajukan dalam penilaian angka kredit dan untuk dijadikan naskah lomba memiliki perbedaan. Sebagai laporan cukup dibuat dengan bahasa yang lugu, tetapi sebagai naskah lomba, judul PTK sebaiknya dibuat menarik, inovatif, dan provokatif (mengundang minat baca).
Contoh judul PTK untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani adalah:
Upaya Meningkatkan Pembelajaran Lempar Lembing dengan Pemberian Model Bermain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel (Skripsi - Danang Pujo Broto)
Dari judul tersebut dapat dianalisis bahwa permasalahan yang ada adalah pembelajaran lempar lembing yang belum maksimal. Solusi yang diambil peneliti adalah dengan pemberian model bermain. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan (kualitas) pembelajaran, baik dari komponen proses maupun hasil. Adapun setting yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel.
Judul PTK untuk dilombakan biasanya dibuat lebih menarik, terkadang lebih singkat dengan menghilangkan setting. Untuk memperoleh gambaran berbagai judul PTK, berikut ini dikemukakan contoh-contoh judul PTK yang pernah masuk final di Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) LIPI Tingkat Nasional:
a.  Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Permainan Sulap Matematika – Soleh Mawardi, SMP 1 Ngajum, Malang
b.  Peningkatan Pemahaman Konsep Listrik Statis melalui Miako – Gufron, SMPN 2 Tanggul, Jember
c.   “Dari ‘Samdesing’ hingga Tepuk Tangan” Upaya Meningkatkan Kompetensi Mendongeng melalui Penerapan Strategi “BABAK” – Sutrisno, SMP 1 Tepus, GK
d.  Mengantarkan Siswa Menggapai Bintang Panggung Sastra dengan Menerapkan Teknik Kolase Basuki, SMP 21 Malang
e.  Penerapan Metode “DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan Kulitas Pembelajaran Membacakan Puisi – Murwati Widiani, SMA Muh. Pakem
f.   Penerapan Model Pembelajaran TANDUR untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi  Siswa Kelas XA di SMA Negeri 1 Godean – Tri Ismiyati, M.Pd., SMA Negeri 1 Godean.
5.    Merumuskan Masalah
Dengan mencermati judul PTK yang telah dibuat dan melihat masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan dianalisis, dapat dibuat rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah merupakan kalimat pertanyaan yang nantinya akan dijawab dalam pembahasan hasil penelitian. Rumusan masalah biasanya berbentuk kalimat pertanyaan.
Contoh rumusan masalah:
a.  Bagaimanakah pelaksanaan model bermain pada pembelajaran lempar lembing?
b.  Bagaimanakah peningkatan kualitas proses belajar siswa dalam pembelajaran lempar lembing setelah diberikan model bermain?
c.   Bagaimanakah peningkatan kompetensi lempar lembing siswa setelah diberikan model bermain?
6.    Merencanakan Tindakan
Setelah fokus masalah penelitian ditetapkan, kegiatan tahap berikutnya adalah merencanakan tindakan. Kegiatan ini meliputi dua hal, yakni formulasi hipotesis tindakan dan persiapan tindakan.
a.  Formulasi Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah dugaan terhadap perubahan yang akan terjadi setelah suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan bahwa tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Contoh hipotesis tindakan:
1)  Jika model bermain diberikan pada pembelajaran lempar lembing, kualitas proses belajar siswa akan meningkat.
2)  Jika model bermain diberikan, kompetensi lempar lembing siswa akan meningkat.
Kalimat hipotesis tersebut dapat juga dirumuskan dengan kalimat berikut:
1)  Dengan pemberian model bermain pada pembelajaran lempar lembing, kualitas proses belajar siswa akan meningkat.
2)  Setelah diberikan model bermain pada pembelajaran lempar lembing, kualitas proses belajar siswa meningkat.


b.  Persiapan Tindakan
Hal-hal yang harus dilakukan dalam persiapan tindakan adalah:
1)     Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran (sama dengan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP).
2)     Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan.
3)     Mempersiapkan instrumen penelitian, seperti lembar observasi, kuisioner, angket, pertanyaan wawancara, soal tes, dsb.
4)     Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan (jika diperlukan).

D.   Melaksanakan PTK
Melaksanakan PTK adalah melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, melakukan observasi dan interpretasi, serta menganalisis data, evaluasi, dan refleksi.
1.    Melaksanakan Tindakan
Melaksanakan tindakan pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dipersiapkan. Sesuai dengan skenario pembelajaran, guru dan siswa mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru didampingi oleh kolaborator yang bertindak sebagai observator.
2.    Observasi dan Interpretasi
Secara umum, observasi merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan kolaborator. Guru dapat menggunakan catatan harian sebagai alat untuk mencatat hal-hal penting yang terjadi dalam proses pembelajaran. Adapun kolaborator dapat menggunakan lembar observasi. Lembar observasi dapat dibuat dengan kolom-kolom yang berisi kegiatan guru dan siswa, serta frekuensi. Namun, dapat juga berupa lembar kosong yang dapat digunakan untuk mencatat semua kejadian, perilaku siswa dan guru, dan semua temuan yang penting, baik positif maupun negatif. Kegiatan observasi dilanjutkan dengan diskusi setelah pelaksanaan tindakan.
3.    Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi
Analisis data, baik berupa data kuantitatif (angka atau nilai) maupun kualitatif dari hasil pelaksanaan tindakan dan observasi dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan hasil analisis. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna. Paparan data merupakan upaya untuk menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau bentuk paparan lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan. Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat, dan bermakna.
          Hasil analisis dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang dicapai. Guru dan kolaborator dapat menggunakan kriteria keberhasilan pencapaian pada siklus. Indikator dalam kriteria dapat berwujud pernyataan kuantitatif dan atau kualitatif. Misalnya indikator keberhasilan kuantitatif dinyatakan dengan ”Hasil belajar siswa dinyatakan meningkat jika 85% siswa meraih nilai 75”. Indikator kualitas misalnya ”Proses belajar dikatakan meningkat jika 95% siswa terlibat dalam proses pembelajaran”.
Kegiatan refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji hal-hal yang belum tercapai, mengapa demikian, apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki rancangan tindakan pada siklus berikutnya.

E.    Menulis Laporan PTK
Alur sebuah penelitian pada akhirnya bermuara pada pembuatan laporan penelitian. Oleh sebab itu, laporan penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian. Laporan merupakan pertanggungjawaban peneliti terhadap ilmu yang digelutinya. Jika penelitian dilakukan dengan dukungan dana dari sponsor, laporan juga merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap lembaga atau badan sponsor yang mendukung penelitiannya (Leo Idra Ardiana, 2003:48).
Laporan PTK dapat beragam bentuk dan formatnya sesuai dengan gaya selingkungnya atau apa yang diinginkan lembaga, badan sponsor, atau instansi yang mengadakan lomba, jika laporan PTK dilombakan. Namun, sesuai dengan Buku Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Angka Kreditnya, sistematika laporan PTK adalah sebagai berikut.
Bagian Awal:
·         halaman judul; 
·         lembaran persetujuan;
·         kata pengantar;
·         daftar isi,
·         daftar tabel, daftar gambar, dan lampiran;
·         abstrak atau ringkasan.

Bagian Isi:
BAB I   PENDAHULUAN
BAB II  KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN DISKUSI HASIL KAJIAN
BAB V  KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian Penunjang:
·   Daftar Pustaka
·   Lampiran-lampiran (instrumen yang digunakan, RPP, contoh hasil kerja siswa, contoh isian instrumen, foto kegiatan, surat ijin penelitian, dan dokumen lain yang menunjang keaslian PTK).
            Bagian penting yang perlu diperhatikan dari bagian awal laporan adalah abstrak. Abstrak merupakan bentuk ringkas dari penelitian. Abstrak biasanya terdiri atas tujuan penelitian, metode yang digunakan, dan hasil penelitian. Abstrak ditutup dengan kata kunci (key words) yang biasanya terdiri atas tiga atau empat kata yang esensial. Suherli (2007) mengemukakan bahwa abstrak yang bagus hanya terdiri atas 300 kata, namun dapat menyajikan esensi karya tulis ilmiah secara menyeluruh.
            Bagian Isi laporan PTK dari Bab I sampai dengan Bab V dapat dijelaskan sebagai berikut.

             BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
D. Kemanfaatan Hasil Penelitian
         
            Latar Belakang Masalah berisi paparan kondisi ideal yang seharusnya, dipertentangkan dengan kondisi nyata yang terjadi di kelas. Paparan dilanjutkan dengan solusi yang diambil atau pilihan tindakan yang ditetapkan.
            Perumusan Masalah berisi masalah PTK yang telah dipilih, disajikan secara lugas dan jelas. Perumusan masalah pada umumnya berupa kalimat pertanyaan. Rumusan masalah tidak sama dengan masalah yang terdapat pada latar belakang masalah. Rumusan masalah menjadi pedoman atau rujukan yang akan dijawab pada Bab IV Hasil dan Diskusi Hasil Kajian, dan Bab V Kesimpulan dan Saran.  
            Tujuan menyatakan target penelitian yang akan dicapai. Banyaknya tujuan penelitian tidak harus sama dengan banyaknya masalah dalam rumusan masalah.
            Manfaat Penelitian menjelaskan kegunaan penelitian, baik yang bersifat teoretis maupun praktis. Manfaat dapat dilihat dari sudut siswa, guru, sekolah, teman guru sejawat, dan peneliti berikutnya.
   BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Landasan Teori
B.    Penelitian yang Relevan
C.    Kerangka Pikir
D.   Perumusan Hipotesis Tindakan
            Landasan Teori, berisi ringkasan dan tinjauan teori-teori yang berhubungan dengan masalah atau variabel yang diteliti. Misalnya, untuk judul PTK “Penerapan Metode ‘DIKSI’ sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Membacakan Puisi”, maka dalam landasan teori harus ada Pembelajaran Membacakan Puisi dan Dasar teori metode ”DIKSI” (diskusi, kolaborasi, dan aksi/lomba). Dasar teori metode “DIKSI” misalnya: (1) teori belajar sosial, (2) cooperatif learning, (3) pembelajaran kontekstual, (4) kuantum learning, dan (5) teori belajar yang menyenangkan. Landasan teori berfungsi sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji permasalahan, dasar untuk mendapatkan jawaban yang diandalkan, dan sebagai alat yang membantu memecahkan masalah.
            Penelitian yang Relevan (jika ada) berisi penelitian terdahulu yang terkait dengan tindakan yang dipilih pada PTK. Dalam PTK, penelitian yang relevan berfungsi untuk memantapkan atau meyakinkan bahwa PTK yang dilakukan akan berhasil.
          Kerangka Pikir berisi gambaran pola hubungan antara latar belakang dan teori-teori yang dikemukakan. Kerangka pikir juga merupakan kerangka konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian teoretis yang telah dilakukan. Kerangka pikir merupakan pendapat dan pandangan penulis terhadap teori yang dikemukakan.
          Hipotesis Tindakan berisi rumusan dugaan sementara terhadap keberhasilan tindakan yang dilakukan. Hipotesis  dirumuskan secara singkat, lugas, dan jelas yang dinyatakan dalam kalimat pernyataan. Hipotesis dalam PTK merupakan keyakinan akan keberhasilan jika sebuah tindakan dilakukan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.                                    Setting Penelitian
B.                                    Prosedur Penelitian
C.    Teknik  Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
D.                                   Teknik Analisis Data
E.                                    Kriteria Keberhasilan Tindakan
            Setting Penelitian berisi tempat dan waktu PTK dilakukan, menjelaskan di kelas berapa, SMP mana, dan kapan penelitian dilakukan (misalnya semester 1 tahun pelajaran 2018/2019).
          Prosedur Penelitian berisi langkah-langkah PTK, yakni terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pada bagian ini dijelaskan juga tentang adanya siklus yang merupakan bagian yang khas dari PTK.
        Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian menjelaskan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, proses pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik yang sering digunakan dalam PTK adalah observasi, wawancara, pemberian angket, dan pemberian tes. Instrumen yang digunakan disesuaikan dengan teknik pengumpulan data, misalnya lembar observasi, pedoman wawancara, angket, dan tes.
        Teknik Analisis Data berisi berbagai teknik analisis yang dipilih beserta alasannya. Misalnya teknik analisis data kualitatif, yakni mendeskripsikan data, menafsirkan, dan menyimpulkan dengan pernyataan-pernyataan, bukan dengan angka.
        Kriteria Keberhasilan Tindakan merupakan bagian yang khas yang harus ada dalam PTK. Bagian ini berisi ukuran atau indikator yang ditetapkan untuk menentukan keberhasilan tindakan yang dilakukan. Indikator meliputi indikator kuantitas atau yang berhubungan dengan angka/nilai dan indikator kualitas atau yang berhubungan dengan pernyataan untuk menyatakan sebuah keberhasilan proses.


                 BAB IV
      HASIL DAN DISKUSI HASIL KAJIAN
A.    Hasil Penelitian
1.    Kondisi Awal Pratindakan
2.    Pelaksanaan Tindakan
a.    Pelaksanaan Tindakan Siklus I
b.    Pelaksanaan Tindakan Siklus II
B.    Diskusi Hasil Kajian
        Hasil Penelitian, berisi informasi awal kondisi siswa atau kelas sebelum dilakukan tindakan, misalnya bagaimana kemampuan siswa dalam membacakan puisi, minat dan motivasi belajar siswa terhadap materi puisi, metode yang selama ini diterapkan guru, dan sebagainya. Pelaksanaan tindakan tiap-tiap siklus terdiri atas perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi. Perencanaan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam merencanakan tindakan sesuai dengan permasalahan yang diajukan. Pelaksanaan berisi uraian tentang langkah-langah yang dilakukan guru dan siswa. Bagian observasi menjelaskan proses dan hasil observasi, interpretasi hasil observasi untuk menentukan keberhasilan tindakan. Bagian refleksi berisi hal-hal yang belum tercapai/berhasil, mengapa demikian, dan apa yang harus dilakukan pada tahap berikutnya.
          Diskusi Hasil Kajian atau sering disebut dengan Pembahasan berisi uraian jawaban terhadap rumusan masalah yang terdapat dalam Bab Pendahuluan. Misalnya rumusan masalah: (1) Bapaimanakah penerapan metode “DIKSI” dalam pembelajaran membacakan puisi?; (2) Bagaimanakah peningkatan kualitas proses pembelajaran membacakan puisi setelah diterapkan metode ”DIKSI”?; dan (3) Bagaimanakah peningkatan kompetensi siswa dalam keterampilan baca puisi setelah diterapkan metode ”DIKSI”? Dari tiga rumusan masalah tersebut, maka dibahas satu per satu menjadi subjudul berikut:
1.    Penerapan Metode “DIKSI” dalam Pembelajaran Membacakan Puisi
2.    Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Membacakan Puisi setelah Diterapkan Metode ”DIKSI”
3.    Peningkatan Kompetensi Siswa dalam Keterampilan Baca Puisi setelah Diterapkan Metode ”DIKSI”
Dari ketiga subjudul itulah diuraikan langkah-langkah menerapkan metode “DIKSI” dalam pembelajaran membacakan puisi, membandingkan kualitas proses pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan, juga membandingkan kompetensi siswa (hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan.


        BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
       
        Kesimpulan berisi ringkasan hasil penelitian yang dirinci menurut rumusan masalah pada Bab Pendahuluan. Dengan demikian, kesimpulan yang ditulis tidak melebar ke masalah di luar penelitian.
      Saran merupakan pernyataan yang dirumuskan peneliti sebagai tindak lanjut dari simpulan yang dirumuskan. Saran dapat ditujukan untuk siswa, sekolah, guru sejawat, atau pada peneliti selanjutnya.

F.  Penutup
        Dalam melaksanakan PTK, guru bekerja sama dengan kolaborator mulai dari proses mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, observasi, dan refleksi. Kolaborator dapat ditentukan dari teman sejawat yang mengampu pelajaran yang sama atau serumpun, dapat dari sekolah sendiri maupun sekolah lain.
          Penelitian tindakan kelas dapat dikatakan sebagai upaya guru untuk memperbaiki kekurangan, memecahkan permasalahan riil yang terjadi pada pembelajaran di kelas. PTK sama sekali tidak menggangu proses pembelajaran. Sebaliknya, dengan PTK justru pencapaian kompetensi siswa akan dapat terwujud. Dengan PTK, kualitas pembelajaran siswa meningkat, kemampuan profesi guru dalam hal meneliti juga meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan profesi guru, semoga akan meningkat pula harkat, martabat, dan kesejahteraan guru. Selamat ber-PTK.







DAFTAR PUSTAKA

Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Kemendiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya. Jakarta, Direktorat Jenderal PMPTK.
Leo Idra Ardiana. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mc Niff, Jean. 1988. Action Research: Principles and Practice. Great Britain: Mackays of Chatham.
Suhardjono. 2006. Pengembangan Profesi Guru dan Karya Tulis Ilmiah. (makalah). http://www.lpmpjabar.go.id. diakses tanggal 2 Oktober 2013.
Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (Bahan Pelatihan PTK untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas)
Suherli. 2007. Menulis Karangan Ilmiah, Kajian dan Penuntun dalam Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Depok: Arya Duta.
Sukamto. 2000. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Tinggi
---- Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Sukidin dkk. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.
Supardi & Suhardjono. 2013. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Andi Offset.







 









Tidak ada komentar: