BERSYUKUR MENJADI GURU *)
Murwati Widiani
Seandainya
SMA Muhammadiyah Prambanan tidak ada, mungkin nasib bapak ibu guru di sini akan
berbeda. Bisa jadi bekerja di tempat lain (mungkin di tempat yang lebih baik),
tetapi bisa jadi tidak bisa bekerja. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah
karena SMA Muhammadiyah Prambanan ada, kita dapat bekerja di sini, entah
sebagai kepala sekolah, guru Dpk., guru honorer, atau karyawan. Dan lantaran
SMA Muhammadiyah Prambanan, sebagian guru mendapatkan tambahan kesejahteraan
berupa tunjangan profesi, insentif guru dan karyawan atau kesejahteraan lain
yang nikmatnya tidak dapat kita hitung dengan jari. Kenikmatan yang sering kita
lalaikan itu berupa kenyamanan, persaudaraan, kehormatan, dan adanya ladang
ibadah untuk berbagi ilmu dan kasih sayang dengan anak-anak yang selalu menanti
uluran tangan kita.
Allah berfirman dalam surat
Ibrahim ayat 7:
لَشَدِيدٌ عَذَابِي إِنَّ كَفَرْتُمْ وَلَئِنْ لَأَزِيدَنَّكُمْ شَكَرْتُمْ لَئِنْ رَبُّكُمْ تَأَذَّنَ وَإِذْ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".
Ayat Allah yang selalu kita dengar dan kita seru
itu tidak mudah untuk diamalkan. Tanpa kesadaran dan keikhlasan seringkali kita
mengingkari ayat tersebut dengan sikap dan perbuatan yang kurang mencerminkan
rasa syukur. Banyak mengeluh dan tidak sabar ketika menghadapi anak-anak yang
”agak kurang” adalah salah satu contoh yang sering kita lihat di kalangan guru.
Sering menunda pekerjaan, sering terlambat, dan meninggalkan pekerjaan tanpa
alasan dapat dikatakan sebagai wujud kurang bersyukur.
Rasa syukur dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
sesuai dengan tugas dan kedudukan kita. Dalam sebuah buku berjudul GURU SEJATI: “Membangun Insan Berkarakter
Kuat & Cerdas yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Muhammad Furqon
Hidayatullah, M.Pd terdapat dua bab yang menarik, yaitu Bersyukur menjadi
Pendidik dan Mendidik sebagai Amanah.
BERSYUKUR SEBAGAI PENDIDIK
Perwujudan bersyukur sebagai
pendidik adalah:
- Menerima secara positif profesi guru
- Tidak dhalim terhadap profesi guru
- Mengembangkan profesi guru
Adapun orientasi bersyukur sebagai penuntut dan
pengembang ilmu ringkasnya dikatakan:
- Tanpa syarat
- Tanpa batas waktu
- Dilaksanakan sepanjang hayat
- Satu-satunya kegiatan yang
diperbolehkan “serakah”
- Sifatnya wajib
MENDIDIK SEBAGAI AMANAH
Kejujuran : Jantungnya Amanah
Kejujuran : Jantungnya Amanah
Sifat amanah tidak dapat lepas dari sifat jujur. Dapat dikatakan
bahwa kejujuran merupakan pilar utama dalam mengemban amanah. Dalam surat Al-Anfal /8 ayat 27
dinyatakan : ” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati
amanat-amanat yang dipercaya kepadamu, sedangkan kamu mengetahui”. Tidak
menghianati amanah ini merupakan bentuk komitmen dalam mengemban amanah,
terutama berkaitan dengan kejujuran.
Upaya mengemban amanah
· Komitmen : Seorang pendidik
harus memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya . Tanpa
komitmen yang kuat, suatu tujuan tidak akan tercapai secara optimal , bahkan
dapat menuai suatu kegagalan bahkan kehancuran. Ada 5 hal yang berkaitan dengan komitmen yang
dapat dilakukan agar seorang pendidik dapat melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik yaitu :
- Memiliki visi ke depan dan tekad
dalam melaksanakan tugas mendidik.
- Memiliki karakter, budi pekerti dan akhlak mulia
- Mampu mengelola dan mengontrol diri
dalam mendidik peserta didik
- Mampu melakukan yang terbaik dalam
mengembangkan potensi peserta didik
- Bekerja keras dengan penuh pengabdian
· Kompeten: Guru yang kompeten akan memberikan kepercayaan diri kepada
muridnya. Murid akan melihat gurunya sebagai sosok yang pantas dipercaya, tidak
hanya dari kata-kata dan perbuatannya tetapi juga kompetensi atau keakhliannya.
Seorang guru yang kompeten tentunya mampu menfasilitasi muridnya agar juga
berkompeten, bahkan muridnya lebih berkompeten. Dalam PP no. 19 tahun 2005
tentang standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam Pasal 28 Ayat (3) bahwa :
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini meliputi :
- Kompetensi pedagogik
- Kompetensi kepribadian
- Kompetensi sosial
- Kompetensi profesional
· Kerja keras: Kerja keras merupakan modal yang sangat penting dalam memperbaiki
dan mengembangkan sesuatu. Pada gilirannya, upaya kerja keras itu akan
menumbuhkan tingkat kepercayaan dan keyakinan seseorang dalam mencapai atau
menginginkan sesuatu.Orang yang bekerja keras akan selalu dapat memperbaiki
keadaan, baik yang menyangkut dirinya maupun lingkungannya.
· Konsisten: Guru dalam mengemban tugasnya harus memiliki konsistensi, berarti selalu istiqomah, ajeg, fokus, sabar serta ulet. Guru yang selalu melakukan perbaikan secara terus menerus juga termasuk guru yang konsisten . Sebagaimana yang tertuang dalam kekuatan “teori Kaizen”, yaitu suatu konsep yang dianut oleh pabrik mobil Jepang : “Perbaikan yang kecil, tampak tak berarti, berkesinambungan, dan tanpa henti”
· Istiqomah: Guru
harus isriqomah berarti ia harus teguh dalam memegang prinsip dan memiliki
pendirian yang kuat. Guru yang dalam bekerja selalu mendasarkan pada norma,
aturan, dan kaidah berarti termasuk orang yang istiqomah. Ia tidak mudah
terpengaruh oleh lingkungannya tetapi sebaliknya ia justru mampu mempengaruhi
lingkungannya. Dengan demikian ia dapat berperan sebagai agen perubahan.
· Ajeg: Guru harus secara ajeg melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi pekerjaannya. Ajeg yang dimaksud adalah secara terus menerus, berkesinambungan , tekun, rutin, dan secara teratur melakukan sesuatu dalam waktu relatif lama. Seorang guru yang selalu ajeg belajar maka ia akan selalu berkembang ilmunya. Berarti ia juga sekaligus menerapkan prinsip belajar seumur hidup.
· Fokus dan tuntas: Guru harus fokus pada bidang studi tertentu yang menjadi keahliannya sehingga ia memiliki konsentrasi kajian yang mendalam. Bearti ia menguasai bidang studi tertentu yang menjai tanggung jawabnya. Disamping fokus pada bidang kajian tertentu, maka ia juga harus mampu menyelesaikan pekerjaan secara tuntas. Artinya sebelum menginjak pada pekerjaan selanjutnya, ia mampu menyelesaikan pekerjaan secara akurat. Apalagi pekerjaan yang harus diselesaikan merupakan prasyarat bagi pekerjaan berikutnya.
· Sabar dan ulet: Guru yang konsisten, ia harus sabar dan ulet, ia juga harus mau dan mampu melakukan sesuatu dalam waktu relatif lama walaupun banyak cobaan, rintangan ataupun tantangan
Dari cuplikan isi buku tersebut, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa bersyukur sebagai guru dapat diwujudkan dengan berbuat sesuatu untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas peserta didik. Dengan meningkatnya kualitas diri dan kualitas peserta didik, insya Allah akan meningkat pula rizki dan kenikmatan dari Allah SWT. Berupaya untuk lebih baik dari pada waktu yang lampau merupakan perbuatan terpuji. Dan orang yang selalu lebih baik daripada kemarin digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Semoga kita semua termasuk di dalamnya. Amin.
Disampaikan pada kegiatan pembinaan guru di SMA Muhammadiyah Prambanan, Sleman
dan SMP Muhammadiyah 2 Kalasan, Sleman

Tidak ada komentar:
Posting Komentar