Sabtu, 09 Maret 2019


BERSYUKUR MENJADI GURU *)
Murwati Widiani

Seandainya SMA Muhammadiyah Prambanan tidak ada, mungkin nasib bapak ibu guru di sini akan berbeda. Bisa jadi bekerja di tempat lain (mungkin di tempat yang lebih baik), tetapi bisa jadi tidak bisa bekerja. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah karena SMA Muhammadiyah Prambanan ada, kita dapat bekerja di sini, entah sebagai kepala sekolah, guru Dpk., guru honorer, atau karyawan. Dan lantaran SMA Muhammadiyah Prambanan, sebagian guru mendapatkan tambahan kesejahteraan berupa tunjangan profesi, insentif guru dan karyawan atau kesejahteraan lain yang nikmatnya tidak dapat kita hitung dengan jari. Kenikmatan yang sering kita lalaikan itu berupa kenyamanan, persaudaraan, kehormatan, dan adanya ladang ibadah untuk berbagi ilmu dan kasih sayang dengan anak-anak yang selalu menanti uluran tangan kita.  
Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7:
لَشَدِيدٌ عَذَابِي إِنَّ كَفَرْتُمْ وَلَئِنْ لَأَزِيدَنَّكُمْ شَكَرْتُمْ لَئِنْ رَبُّكُمْ تَأَذَّنَ وَإِذْ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Ayat Allah yang selalu kita dengar dan kita seru itu tidak mudah untuk diamalkan. Tanpa kesadaran dan keikhlasan seringkali kita mengingkari ayat tersebut dengan sikap dan perbuatan yang kurang mencerminkan rasa syukur. Banyak mengeluh dan tidak sabar ketika menghadapi anak-anak yang ”agak kurang” adalah salah satu contoh yang sering kita lihat di kalangan guru. Sering menunda pekerjaan, sering terlambat, dan meninggalkan pekerjaan tanpa alasan dapat dikatakan sebagai wujud kurang bersyukur.
Rasa syukur dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sesuai dengan tugas dan kedudukan kita. Dalam sebuah buku berjudul GURU SEJATI: “Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd terdapat dua bab yang menarik, yaitu Bersyukur menjadi Pendidik dan Mendidik sebagai Amanah.
BERSYUKUR SEBAGAI PENDIDIK
Perwujudan bersyukur sebagai pendidik adalah:
  • Menerima secara positif profesi guru
  • Tidak dhalim terhadap profesi guru
  • Mengembangkan profesi guru
Adapun orientasi bersyukur sebagai penuntut dan pengembang ilmu ringkasnya dikatakan:
  • Tanpa syarat
  • Tanpa batas waktu
  • Dilaksanakan sepanjang hayat
  • Satu-satunya kegiatan yang diperbolehkan “serakah”
  • Sifatnya wajib

MENDIDIK SEBAGAI AMANAH

Kejujuran : Jantungnya Amanah
Sifat amanah tidak dapat lepas dari sifat jujur. Dapat dikatakan bahwa kejujuran merupakan pilar utama dalam mengemban amanah. Dalam surat Al-Anfal /8 ayat 27 dinyatakan : ” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercaya kepadamu, sedangkan kamu mengetahui”. Tidak menghianati amanah ini merupakan bentuk komitmen dalam mengemban amanah, terutama berkaitan dengan kejujuran.
Upaya mengemban amanah
· Komitmen : Seorang pendidik harus memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya . Tanpa komitmen yang kuat, suatu tujuan tidak akan tercapai secara optimal , bahkan dapat menuai suatu kegagalan bahkan kehancuran. Ada 5 hal yang berkaitan dengan komitmen yang dapat dilakukan agar seorang pendidik dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yaitu :
  • Memiliki visi ke depan dan tekad dalam melaksanakan tugas mendidik.
  • Memiliki karakter, budi pekerti dan akhlak mulia
  • Mampu mengelola dan mengontrol diri dalam mendidik peserta didik
  • Mampu melakukan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta didik
  • Bekerja keras dengan penuh pengabdian
· Kompeten: Guru yang kompeten akan memberikan kepercayaan diri kepada muridnya. Murid akan melihat gurunya sebagai sosok yang pantas dipercaya, tidak hanya dari kata-kata dan perbuatannya tetapi juga kompetensi atau keakhliannya. Seorang guru yang kompeten tentunya mampu menfasilitasi muridnya agar juga berkompeten, bahkan muridnya lebih berkompeten. Dalam PP no. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam Pasal 28 Ayat (3) bahwa : Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
  • Kompetensi pedagogik
  • Kompetensi kepribadian
  • Kompetensi sosial
  • Kompetensi profesional
· Kerja keras: Kerja keras merupakan modal yang sangat penting dalam memperbaiki dan mengembangkan sesuatu. Pada gilirannya, upaya kerja keras itu akan menumbuhkan tingkat kepercayaan dan keyakinan seseorang dalam mencapai atau menginginkan sesuatu.Orang yang bekerja keras akan selalu dapat memperbaiki keadaan, baik yang menyangkut dirinya maupun lingkungannya.


· Konsisten: Guru dalam mengemban tugasnya harus memiliki konsistensi, berarti selalu istiqomah, ajeg, fokus, sabar serta ulet.
Guru yang selalu melakukan perbaikan secara terus menerus juga termasuk guru yang konsisten . Sebagaimana yang tertuang dalam kekuatan “teori Kaizen”, yaitu suatu konsep yang dianut oleh pabrik mobil Jepang : “Perbaikan yang kecil, tampak tak berarti, berkesinambungan, dan tanpa henti”

· Istiqomah: Guru harus isriqomah berarti ia harus teguh dalam memegang prinsip dan memiliki pendirian yang kuat. Guru yang dalam bekerja selalu mendasarkan pada norma, aturan, dan kaidah berarti termasuk orang yang istiqomah. Ia tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya tetapi sebaliknya ia justru mampu mempengaruhi lingkungannya. Dengan demikian ia dapat berperan sebagai agen perubahan.

· Ajeg: Guru harus secara ajeg melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi pekerjaannya. Ajeg yang dimaksud adalah secara terus menerus, berkesinambungan , tekun, rutin, dan secara teratur melakukan sesuatu dalam waktu relatif lama. Seorang guru yang selalu ajeg belajar maka ia akan selalu berkembang ilmunya. Berarti ia juga sekaligus menerapkan prinsip belajar seumur hidup.

· Fokus dan tuntas: Guru harus fokus pada bidang studi tertentu yang menjadi keahliannya sehingga ia memiliki konsentrasi kajian yang mendalam. Bearti ia menguasai bidang studi tertentu yang menjai tanggung jawabnya. Disamping fokus pada bidang kajian tertentu, maka ia juga harus mampu menyelesaikan pekerjaan secara tuntas. Artinya sebelum menginjak pada pekerjaan selanjutnya, ia mampu menyelesaikan pekerjaan secara akurat. Apalagi pekerjaan yang harus diselesaikan merupakan prasyarat bagi pekerjaan berikutnya.

· Sabar dan ulet: Guru yang konsisten, ia harus sabar dan ulet, ia juga harus mau dan mampu melakukan sesuatu dalam waktu relatif lama walaupun banyak cobaan, rintangan ataupun tantangan


Dari cuplikan isi buku tersebut, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa bersyukur sebagai guru dapat diwujudkan dengan berbuat sesuatu untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas peserta didik. Dengan meningkatnya kualitas diri dan kualitas peserta didik, insya Allah akan meningkat pula rizki dan kenikmatan dari Allah SWT. Berupaya untuk lebih baik dari pada waktu yang lampau merupakan perbuatan terpuji. Dan orang yang selalu lebih baik daripada kemarin digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Semoga kita semua termasuk di dalamnya. Amin.

Disampaikan pada kegiatan pembinaan guru di SMA Muhammadiyah Prambanan, Sleman
dan SMP Muhammadiyah 2 Kalasan, Sleman

Tidak ada komentar: