PROSIDING DISEMINASI HASIL PENGALAMAN TERBAIK KEGIATAN
PEMILIHAN GURU SMA DAN SMK BERPRESTASI TINGKAT
NASIONAL TAHUN 2017
DIREKTORAT PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN MENENGAH
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROSIDING DISEMINASI HASIL PENGALAMAN TERBAIK KEGIATAN PEMILIHAN GURU SMA DAN SMK BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2017
ISBN : 978-602-74835-4-5
Penanggungjawab Sri Renani Pantjastuti
Penyusun: Kadarisman
Editor: Romi Siswanto
Penyunting: Wendi Kuswandi
Reviewer Husaini Usman (Universitas Negeri Yogyakarta) Abdul Aziz Husien (Universitas Brawijaya) Asmar Yulastri (Universitas Negeri Padang)
Desain Sampul & Tata Letak Handini & Lukmanul Hakim
Penerbit: Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Redaksi: Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Pintu Satu Senayan, Gedung D Lantai 12 Komplek Kantor Kemdikbud, Jakarta Pusat 10270 Telp./Fax (021) 57974106 E-mail: kesharlindunga@gmail.com
Cetakan Pertama, Oktober 2017
Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan hanya bagi Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan Prosiding Diseminasi Hasil Pengalaman
Terbaik Kegiatan Pemilihan Guru SMA dan SMK Berprestasi Tingkat
Nasional Tahun 2017.
Penyusunan prosiding diseminasi ini merupakan apresiasi terhadap
para guru yang telah mengirimkan karyanya dari perwakilan provinsi masing-
masing yang telah melalui seleksi tingkat daerah.
Prosiding ini menjadi media dokumentasi dan publikasi ilmiah dari
kegiatan Pemilihan Guru SMA dan SMK Tingkat Nasional Tahun 2017 yang
telah memiliki ISBN dari Perpustakaan Nasional. Tentunya kami menyadari
dalam prosiding ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kami
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
perbaikan penyusunan prosiding yang akan datang, kami berharap hal tersebut
tidak mengurangi nilai, makna dan manfaat prosiding ini bagi dunia
pendidikan Indonesia.
Terimakasih kami sampaikan kepada para Guru, Panitia Pelaksana
serta pihak-pihak terkait yang ikut serta dalam penyusunan prosiding ini,
semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak dengan
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.
Jakarta, 07 November 2017
Direktur Pembinaan Guru Dikmen Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan,
Ir. Sri Renani Pantjastuti, MPA
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar.................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................ ii-iii
1. Racikan jitu - Rustiani Widiasih 1-15
2. Strategi ikan tuna super dalam meningkatkan kompetensi
kewarganegaraan peserta didik SMA Negeri 1 pemali- Derry Nodyanto
16-28
3. Penilaian sikap (Self Assessment) menggunakan google form –
Yustiandi
29-37
4. Pengalaman terbaik pembelajaran geografi pada materi pemanfaatan
citra penginderaan jauh menggunakan media google earth - Arif Pujianto
38-52
5. Penggunaan jangkar balok kayu sederhana sebagai media alternatif
dalam pemecahan masalah hukum newton untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa – Sutran
54-65
6. Alat peraga geoframe untuk meningkatkan penalaran visuospasial
siswa SMA Negeri 1 Fakfak kelas XII melalui pembelajaran dimensi tiga - Chandra Sri Ubayanti
66-75
7. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan
11. Penggunaan senapan klinometer dalam pembelajaran materi
perbandingan trigonometri di kelas X SMAN 1 Dimembe – Royke Faysal Riandi, S.Pd.
123-131 keterlibatan aktif dan mengembangkan sikap kritis siswa dengan menulis ilmiah pada pembelajaran matematika pokok bahasan Statistika - H.J. Sriyanto
76-89
8. Penerapan model pembelajaran “mind mapping” untuk meningkatkan
aktivitas belajar dan pemahaman konsep pada siswa kelas XI tingkat SMA - Wahyuni Budiasih
90-101
9. Poster Inkuiri Diskoveri topik nutrisi dan status gizi untuk
meningkatkan hot pada pembelajaran Biologi – Eka Ratnasari
102-111
10. Menjadikan pai menyenangkan melalui model mpa dengan media
migami di SMAN 1 Peukan Bada - Muhammad Yani, S.Pd.I, M.Ag.
112-122
12. Madu asli (materi, diskusi, tugas dan penilaian): inovasi lerning 132-143
ii
management system (LMS) menggunakan google classroom untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ke dalam pembelajaran Matematika – Moch. Fatkoer Rohman
13. Penggunaan kartu konsep diri untuk integrasi karakter berbasis self
esteem positif dengan problem based learning (PBL) pada pembelajaran kimia dan ekstrakurikuler kir di SMA Negeri 4 Banjarbaru Kalimantan Selatan - Risnawati, S.P, M.Pd
144-155
14. Pembelajaran bermutu dengan strategi ”Caroqet” - Eris Rustandi,
M.Pd., M.Si.
156-169
15. Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Geografi melalui
model pembelajaran shopping siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Ambon - Drs. Muhd Jafar Joisangadji, M.Pd
170-187
16. Proyek uji kesambalit sederhana untuk menguji larutan kimia di SMA
Negeri 4 Berau - Yuli Puspasari, S.Pd, M.Pd
188-196
17. Media sentrig berbasis android untuk mengurangi Cognitive Load
siswa - Eka Sastrawati, S,Pd., M.Pd
197-209
18. Penilaian portofolio sebagai upaya pertahanan dan peningkatan
kompetensi bahasa Inggris di SMA Negeri unggulan MH. Thamrin Jakarta – Elvy
210-221
19. Peningkatan kemampuan menulis bahasa Inggris dan pemahaman
bio diversity melalui komik foto model “E-HATI” di SMAN 1 Girimarto – Sukatno
222-234
iii
RACIKAN JITU
Rustiani Widiasih, M.Pd
SMA Negeri 1 Badegan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan yang diharapkan setelah siswa mempelajari Bahasa Inggris di Sekolah
Menengah Atas (SMA) adalah mengembangkan potensi siswa agar memiliki kompetensi
komunikatif baik lisan maupun tulisan. Ruang lingkupnya meliputi kemampuan berwacana,
yakni kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan/tulis yang direalisasikan dalam
empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis
secara terpadu (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Selain itu siswa dituntut untuk
memiliki kompetensi pendukung yaitu kompetensi linguistik (menggunakan tata bahasa
dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis). Guru memiliki peran yang sangat penting untuk
mencapai tujuan tersebut karena guru adalah pelaksana kurikulum. Selain memiliki peran
yang strategis sebagai pelaksana kurikulkum, guru juga berperan dalam Pelaksanaan
Gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) yang terdiri dari penguatan nilai religius,
nasionalisme, gotong-royong, integritas, dan kemandirian. PPK diintegrasikan kedalam
mata pelajaran sesuai topik utama dan karakteristik mata pelajaran, sehingga peserta didik
memiliki karakter sesuai dengan yang diharapkan.
Pada kenyataannya, kondisi yang terjadi di sekolah tempat penulis mengajar masih jauh
dari kondisi ideal baik dalam kemampuan berbahasa Inggris maupun nilai karakter.
Berkaitan dengan kemampuan berbahasa Inggris, kompetensi siswa masih jauh dari standar
yang diharapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian speaking, reading
dan writing bahasa Inggris kelas X SMA Negeri I Badegan tahun pelajaran 2015/2016
dengan nilai rata-rata dibawah KKM yang ditetapkan yaitu 65. Nilai yang diperoleh pada
salah satu ulangan harian speaking adalah 57,7, nilai ulangan harian writing adalah 59,9
dan reading adalah 61 (data terlampir). Melihat kondisi yang terjadi pada kelas X, penulis
sebagai guru kelas XI berupaya untuk melakukan pengkajian penyebab rendahnya nilai
siswa tersebut.
1
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui penyebab rendahnya kemampuan
berbahasa Inggris siswa dikarenakan oleh dua faktor yaitu guru dan siswa. Dalam
mengajar guru tidak menggunakan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Hal tersebut
menyebabkan siswa menjadi malas, pasif dan tidak menyukai pelajaran bahasa Inggris.
Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa, sekolah telah
menyediakan ekstrakulikuler English Conversation Club (ECC). Namun, hanya sebagian
kecil siswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Kebanyakan siswa lebih memilih pulang
setelah sekolah daripada mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena merasa lelah setelah
mengikuti pelajaran pada pagi hari. Sebenarnya apabila siswa telah memiliki jiwa juang
yang tinggi, mereka akan tetap mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler bagaimanapun
keadaannya.Untuk itu perlu adanya upaya untuk menanamkan jiwa juang kepada siswa.
Untuk mengetahui alasan siswa tidak mengikuti ekstrakurikuler, penulis
mengadakan wawancara dengan siswa. Dari hasil wawancara diketahui bahwa sejak SMP
sebagian besar siswa menganggap bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit, sehingga
mereka tidak memiliki rasa suka terhadap pelajaran bahasa Inggris. Menurut siswa, alasan
paling mendasar yang membuat bahasa Inggris itu sulit adalah ketidakpahaman mereka
terhadap teks atau ucapan bahasa Inggris. Hal itu disebabkan minimnya simpanan
kosakata pada memori mereka. Dengan kondisi seperti itu siswa tidak terdorong untuk
melakukan upaya yang bisa membuat diri mereka bisa berbahasa Inggris. Dalam hal inilah
nilai karakter kompetitif siswa perlu ditingkatkan.
Walau sebagian besar siswa menganggap pelajaran Bahasa Inggris adalah
pelajaran yang sulit dan tidak disukai, masih ada sekelompok kecil siswa yang menyukai
pelajaran bahasa Inggris. Beberapa anak tersebut memiliki kemampuan lebih dibandingkan
teman-temannya. Mereka juga memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar bahasa Inggris.
Siswa tersebut mempunyai hak untuk dikembangkan potensinya. Disinilah pentingnya
upaya untuk mengembangkan potensi siswa yang memiliki kemampuan dan motivasi yang
baik dalam belajar bahasa Inggris. Namun, sebagaimana siswa yang lain, siswa tersebut
tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan bahasa Inggrisnya.
Jarangnya menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari menjadikan
siswa minim kosakata. Bahasa sehari-hari yang digunakan siswa adalah bahasa daerah
(Jawa), sedangkan bahasa kedua adalah bahasa Indonesia. Bahasa Inggris bagi siswa
2
adalah benar-benar bahasa asing (foreign language) bukan sebagai bahasa kedua (second
language). Selain itu, siswa belajar bahasa Inggris hanya di sekolah saja yang mana
dengan penerapan K13 jam pelajaran bahasa Inggris berkurang dari empat jam perminggu
menjadi dua jam saja. Para siswa juga jarang mengikuti les bahasa Inggris. Maka dari itu,
harapan untuk berbahasa Inggris hanyalah di kelas dan di sekolah saja. Apabila waktu yang
singkat itu tidak dimanfaatkan secara baik oleh guru, maka hilanglah kesempatan siswa
dalam menekuni pelajaran Bahasa Inggris. Dengan keterbatasan jam pelajaran bahasa
Inggris tersebut, sebenarnya siswa dituntut untuk belajar diluar jam pelajaran secara
mandiri. Oleh karenya perlu ada upaya menanamkan kemandirian kepada siswa.
Dengan segala kondisi yang ada, penulis tertantang untuk menemukan cara dan
terus memotivasi agar para siswa berubah dari merasa sulit menjadi merasa mudah dan
dari tidak suka menjadi suka terhadap pelajaran Bahasa Inggris, sehingga kemampuan
berbahasa Inggris siswa meningkat. Hal itu sesuai dengan pendapat Rais (2009:69) bahwa
kunci sukses pekerjaan guru adalah kemampuan dalam memotivasi siswa untuk terus
meningkatkan prestasinya. Tanpa motivasi, semudah apapun pelajaran yang dihadapi,
siswa tidak akan pernah mau untuk mempelajarinya.
Melalui pengalaman mengajar kelas XI penulis menguraikan pengalaman mengajar
dengan “Racikan Jitu” untuk meningkatkan kompetensi berbahasa Inggris dan penguatan
karakter siswa. “Racikan Jitu” merupakan akronim dari “Rasa Cinta”, “Anak Andalan”,
dan “Strategi Jitu”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran dengan “Racikan Jitu” untuk meningkatkan
kompetensi menulis siswa?
2. Apakah penerapan pembelajaran dengan “Racikan Jitu” dapat meningkatkan penguatan
karakter siswa?
C. Strategi Pemecahan Masalah
C.1. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah
Strategi pemecahan masalah yang penulis lakukan adalah dengan menerapkan
pembelajaran dengan “Racikan Jitu”. “Racikan Jitu” adalah pembelajaran dengan
penumbuhan “Rasa Cinta” terhadap pelajaran bahasa Inggris, pembinaan Anak Andalan,
3
dan penggunaan Strategi dan media Jitu dalam pembelajaran. Untuk lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut:
C.1.1. Penumbuhan rasa Cinta
Berdasarkan latar belakang yang menyatakan bahwa siswa tidak mempunyai rasa suka
terhadap bahasa Inggris, maka strategi yang dilakukan penulis adalah dengan penumbuhan
rasa cinta. Penumbuhan rasa cinta merupakan upaya penulis supaya siswa cinta terhadap
pelajaran Bahasa Inggris. Untuk itu, penulis menciptakan kartu English Plus Point (EPP).
EPP adalah kartu prestasi atau capaian pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa
berhubungan dengan bahasa Inggris. Unsur-unsur yang ada dalam EPP terdiri dari 24 unsur
yang memiliki skor masing-masing.
C.1.2. Pembinaan Anak Andalan
Berdasarkan latar belakang yang menyatakan bahwa terjadi kesenjangan kemampuan
berbahasa Inggris siswa dan perlunya upaya untuk mengembangkan potensi siswa yang
tinggi, maka perlu diciptakan strategi pemecahan masalah tersebut. Adapun strategi yang
diambil adalah dengan pembinaan anak andalan. Anak andalah adalah anak-anak yang
memiliki kesenangan dan kemampuan berbahasa Inggris melebihi teman-temannya. Anak
andalan mendapatkan nilai bahasa Inggris lebih tinggi dibandingkan dengan siswa lainnya.
Anak tersebut memiliki kemampuan belajar lebih cepat. Pemilihan anak andalan dilakukan
dengan penilaian dan penyeleksian yang dilakukan oleh penulis dan rekomendasi dari guru
bahasa Inggris lain.
Anak Andalan dibimbing secara intensif sehingga siap untuk mewakili sekolah
dalam mengikuti berbagai kompetisi bahasa Inggris. Penulis menyadari bahwa kemampuan
dan motivasi dalam belajar Bahasa Inggris siswa berbeda-beda, ada siswa yang lamban dan
ada yang cepat dalam mempelajari bahasa Inggris. Sebagai seorang guru, penulis harus
melayani siswa secara adil dimana siswa yang lamban diberi remedial dan siswa yang cepat
diberi pengayaan. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa tugas utama pendidik adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik.
4
C.1.3. Penggunaan Strategi Jitu
Berdasarkan latar belakang yang menyatakan bahwa pembelajaran di kelas yang
terjadi selama ini adalah pembelajaran yang pasif dan tidak inovatif, sehingga
menyebabkan kompetensi bahasa Inggris siswa rendah, maka perlu adanya strategi untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Strategi yang dilakukan adalah dengan penciptaan media
dan strategi jitu. Penggunaan Strategi jitu adalah upaya yang dilakukan penulis dalam
menciptakan media dan teknik dalam mengajar yang sederhana, murah dan mudah, namun
jitu dan tepat untuk membantu siswa belajar bahasa Inggris. Adapun berbagai strategi dan
media jitu yang telah dibuat dan diciptakan oleh penulis disertakan dalam lampiran.
Bagan di atas menjelaskan bahwa “Racikan Jitu” terdiri dari unsur Rasa Cinta, Anak
Andalan dan Strategi/Media Jitu. Untuk menumbuhkan Rasa cinta, upaya yang dilakukan
adalah dengan melakukan kontrak belajar, penerapan poin bahasa Inggris dan pemberian
reward atau pengharagaan. Upaya yang dilakukan dalam pembinaan Anak Andalan adalah
dengan berkumunikasi dalam bahasa Inggris melalui WhatApp, sharing juara, mengikuti
perlombaan, pembinaan rutin dan pendampingan nilai. Adapun media jitu dan strategi jitu
diciptakan oleh penulis untuk membantu pembelajaran bahasa Inggris. Pelaksanaan
pembelajaran dengan “Racikan Jitu” diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bahasa
Inggris dan juga penguatan pendidikan karakter.
5
PEMBAHASAN
A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
A.1. Penumbuhan Rasa Cinta
Adanya pendapat siswa bahwa bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit,
membuat kebanyakan siswa tidak menyukai Bahasa Inggris. Akibatnya, minat mereka
terhadap bahasa Inggris rendah. Jika rasa senang terhadap bahasa Inggris saja tidak
mempunyai, apalagi kemauan untuk belajar. Padahal, menurut Yusmansyah (2008: 44)
tanpa rasa senang akan sulit bertahan dalam belajar terutama jika menghadapi bagian-
bagian yang sulit dicerna. Dua hal yaitu merasa sulit dan merasa tidak suka menjadi alasan
utama siswa enggan mempelajari bahasa Inggris. Akibatnya, kemampuan berbahasa
Inggris siswa juga rendah.
Oleh karena itu, guru harus membuat siswa senang terhadap pelajaran-pelajaran
yang diajarkan. Dalam hal ini, penulis sebagai seorang guru bahasa Inggris harus mampu
membuat siswa merasa senang terhadap pelajaran bahasa Inggris. Rasa senang bisa
menjadi motivasi instrinsik untuk belajar bahasa Inggris sehingga tujuan pembelajaran
bisa tercapai. EPP (English Plus Point) efektif untuk menumbuhkan rasa senang karena
berisi daftar kegiatan belajar bahasa Inggris yang menyenangkan seperti menyanyikan lagu
bahasa Inggris, menerjemahkan lirik lagu, menulis buku harian, dan lain-lain. Sehingga,
siswa akan belajar bahasa Inggris dengan senang dan mandiri. Pemberian EPP
dilaksanakan diluar jam pelajaran sehingga tidak mengganggu jam efektif.
A.2. Pembinaan Anak Andalan
Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda. Ada siswa yang belajar
dengan cepat, ada pula siswa yang tidak bisa belajar cepat. Keduanya harus dilayani secara
adil. Oleh karenanya ada program remedial dan pengayaan. Untuk melayani siswa yang
mempunyai potensi dan menonjol kemampuan bahasa Inggrisnya, penulis
mengembangkannya dengan istilah “Anak Andalan” yaitu siswa yang berpotensi dan siap
dijadikan perwakilan sekolah dalam mengikuti berbagai kompetisi bahasa Inggris. Sebelum
diikutkan dalam berbagai perlombaan, Anak Andalan dibina secara intensif, siswa tersebut
diberi pengayaan secara khusus sehingga menjadi andalan sekolah dalam berbagai
kompetisi bahasa inggris. Selain itu, anak andalan tersebut diarahkan untuk mencapai target
6
yang mereka inginkan dimasa depannya, misalnya masuk perguruan tinggi dengan jurusan
yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa Inggris.
A.3. Penggunaan Strategi jitu
Hamalik (1986) yang dikutip Azhar Arsyad (2010:15), mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dengan dasar dan alasan tersebut,
penulis meyakini bahwa penciptaan media jitu sangat penting dilakukan untuk membuat
siswa merasa mudah dalam mempelajari pelajaran. Media jitu juga bisa membuat siswa
senang dan termotivasi dalam belajar.
Selain media, strategi dalam mengajar juga sangat mempengaruhi hasil belajar.
Pemilihan strategi pembelajaran sangatlah penting agar pembelajaran efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk
kondisi siswa bisa berbeda-beda. Untuk itu diperlukan kreativitas dan ketrampilan guru
dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa
karena proses belajar yang tidak menarik membuat siswa menjadi bosan. Disinilah
pentingnya penggunaan strategi dalam mengajar yang sesuai. Pentingnya strategi belajar
menurut Robert M Gagne Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (2005) yaitu berkembangnya
kemampuan intelektual, bertambahnya kemampuan informasi verbal, meningkatnya
keterampilan motorik serta berkembangnya sikap dan nilai ke arah yang lebih baik.
B. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah
Berikut diuraikan tentang pelaksanaan langkah yang telah dilakukan penulis dalam
mengajar siswa sesuai dengan kondisi yang ada dengan “Racikan Jitu”.
B.1.Penumbuhan Rasa Cinta.
Langkah-langkah untuk menumbuhkan Rasa cinta terhadap bahasa Inggris adalah:
B.1.1 Kontrak Belajar
Kontrak belajar dilakukan di awal pertemuan. Kontrak belajar adalah perjanjian atau
kesepakatan yang dibuat bersama guru dan murid untuk dijadikan peraturan bersama.
Kontrak belajar berisi tanggung jawab siswa dalam pelaksanan proses belajar baik di dalam
maupun di luar kelas selama satu tahun. Salah satu contoh kesepakatan yang dibuat siswa adalah
7
selalu menambah poin plus atau EPP dan membawa kartu EPP setiap hari. Selain itu siswa juga sepakat
untuk menambah kosakata pada Buku Tabungan Kosa Kata (BTK) dan lain sebagainya. Kontrak belajar
juga berisi sangsi apabila siswa tidak aktif dalam melakukan kegiatan serta pemberian penghargaan jika siswa
mencapai suatu prestasi.
B.1.2 English Plus Point (EPP).
Guru menghargai siswa walaupun hanya mengucapkan satu kalimat dengan cara
memberikan skor di kartu English Plus Point (EPP). Deskripsi kegiatan tertera pada bagian
depan kartu EPP, sedangkan bagian belakang berisi tempat mencatat kegiatan dan skor
yang dicapai siswa sesuai dengan petunjuk. EPP mendorong siswa untuk melakukan
pembelajaran secara mandiri. Strategi untuk menumbuhkan rasa cinta melalui EPP
dilakukan diluar jam pelajaran agar tidak mengganggu jam efektif.
B.1.3 Reward
Siswa yang mencapai skor tertinggi, diberikan penghargaan supaya siswa termotivasi
untuk mendapatkan poin. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mendapatkan
point tertinggi di setiap kelas setiap bulannya.Penghargaan bisa berupa pencatatan prestasi
siswa pada buku catatan guru ataupun pemberian hadiah berupa buku, kamus, majalah dan
lain-lain. Pemberian penghargaan sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap pelajaran bahasa Inggris. Motivasi guru ini dilakukan
untuk merangsang siswa akan pentingnya memiliki kemamuan belajar. Apabila siswa
sudah memiliki kemauan diri untuk belajar bahasa Inggris, nantinya siswa akan melakuan
kegiatan belajar secara mandiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dimyati (2016)
bahwa motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik jika siswa menyadari
pentingnya belajar.
B.2. Pembinaan Anak Andalan
Pelaksanaan strategi pemecahan masalah berupa Bimbingan Anak Andalan dilakukan
dengan:
B.2.1 English Communication (WhatApp)
Setelah anggota Anak Andalan terpilih, guru membentuk grup WA untuk melakukan
komunikasi menggunakan bahasa Inggris. Semua anggota pada grup tersebut dapat
menggunakan grup WA tersebut untuk berdiskusi, menyampaikan informasi lomba bahasa
Inggris, dan lain-lain.
8
B.2.2 Sharing Juara
Untuk mempercepat pencapaian prestasi siswa, penulis mengundang siswa dari sekolah
lain untuk menampilkan kemampuan berbahasa Inggris mereka, sehingga mereka bisa
menjadi pemenang. Sharing juga dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelas. Tidak
hanya itu, penulis juga mendatangkan pelatih bahasa Inggris untuk memberikan bimbingan
khusus kepada para siswa.
B.2.3 English Competition
Anak andalan selalu menjadi perwakilan sekolah dalam berbagai perlombaan bahasa
Inggris. Pada awalnya, penulis mengajak Anak Andalan untuk menyaksikan perlombaan
bahasa Inggris supaya mereka termotivasi dan mendapatkan gambaran akan perlombaan
bahasa Inggris. Setelah itu mereka harus mengikuti lomba bahasa Inggris seperti seperti
story telling, speech, dll. Mengituti perlombaan bahasa Inggris sangat efektif untuk
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan juga penguatan karakter daya juang
(nasionalisme).
B.2.4 Pembinaan Rutin
Anak Andalan diberikan bimbingan secara rutin setiap hari selasa sepulang sekolah.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris
terutama kemampuan berbicara (English Conversation).
B.2.5 Pembinaan Khusus menjelang kompetisi.
Dalam rangka menghadapi perlombaan, siswa dibimbing secara intensif tidak hanya
pada hari selasa, namun setiap saat tergantung perjanjian bersama.
B.2.6 Pendampingan pemberian Nilai
Pendampingan nilai sangat perlu dilakukan supaya nilai bahasa Inggris siswa tidak
mengalami penurunan sebaliknya terus meningkat. Ini sangat membantu ketika siswa akan
memasuki bangku kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
B.3. Penggunaan Strategi Jitu
9
Berbagai media pembelajaran jitu telah dihasilkan oleh penulis untukmenunjang
pelaksanaan pembelajaran siswa di kelas supaya siswa merasa senang terhadap bahasa
Inggris.Selain untuk menumbuhkan rasa untuk memudahkan pelajaran yang tadinya sulit
menjadi mudah, yang tadinya kompleks menjadi sederhana. Berikut ini adalah media jitu
tersebut:
Media dan strategi jitu digunakan penulis dalam mengajar di kelas. Penggunaan strategi dan
media dalam kegiatan pembelajaran sangat membantu dan memudahkan siswa dalam memahami
materi, sehingga bisa meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
10
C. Hasil yang Dicapai
Sesuai dengan upaya yang telah dilakukan penulis, berikut ini dipaparkan hasil yang
berhasil dicapai.
C.1. Hasil Penumbuhan Rasa Cinta
Penumbuhan rasa cinta terhadap bahasa Inggris memalui program EPP menghasilkan
perubahan sebagai berikut:
C.1.1 Meningkatnya jumlah siswa yang senang terhadap bahasa
Inggris
Berdasarkan hasil angket pada kelas yang dipilih secara acak yaitu kelas XI IPA 1,
rasa senang siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris meningkat. Di awal tahun pelajaran siswa
yang menyatakan rasa senang terhadap bahasa Inggris sejumlah 5 siswa dari 32 siswa. Setelah
menerapkan EPP, siswa yang menyukai bahasa Inggris meningkat menjadi menjadi 30 siswa.
Penerapan EPP juga meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar. Siswa dengan senang hati
menambah poin bahasa Inggris yang tertera pada EPP. Mereka juga dengan jujur menuliskan
poin mereka pada EPP sebelum ditandatangani guru.
C.1.2 Meningkatnya keaktifan siswa
Keaktifan siswa dalam kegiatan bahasa Inggris dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam
mendapatkan poin bahasa Inggris melalui EPP. Siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan poin
sebagaimana tetera pada kartu EPP. Dalam hal ini siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran
secara mandiri dan kompetitif.
C.2. Hasil Pembinaan Anak andalan
Hasil pembinaan anak andalan dapat dilihat pada tabel berikut:
11
Tabel 1. Hasil Pembinaan Anak Andalan
Hasil prestasi yang diraih para Anak Andalan tersebut menunjukkan bahwa para anak
Andalan memiliki karakter kerja keras, daya juang atau kompetitif dan kemandirian.
C.2.1 Hasil Penggunaan Strategi Jitu
Strategi jitu terdiri dari dua unsur yaitu media dan strategi itu sendiri. Siswa menjadi mudah
dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Siswa juga menikmati kegiatan
pembelajaran akibatnya adalah meningkatnya kemampuan berbahasa Inggris. .Kemajuan
berbahasa Inggris siswa dapat dilihat dari hasil ulangan bahasa Inggris siswa yang mengalami
peningkatan.Peningkatan yang dicapai bisa dilihat dari hasil ulagan harian seperti pada table
berikut:
12
Dari table di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan yang berarti setelah menerapkan
pembelajaran dengan strategi/media. Selain itu, Penggunaan media dan strategi jitu yang
dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan nilai karakter gotong royong diantara siswa.
Selain itu peningkatan kompetensi siswa, penemuan media dan strategi jitu memberikan
dampak terhadap guru pula karena guru menuliskan hasil penelitian penggunaan media atau
strategi jitu. Berikut ini adalah dampak bagi guru dan murid:
13
Dari tabel di atas, diketahui bahwa penemuan media jitu selain bermanfaat bagi siswa juga
bermanfaat bagi guru. Media/ strategi jitu membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa Inggris.
D. Kendala-kendala yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi adalah sumber daya manusia yang membutuhkan proses pelatihan
terus-menerus. Memerlukan kerja keras untuk melatih siswa dengan kemampuan berbahasa
Inggris yang rendah dan kosakata bahasa Inggris yang terbatas. Kendala lain yang dihadapi
adalah keterbatasan waktu yang dimiliki. Butuh perhatian full dari guru kepada “Anak
Andalan”. Pada waktu akan menghadapi perlombaan, kadang siswa harus penulis ajak ke rumah
untuk latihan. Selain itu, kendala yang dihadapi adalah terbatasnya dana untuk mengikuti
perlombaan di tingkat yang lebih tinggi misalnya Propinsi dan nasional.
E. Faktor-Faktor Pendukung
Namun demikian, kendala yang dihadapi dapat diantisipasi dengan faktor pendukung yang
dimiliki. Pertama, dukungan spiritual sekolah yang besar menjadi sumber kekuatan yang luar
14
biasa. Sekolah mendukung untuk dikembangkan prestasi dan menularkannya kepada siswa yang
lain. SMA Negeri 1 Badegan Ponorogo memberikan ruang kebebasan kepada guru untuk
berkreativitas demi meningkatkan bakat dan minat peserta didik.
Faktor pendukung lain adalah adanya motivasi yang dimiliki para “Anak Andalan”. Para siswa
tersebut telah memiliki motivasi instrinsik. Motivasi ini akan memberikan dampak yang besar
terhadap hasil belajar. Menurut pendapat Hakim (2005: 29-30), Bila seseorang siswa
melakukan aktivitas belajar karena didorong oleh motif intrinsik, siswa tersebut akan dapat
belajar dengan inisiatif sendiri tanpa harus didorong oleh orang lain seperti orang tua atau guru.
Dengan kata lain, motivasi instrinsik itu akan memungkinkan seorang siswa bersikap mandiri
dalam melaksanakan aktivitas belajar. Kemandirian siswa tersebut sangat mendukung
keberhasilan.
F. Alternatif Pengembangan
Upaya penulis berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut adalah dengan cara mengusulkan
supaya apa yang telah dilakukan penulis menjadi program sekolah. Selain itu penulis ingin
mengembangkan pelaksanaan dengan Racikan Jitu pada setiap jenjang, sehingga dampaknya
akan menjadi lebih luas.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Penerapan pembelajaran melalui “Racikan Jitu” terdiri dari tiga hal. Pertama, penumbuhan
Rasa Cinta. Langkah-langkah untuk menumbuhkan Rasa cinta adalah dengan kontrak belajar,
English Plus Point (EPP), dan pemberian penghargaan atau reward. Kedua, bimbingan Anak
Andalan dilakukan dengan English Communication (WhatApp), Sharing Juara, English
Competition, Pembinaan Rutin, Pembinaan Khusus menjelang kompetisi, dan Pendampingan
pemberian Nilai Ketiga, Upaya Penggunaan strategi/media Jitu dilakukan dengan Menciptakan
Berbagai media dan strategi pembelajaran.
Penerapan pembelajaran melalui “Racikan Jitu” dapat meningkatkan penguatan karakter
siswa yaitu kemandirian, integritas, nasionalisme, dan gotong royong.
15
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh, penulis merekomendasikan bahwa:
1. “Racikan Jitu” bisa diterapkan pada semua mata pelajaran dengan penciptaan strategi/
media sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.
2. Penumbuhan Rasa Cinta siswa terhadap pelajaran dapat dilakukan dengan memberikan
penghargaan terhadap apapun yang diucapkan dan dilakukan siswa
3. Pembuatan media jitu sangat membantu siswa dalam meningkatkan hasil pembelajaran
sehingga bisa digunakan oleh guru lain.
Pembimbingan Anak Andalan sangat perlu dipersiapkan karena bisa mengembangkan potensi
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Setia.
Azhar Arsyad. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hakim, Lukman, Drs. 2005.Panduan Menemukan Teknik Belajar, Memilih jurusan, dan
Menentukan Cita-cita, Belajar Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara.
Rais, Sigit. 2009. Jadi Jutawan dari Hobi. Yogyakarta: Indonesia Tera.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
4. Yusmansyah, Taufik. 2008. Akidah dan Akhlak untuk kelas IX Madrasah Tsanawiyah.
Grafindo Media Pratama
16
STRATEGI IKAN TUNA SUPER DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 PEMALI
Derry Nodyanto SMAN 1 Pemali
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi khususnya dalam bidang pendidikan suatu keharusan atau tuntutan
bagi guru untuk terus belajar dan bersikap responsif terhadap perubahan abad ke-21. Guru
dituntut terus belajar lebih banyak dengan pendekatan atau cara yang berbeda karena
menghadapi zaman yang berbeda pula.
Di abad ke-21, siswa menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian sejalan dengan
perkembangan lingkungan yang begitu pesat, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, ekonomi
dan sosial budaya, sehingga siswa dituntut untuk belajar lebih banyak dan proaktif agar
mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan/keahlian yang memadai. Para siswa saat ini
hidup dalam dunia yang berbeda dan jauh lebih kompleks dibanding zaman sebelumnya. Guru
pendidikan di sekolah sebagai ujung tombak atau sebagai sosok terdepan (frontliner) di dalam
proses pendidikan, dituntut mampu memberikan pengetahuan, sikap, perilaku, dan
keterampilan melalui strategi dan pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan di abad 21 (Hosnan, 2014:2). Sejalan dengan fenomena tersebut, mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sebagai bagian dari muatan
kurikulum satuan pendidikan memiliki visi mewujudkan suatu mata pelajaran yang berfungsi
sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan
warga negara. Intinya kompetensi kewarganegaraan yang dikembangkan dalam PPKn yaitu
civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic skills (kecakapan kewarganegaraan) ,
dan civic dispositions (watak kewarganegaraan).
Namun Komalasari (2008: 8) melihat bahwa kondisi pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) selama ini ternyata masih didominasi oleh sistem konvensional,
sehingga pembelajaran yang berorientasi pada konsep “contextualized multiple intelegence”
17
masih jauh dari harapan. Adapun belajar konvensional yang dimaksud ditandai dengan ruang
kelas yang tertutup dalam sekolah juga tertutup dari lingkungannya, setting ruangan yang
statis dan penuh formalitas, guru menjadi satu-satunya sumber ilmu, dan papan tulis sebagai
sarana utama dalam proses transfer of knowledge, situasi dan suasana belajar diupayakan
hening untuk mendapatkan konsentrasi belajar maksimal, menggunakan buku wajib yang
cenderung satu-satunya yang sah sebagai referensi di kelas, dan adanya model ujian dengan
soal-soal pilihan ganda (multiple choices) yang hasilnya menjadi kemampuan ukuran siswa.
Di SMA Negeri 1 Pemali, khususnya pada mata pelajaran PPKn umumnya guru langsung
masuk ke materi pembelajaran yang lebih menekankan pada dampak instruksional (kognitif),
sedangkan pembangunan dimensi efektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian
sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu, penulis tertarik melaksanakan Strategi Pembelajaran
Tugas Bermakna dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Peserta Didik di kelas
XI MIPA 1.
Tugas bermakna sebagaimana dikemukakan oleh Krajcik, Czerniak, Berger,1999 dalam
Winataputra, dkk (2011) dirancang berfokus pada salah satu pencapaian kompetensi belajar.
Tugas bermakna akan menarik perhatian siswa, memotivasi siswa untuk ingin tahu,
mengeksplorasi, dan menemukan jawaban, serta memelihara konsentrasi perhatian siswa
selama pelajaran berlangsung. Tugas yang bermakna juga dirancang untuk tidak hanya dapat
diaplikasikan di ruang kelas, tetapi luas dan lebih makro sifatnya.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang terdahulu, rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah
“Bagaimana strategi pembelajaran tugas bermakna dalam Meningkatkan Kompetensi
Kewarganegaraan Peserta Didik SMA Negeri 1 Pemali?”
C. Strategi Pemecahan Masalah
Strategi pemecahan masalah dilakukan melalui strategi pembelajaran tugas bermakna
berdasarkan pengalaman yang diperoleh ketika mengikuti pelatihan karakter bangsa pada
tahun 2012 di LPMP Kepulauan Babel. Tugas bermakna dilaksanakan dengan memanfaatkan
media benda nyata berupa: (a) botol sirup minuman dan (b) korek api. Adapun tahapan
operasional yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
18
(1) Membagi peserta didik menjadi 4 kelompok, kemudian peserta didik diminta untuk
menyusun menara dengan menggunakan lidi korek api diatas botol sirup minuman dalam
waktu yang telah ditentukan (15 menit) dengan kata kunci ”menyusun menara tertinggi
dan indah”.
(2) Setelah waktu yang ditentukan berakhir, kemudian guru meminta masing-masing
kelompok untuk berdiskusi dan menulis pengalaman empirik yang dirasakan dalam
proses pembelajaran berdasarkan sumber referensi yang ada dan mengaitkan dengan dua
poin penting yang berkaitan dengan (a) pendidikan karakter dan (b) materi pembelajaran
“Menatap Tantangan Integrasi Nasional”
(3) Guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk mengunjungi kelompok lain dalam
rangka menentukan kelompok yang sesuai dengan kata kunci “menyusun menara
tertinggi dan indah”.
(4) Masing-masing kelompok mempresentasikan/mengkomunikasikan pengalaman empirik
di hadapan kelompok lain dalam upaya membiasakan diri berbicara di depan umum.
(5) Pada akhirnya guru dan peserta didik menarik kesimpulan yang dikaitkan dengan
pendidikan karakter dan materi pembelajaran.
IMPLEMENTASI
A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Kecenderungan pembelajaran PPKn selama ini tidak mengarah pada visi sebagaimana
seharusnya. Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut telah diuraikan
oleh Budimansyah (2010: 42) :
Pertama, proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih menekankan pada dampak
instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery)
atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja. Sedangkan
pembangunan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan pemerolehan dampak
pengiring (nurturant effects) sebagai “hidden curriculum” belum mendapat perhatian
sebagaimana mestinya. Kedua, pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana
kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa/mahasiswa
melalui perlibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas
19
maupun di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya
pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan
dan perilaku siswa/mahasiswa. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana
sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga belum memberikan
kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek
pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum.
Berdasarkan asumsi tersebut, alasan memilih strategi pemecahan masalah dengan
tugas bermakna diantaranya ialah :
1. Saat ini sudah seharusnya adanya perubahan pada dunia pendidikan dimana pembelajaran
hendaknya berpusat pada peserta didik (student centered), bukan lagi berpusat pada guru
(teacher centered). Selama ini pembelajaran hanya terjadi dalam komunikasi satu arah,
peserta didik pasif dan hanya mendengarkan apa yang diceramahkan oleh guru.
2. Mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber dan bukan hanya diberi
tahu. Umumnya selama ini guru langsung masuk ke materi pembelajaran dengan alasan
keterbatasan waktu karena padatnya materi pada kurikulum.
3. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta
memberdayakan potensi peserta didik sehingga terhindarkan dari pembelajaran yang
mengarah pada apa yang disebut sebagai “teaching to the test” atau mengajar yang
diarahkan hanya untuk menghadapi soal-soal ujian.
4. Guru dituntut mampu memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan di abad 21. Selama ini
kompetensi sikap dan keterampilan masih belum dikembangkan potensinya, sehingga
berdampak kepada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna.
5. Mengembangkan kompetensi kewarganegaraan (civic intelligence), tanggung jawab warga
negara (civic responsibility); serta partisipasi warga negara (civic participation) agar
terbentuknya warga negara yang cerdas dan baik yang sadar akan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara.
B. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah
Strategi pembelajaran tugas bermakna ini dilaksanakan pada kelas XI MIPA 1 SMA
Negeri 1 Pemali. Penulis juga telah melaksanakan implementasi serupa pada kelas XI lainnya
20
sesuai dengan materi pembelajaran yang dimaksud. Pada pertemuan sebelumnya peserta didik
dibagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok membawa media benda nyata
sesuai instruksi berupa: (a) botol sirup minuman dan (b) korek api sebanyak tiga kotak.
Pemanfaatan media ini dikaitkan dengan strategi pembelajaran tugas bermakna dan sesuai
dengan konten materi pembelajaran, yakni “Menatap Tantangan Integrasi Nasional”.
Di awal pembelajaran tiap kelompok harus menyusun lidi korek api di atas botol sirup
minuman dalam waktu 15 menit. Kata kuncinya adalah ”menyusun menara tertinggi dan
indah”. Setelah waktu yang telah ditentukan berakhir, tiap kelompok diminta untuk
mendeskripsikan pengalaman empirik yang berkenaan dengan proses simulasi pembentukan
menara. Kemudian tiap perwakilan kelompok berkunjung melihat hasil karya kelompok lain
dengan maksud mengecek kesesuaian menara yang terbentuk dengan kata kunci yang telah
ditentukan.
Berikut ini merupakan paparan konkret implementasi strategi pemecahan masalah
dari masing-masing kelompok. Dimulai oleh kelompok II, kemudian dilanjutkan oleh
kelompok I, IV, dan III secara berurutan.
Kelompok II
Menurut kelompok ini tugas yang kelihatan sederhana ternyata memiliki makna yang
luar biasa, baik dari segi pendidikan karakter maupun dikaitkan dengan materi pembelajaran.
Pada simulasi yang dilakukan, kelompok II mengakui bahwa mereka mengalami beberapa
kegagalan. Alasannya karena kecerobohan kelompok yang tergesa-gesa dan ketidaktelitian,
sehingga mengakibatkan menara menjadi roboh yang disebabkan oleh angin.
Kelompok ini menarik kesimpulan bahwa dalam membangun dan mempertahankan
suatu negara akan dijumpai tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Bangsa ini dapat
hancur selain karena faktor intern, bisa juga dari faktor ekstern yakni intervensi dari negara
lain yang ingin menguasai Indonesia. Angin diibaratkan sebagai negara lain yang merongrong
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi muatan pendidikan karakter
yang harus dipegang sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), kita semestinya harus bahu-
membahu, bergotong royong dan pantang menyerah untuk membangun negara yang kita cintai
ini. Kita harus peduli dan bertanggung jawab memelihara keutuhan dan kedaulatan NKRI.
21
Kelompok I
Kelompok I berpendapat bahwa banyak pelajaran berharga yang mereka dapat petik
sebagai individu maupun sebagai warga negara. Terutama harus disiplin dengan waktu dan
menghargai waktu itu sendiri. Menyusun lidi korek api tidak semudah yang mereka
bayangkan, demikian juga menyusun atau membangun negara dengan pola pikir masyarakat
yang berbeda-beda.
Intinya menurut kelompok II ini, sebagai warga negara sekaligus generasi muda kita
harus bersyukur dan berterima kasih kepada para pendiri negara yang telah menyatukan kita
dalam keberagaman. Kelompok ini juga berpendapat bahwa kita harus bangga sebagai WNI,
harus bahu membahu, bertanggung jawab dan pantang menyerah, sebagaimana tayangan
video yang ditampilkan pada kegiatan pendahuluan yang mengajak kita semua harus bangga
sebagai WNI.
Kelompok IV
Menurut kelompok IV dalam upaya menjaga integrasi bangsa maka diperlukan
kepedulian, tanggung jawab, dan kerjasama semua warga negara agar NKRI tetap terjaga.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tentu dihadapi dengan berbagai ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar seperti ancaman militer maupun
nonmiliter. Ancaman militer seperti teroris, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, invasi,
dan lain-lain. Sedangkan ancaman nonmiliter yang mengancam berbagai bidang kehidupan
seperti ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya. Semua itu akan mudah terjadi jika
pemuda Indonesia tidak bekerja sama dalam melindungi negara ini.
Jadi menurut kelompok IV, sebagai pemuda bangsa, kita tidak boleh lengah dan
senantiasa waspada terhadap ancaman-ancaman tersebut, dan kita harus siap bersaing secara
sehat dengan negara lain untuk menjadi negara yang lebih baik. Tidak kalah penting berkaitan
dengan tugas simulasi, maka diperlukan kesepakatan untuk menentukan strategi terbaik dalam
menyusun menara sesuai waktu yang telah ditentukan sehingga waktu tidak terbuang sia-sia
karena berdebat menentukan strategi yang harus dipilih.
Kelompok III
22
Kelompok III berpendapat bahwa simulasi yang dilakukan menggugah kesadaran dan
tanggung jawab mereka sebagai pelajar sekaligus warga negara Indonesia untuk senantiasa
menjaga keutuhan NKRI. Harus memiliki rasa peduli, cinta tanah air, dan mempertahankan
kesamaan dan kebersamaan yang merupakan kunci utama untuk mewujudkan persatuan serta
yang paling utama adalah semangat gotong royong sebagai warisan kearifan lokal bangsa
Indonesia. Dalam menyusun menara, demikian juga negara harus bergotong royong, tidak
mungkin hanya dilakukan oleh satu orang. Jadi menurut kelompok III untuk menjadi
pemimpin itu tidak mudah, kita harus membantu menjaga NKRI sebagai harga mati.
Setelah tiap kelompok mengkomunikasikan pendapat masing-masing, guru mengajak
seluruh siswa untuk memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya (applause) atas kerja keras,
kerja cerdas, dan penalaran mereka yang sangat luar biasa. Sebelum memberikan kesimpulan,
guru mempersilahkan salah satu peserta didik menyampaikan kesimpulan berdasarkan sudut
pandang mereka terlebih dahulu.
Sebagai penutup, guru memberikan kesimpulan umum atas simulasi yang telah
dilakukan. Intinya guru menggunakan dua filosofi dalam upaya menjaga keutuhan NKRI.
Pertama; memegang prinsip “negara Indonesia adalah negara yang luas, negara
Indonesia bukan negara yang terlalu luas”. Filosofi ini menandakan kebanggaan kita
sebagai bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan NKRI dengan segala kekayaan yang
dimiliki dari sabang sampai merauke.
Kedua: “belajar sejarah dan belajar dari sejarah”, ini berarti sebagai warga negara
terutama generasi muda harus mengetahui wawasan kebangsaan termasuk mempelajari
pendidikan kewarganegaraan agar melek tentang kronologis sejarah bangsa. Tak kalah penting
belajar dari sejarah bahwa bangsa ini pernah dijajah, oleh sebab itu bagaimana upaya bangsa
ini agar tidak kembali dijajah, yakni dengan mempersiapkan generasi muda yang sadar akan
hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan senantiasa waspada menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan.
Selain itu perlu pula dikaitkan antara simulasi yang telah dilakukan dengan isu
kewarganegaraan (kontekstual), diantaranya harus bijak memanfaatkan media sosial. Sebab
jika tidak didukung dengan pemikiran yang matang, tidak jarang membuahkan tindakan
23
bersifat disharmoni atau konflik sesama. Dengan kata lain sebagai pengguna media sosial
bukan hanya mengkritik semata atas kebijakan pemerintah, namun ikut memberikan solusi
dalam menyelesaikan masalah, sebab menjadi pemimpin itu bukan perkara mudah.
C. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni :
1. Kompetensi kewarganegaraan
Mengacu pada asumsi Branson (dalam Budimansyah dan Suryadi, 2008: 55) bahwa
“kompetensi kewarganegaraan yang dikembangkan dalam PKn yaitu civic knowledge, civic
skills, dan civic dispositions”.
(a) Dari segi civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan)
Civic Knowledge berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh
warga negara. Strategi pembelajaran tugas bermakna mengaitkan dengan kandungan keilmuan
/ materi pembelajaran yang dikemukakan peserta didik.
(b) Dari segi civic skill (kecakapan kewarganegaraan)
Civic Skill meliputi keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks pembelajaran, siswa merespon persoalan
dengan pendidikan karakter dan materi menatap tantangan integrasi nasional. Sedangkan
keterampilan berpartisipasi ditunjukkan dengan keterampilan mengomunikasikan pendapat
atau argumen berkaitan dengan tagihan materi.
(c) Dari segi civic disposition (watak kewarganegaraan)
Watak kewarganegaraan yang ditunjukkan oleh peserta didik berkembang secara
perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami dalam proses pembelajaran.
Lebih lanjut hasil konkret membanggakan yang dicapai peserta didik SMA Negeri 1
Pemali yang bersentuhan langsung dengan penulis selaku guru PPKn sekaligus guru
pembimbing dan juga kompetensi kewarganegaraan peserta didik (meliputi civic knowledge,
civic skills, dan civic dispositions) periode dua tahun terakhir adalah :
(1) Juara 1 Lomba Parade Cinta Tanah Air (PCTA) Tingkat Provinsi dan mewakili Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung pada Tingkat Nasional Pada Tahun 2016;
(2) Juara 1 Lomba Debat Konstitusi Tingkat Provinsi yang diselenggarakan oleh Fakultas
Hukum Universitas Bangka Belitung Tahun 2016;
24
(3) Juara 1 Lomba Cerdas Cermat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang
diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangka;
(4) Juara 2 Lomba Cerdas Cermat MPR RI Tingkat Provinsi yang diselenggarakan oleh MPR
RI Tahun 2017;
(5) Perwakilan Duta Parlemen Remaja Tingkat SMA/SMK Se-Indonesia Tahun 2016.
2. Tugas Bermakna
Indikator-indikator hasil yang dicapai melalui strategi pembelajaran tugas bermakna
tercermin dari testimoni perwakilan peserta didik terhadap tugas yang diberikan (dapat dilihat
pada video pembelajaran), yakni :
1. Asya Safira (Kelas XI MIPA 1)
Asya menyimpulkan pembelajaran dengan Strategi Ikan Tuna Super sebagai berikut :
a. Pembelajaran menjadi asyik dan menyenangkan sebab tidak hanya mendengar apa yang
diceramahkan oleh guru tetapi ikut aktif melakukan sesuatu atau terlibat dalam
pembelajaran sehingga memberikan manfaat yang positif;
b. Pembelajaran yang dilaksanakan memiliki makna yang mendalam karena menyangkut
tentang kondisi kekinian sehingga menjadi acuan dalam bersikap dan bertindak dalam
masyarakat;
c. Menumbuhkan jiwa kompetitif yang sehat antarpeserta didik, seperti kemampuan
mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat serta melatih kebiasaan berbicara di
depan umum/orang banyak.
2. Eric Okto Fernandes (Kelas XI MIPA 1)
Pada hakekatnya pendapat yang dikemukakan Eric hampir sama dengan pendapat Asya.
Adapun inti pembelajaran dengan Strategi Ikan Tuna Super menurut Eric ialah :
a. Pembelajaran menjadi tidak membosankan namun asyik dan menyenangkan karena
dilakukan di luar kelas;
b. Menuntut kemampuan peserta didik untuk mengasah atau melakukan penalaran dan
dikaitkan dengan pembelajaran di kehidupan masyarakat;
c. Menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat antarpeserta didik dalam menyampaikan
pendapat serta melatih dan menumbuhkan komitmen bagi peserta didik itu sendiri, di
25
antaranya disiplin, gotong royong, mengikuti upacara bendera dengan baik yang
dikembangkan dalam kehidupan.
Secara umum pendapat dua peserta didik tentang tugas bermakna sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Krajcik, Czerniak, Berger,1999 dalam Winataputra, dkk. (2011) yang
mengatakan ” tugas bermakna dirancang berfokus pada salah satu pencapaian kompetensi
belajar. Tugas bermakna akan menarik perhatian siswa, memotivasi siswa untuk ingin tahu,
mengeksplorasi, dan menemukan jawaban, serta memelihara konsentrasi perhatian siswa
selama pelajaran berlangsung. Tugas yang bermakna juga dirancang untuk tidak hanya dapat
diaplikasikan di ruang kelas, tetapi luas dan lebih makro sifatnya”.
Dengan demikian Strategi Ikan Tuna Super memiliki relevansi antara teori dan
testimoni yang dikemukakan oleh peserta didik. Hal tersebut antara lain dapat tercermin pada
pernyataan : (1) tugas bermakna dirancang berfokus pada salah satu pencapaian kompetensi
belajar (materi pembelajaran yang kontekstual/kekinian). (2) tugas bermakna menarik
perhatian siswa, memotivasi siswa untuk ingin tahu, mengeksplorasi, dan menemukan
jawaban (pembelajaran asyik dan menyenangkan karena tidak hanya mendengarkan ceramah
guru, menuntut penalaran, menumbuhkan jiwa kompetitif yang sehat antar siswa), dan (3)
tugas yang bermakna juga dirancang untuk tidak hanya dapat diaplikasikan di ruang kelas,
tetapi luas dan lebih makro sifatnya (pembelajaran menjadi tidak membosankan karena
dilakukan di luar kelas, seperti ruang pendopo sekolah).
D. Kendala-kendala yang dihadapi
Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih antara lain :
1. Belum semua peserta didik mampu mengkomunikasikan pendapat atau membiasakan
berbicara di depan umum ;
2. Pemanfaatan media benda pada proses pembelajaran memiliki kelemahan, terutama
botol minuman apabila terjatuh.
E. Faktor- faktor Pendukung
Faktor-faktor pendukung dalam melaksanakan strategi yang dipilih antara lain :
1. tanggung jawab, semangat dan kesadaran peserta didik untuk tampil mengomunikasikan
pendapat sangat baik;
26
2. terjadi kompetisi sehat antarkelompok dalam menyajikan hasil tugas atau karya terbaik
termasuk menghargai pendapat orang lain;
3. kompetensi peserta didik mengaitkan materi dengan isu kewarganegaraan/ kontekstual
sangat baik;
4. dukungan pihak sekolah yang memberikan ruang kreasi kepada guru untuk
mengembangkan potensi peserta didik termasuk peluang guru untuk berkarya;
5. sarana dan prasarana sekolah, yakni ruang pendopo yang representatif untuk menunjang
kegiatan di luar kelas.
F. Alternatif Pengembangan
Bercermin dari hasil yang dicapai, alternatif pengembangan yang dapat dilakukan
antara lain:
1. penguatan peran kelembagaan khususnya MGMP PPKn untuk berbagi informasi dalam
upaya memaksimalkan pembelajaran mendidik dan memberikan layanan kualitas terbaik
kepada peserta didik.
2. mengoptimalkan peran pengawas sekolah yang memberikan masukan dan energi positif
bagi guru dalam upaya peningkatan mutu sekolah
3. berkolaborasi dengan rekan guru PPKn dan guru Bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kompetensi peserta didik dalam hal berkomunikasi yang dapat digunakan sebagai
masukan dalam mengikuti lomba-lomba yang relevan.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan Strategi pembelajaran tugas bermakna mampu meningkatkan kompetensi
kewarganegaraan peserta didik SMA Negeri 1 Pemali meliputi civic knowledge, civic
skills, dan civic dispositions yang ditunjukkan dengan hasil yang dicapai peserta didik
kelas XI MIPA 1 berkaitan dengan kompetensi kewarganegaraan dalam periode dua
tahun terakhir yakni : Juara 1 Lomba PCTA Tingkat Provinsi Pada Tahun 2016; Juara 1
Lomba Debat Konstitusi Tingkat Provinsi Tahun 2016; Juara 1 Lomba Cerdas Cermat
KPU Bangka Tahun 2016; Juara 2 Lomba Cerdas Cermat MPR RI Provinsi Tahun
2017; dan Perwakilan Duta Parlemen Remaja Se-Indonesia Tahun 2016.
27
Strategi pembelajaran tugas bermakna juga memiliki relevansi dengan pendapat
Berger dalam Winataputra (2011) dan testimoni yang dikemukakan oleh peserta didik,
yakni : tugas bermakna berfokus pada salah satu pencapaian kompetensi belajar menarik
perhatian peserta didik, memotivasi peserta didik untuk ingin tahu, mengeksplorasi, dan
menemukan jawaban (pembelajaran asyik dan menyenangkan karena tidak hanya
mendengarkan ceramah guru, menuntut penalaran, menumbuhkan jiwa kompetitif yang
sehat antarpeserta didik) dan tugas yang bermakna dirancang untuk tidak hanya dapat
diaplikasikan di ruang kelas, tetapi luas dan lebih makro sifatnya (pembelajaran menjadi
tidak membosankan karena dilakukan di luar kelas, seperti ruang pendopo sekolah).
B. Rekomendasi
Pendidikan yang baik adalah hak setiap peserta didik, maka rekomendasi berkaitan
dengan harapan tercapainya tujuan kegiatan pembelajaran, hendaknya :
1. Guru melaksanakan pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran yang membuat
peserta didik lebih banyak melakukan sesuatu daripada hanya mendengarkan ceramah;
2. Guru membiasakan peserta didik membaca, menulis, mendiskusikan dan terlibat aktif
dalam pemecahan berbagai masalah sesuai tuntutan kompetensi kewarganegaraan;
3. Guru senantiasa mempelajari berbagai sumber referensi guna memaksimalkan
pembelajaran mendidik dan memberikan layanan kualitas terbaik kepada peserta didik;
4. Peserta didik harus didorong dan tergugah untuk mencari tahu dari berbagai sumber dan
bukan hanya diberi tahu;
5. Semua warga sekolah harus memiliki komitmen tinggi dan konsisten sebagai agen
perubahan, khususnya guru dalam menanamkan pendidikan karakter kepada peserta
didik dan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata/kontektual.
6. Dinas pendidikan/Instansi terkait dapat membantu memublikasikan proses pembelajaran
yang berlangsung (misal dalam bentuk CD Pembelajaran) dan dijadikan referensi bagi
sekolah-sekolah lain.
28
DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah, D. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun
Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Budimansyah dan Suryadi. 2008. PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Komalasari, K. 2008. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn Terhadap Kompetensi
Kewarganegaraan Siswa SMP. Disertasi, Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Winataputra, S. Udin, dkk. 2011. Pembaruan dalam Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas
Terbuka.
29
30 Yustiandi SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menegaskan bahwa usaha untuk
menciptakan warga negara dengan karakter unggul merupakan tanggung jawab sistem
pendidikan (Kemdikbud, 2013). Undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa pendidikan
tidak hanya membentuk generasi yang cerdas dalam pengetahuan tetapi membentuk generasi
yang memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Pada kenyataannya, pengembangan sikap dan karakter yang telah diamanatkan dalam
undang-undang tersebut belum terlaksana secara optimal. Hal lini dibuktikan dengan banyaknya
kasus dikalangan anak dan remaja yang menunjukkan perilaku negatif. Berdasarkan data yang
dirilis media, hingga April 2015 ada 6.006 kasus anak berhadapan dengan hukum (Edwardi,
2015). Sementara itu menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak, Asrorun, angka
penyalahgunaan narkoba pada anak terus mengalami peningkatan, dari 2011 hingga 2014
meningkat hampir 300 persen. Tahun 2012 ada 17, 2013 ada 31, dan di 2014 mencapai 42 anak
(KPAI, 2015). Akhlak generasi muda yang semakin brutal, tidak jujur, tidak disiplin,
kecenderungan meneyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak
sering muncul di Indonesia. Data-data di atas semakin menguatkan bahwa pembentukan sikap
dan karakter sebagai hasil pembelajaran dalam sistem pendidikan harus diperbaiki.
Sistem pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mencetak dan menghasilkan
generasi yang unggul dalam pengetahuan, keterampilan serta sikap dan karakter. Kurikulum
2013 menempatkan sikap spiritual pada urutan pertama dari Kompetensi Inti (KI 1) serta sikap
sosial pada urutan kedua (KI 2)P. Dengan kata lain, Kurikulum 2013 lebih difokuskan pada
pembentukan sikap dan karakter peserta didik. Pengembangan sikap spiritual dan sikap sosial
harus mendasari pengembangan pengetahuan dan keterampilan pada siswa.
Berdasarkan paparan di atas, penilaian sikap merupakan penilaian yang penting
dilaksanakan. Penilaian sikap akan menggambarkan kondisi sikap siswa satu persatu dengan
sangat teliti, dan pada akhirnya akan menggambarkan karakteristik siswa yang diharapkan sesuai
dengan tujuan kurikulum.
B. Permasalahan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Retno, 2015) mengenai implementasi penilaian
sikap di SMA Kabupaten Pandeglang, ditemukan bahwa penilaian sikap belum dilaksanakan
secara optimal, pendidik masih belum memahami bentuk dan teknik penilaian sikap. Guru
memiliki banyak kendala dalam melaksanakan penilaian sikap, salah satunya karena aspek-aspek
penilaian sikap memiliki banyak dimensi misalnya, jujur, disiplin, kerjasama, tanggung jawab,
santun dan menghargai pendapat orang lain. Masing-masing aspek memiliki beberapa indikator
sehingga untuk menilai satu aspek diperlukan paling tidak satu lembar kertas. Berikut disajikan
ilustrasi penilaian sikap: Dari ilustrasi di atas, kita mendapatkan bahwa untuk melaksanakan
sekali penilaian sikap, dibutuhkan 360 lembar. Selain menghabiskan banyak dana, guru akan
kesulitan untuk merekap hasil dan menganalisanya, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk
melaksanakan satu kali penilaian.
Tugas guru akan menjadi lebih berat dan perlu ketelitian dalam menganalisis jawaban
siswa satu persatu, dan itu tidak bisa dilakukan secara klasikal. Hal ini akan mengakibatkan
penilaian sikap yang direkayasa, siswa yang baik dan siswa yang buruk saja yang menjadi
patokan perbedaan nilai, sementara nilai yang lainnya merupakan standar umum saja (Roslinda,
2013).
31
C. Strategi Pemecahan Masalah
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memudahkan urusan setiap manusia dalam
kehidupan sehari – hari, begitupun dalam dunia pendidikan khususnya masalah penilaian sikap.
Google, yang telah lama berkecimpung dalam dunia teknologi, mencoba berkontribusi dalam
dunia pendidikan. Salah satu fitur yang bisa kita manfaatkan untuk mengatasi masalah penilaian
afektif ini adalah google formulir atau lebih dikenal dengan google forms.
Google forms dapat memudahkan guru dalam melakukan penilaian sikap tanpa
menghabiskan banyak kertas dan waktu untuk menginput data dan menganalisisnya. Selain itu,
siswa bisa mengisi kapan saja melalui komputer, laptop, handphone selama alat–alat tersebut
terkoneksi internet.
Berdasarkan pertimbangan di atas penulis tertarik untuk memberikan sumbangsih pemikiran
dan ide bagaimana melaksanakan penilaian sikap pada kurikulum 2013 dengan lebih efektif dan
efisisen dengan memanfaatkan teknologi.
IMPLEMENTASI BEST PRACTISE
A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
32
Penilaian merupakan salah satu bagian penting dalam pembelajaran. Penilaian dapat
menentukan kualitas pembelajaran, sehingga jika kita ingin meningkatkan kualitas pembelajaran,
maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas penilaian.
Kurikulum 2013 lebih memfokuskan pada pembentukan sikap dan karakter siswa, sehingga
penilaian sikap penting untuk dilaksanakan karena penilaian sikap akan menggambarkan kondisi
sikap siswa satu persatu dengan sangat teliti, dan pada akhirnya akan menggambarkan
karakteristik siswa yang diharapkan sesuai dengan tujuan kurikulum.
Alasan pemilihan google forms untuk melaksanakan penilaian dikarenakan akan
memberikan banyak manfaat, diataranya:
1. Bagi guru,
a. Memberikan masukan bagaimana cara melaksanakan penilaian sikap dengan mudah,
efektif dan objektif.
b. Mampu menggunakan teknologi informasi untuk keperluan pembelajaran.
c. Mendapatkan hasil penilaian sikap siswa yang akurat dan objektif.
d. Menghemat biaya karena bersifat paperless serta menghemat waktu karena tidak perlu
merekap data.
2. Bagi sekolah, mendapatkan informasi/umpan balik terhadap penilaian sikap siswa yang
telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2013 dengan memanfaatkan teknologi.
3. Bagi siswa, memperoleh nilai yang objektif
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melaksanakan
penelitian lebih lanjut serta sebagai dasar pengembangan penilaian sikap siswa
berdasarkan Kurikulum 2013.
B. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah
Apliksai Google forms sebagai strategi untuk memecahkan masalah diaplikasikan
dalam penilaian sikap siswa, terutama self assesment (penilaian diri). Penelitian ini dilaksanakan
dalam empat tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan tahap
akhir penelitian.
1) Persiapan penelitian, meliputi:
33
a. Studi pendahuluan untuk mengetahui masalah apa saja yang terdapat disekolah terkait
dengan penilaian sikap siswa
b. Merumuskan masalah
c. Melakukan studi literatur
d. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
e. Melakukan validasi instrument
Validasi yang dimaksud disini adalah validasi isi dan konstruk oleh pakar.
f. Melakukan perbaikan istrumen
g. Mengubah instrumen kedalam bentuk google form
h. Melakukan ujicoba instrumen
2) Pelaksanaan, meliputi :
Memberikan link google form yang berisi penilaian sikap kepada siswa melalui media
sosial (email, facebook, whatsapp, line dll).
3) Pengolahan Data, meliputi:
Data hasil penilaian sikap diri siswa langsung masuk berupa spreadsheet ketika siswa telah
mengisinya. Peneliti hanya tinggal menggunakan rumus sederhana untuk menghasilkan
nilai untuk siswa.
4) Tahap Akhir
Tahap akhir penelitian ini meliputi:
a. Pembahasan. Data yang telah dianalisis kemudian dibahas
b. Menarik kesimpulan. Hasil analisis data dimaknai menjadi kesimpulan untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
Penyusunan Laporan ha
34
C. Hasil yang Dicapai
Penilaian diri (self assessment) siswa kelas XI IPA 1 SMAN Cahaya Madani Banten
Boarding School menggunakan enam dimensi yaitu Jujur, tanggung jawab, disiplin, toleransi,
percaya diri, dan santun, yang masing–masing dimensi terdiri dari beberapa indikator.
Hasil penilaian sikap siswa kelas XI IPA 1 di SMAN Cahaya Madani Banten Boarding
School pada google forms kemudian kita olah dengan rumus sedernaha untuk mengubah
deskripsi dari setiap indikator menjadi angka. Berikut contoh perhitungan untuk indicator Jujur :
35
Kemudian, untuk mengetahui predikat yang diperoleh anak, kita tinggal menjumlahkan dan
menyamakan dengan Permendikbud No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai adalah
: A : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
B : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
C : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
D : apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33
Sehingga diperoleh nilai sikap untuk anak sebagai berikut:
36
D. Kendala-Kendala yang dihadapi
Berbagai kendala muncul ketika hendak mengenalkan dan mengapliksikan sesuatu yang
baru, termasuk penilaian ini. Awalnya siswa merasa asing dan ragu dengan penlaian ini,
sehingga butuh waktu untuk menjelaskan proses penilaian ini kepada siswa.
Kendala lain yang ditemui adalah disekolah boarding seperti CMBBS, siswa tidak
diperbolehkan membawa HP dan Laptop, sehingga untuk melaksanakan penilaian, siswa harus
melaksanakannya di laboratorium komputer atau menunggu ketika adanya perpulangan.
E. Faktor-Faktor Pendukung
Faktor-faktor pendukung dalam mengaplikasikan penilaian sikap menggunakan google
form diataranya:
37
1. Perkembangan teknologi begitu pesat, menjadikan siswa mudah beradaptasi dengan aplikasi
google forms.
2. Jaringan internet yang sudah tersebar memungkin siswa mengisi form dimana saja dan kapan
saja, begitupun utuk guru ketika hendak memeriksa hasilnya.
F. Alternatif Pengembangan
Penelitian ini hanya terbatas pada penilaian diri dan hanya enam aspek yang dinilai.
Alternatif pengembangan yaitu melaksanakan penilaian antar teman dan dengan
mengintegrasikan lima nilai karakter dan penguatan pendidikan karakter yang dikembangkan
oleh kemdikbud, yaitu nasionalisme, relligius, mandiri, integritas dan gotong royong.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdaasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penilaian sikap (self
assessment) menggunakan google form menjadi lebih mudah, efektif dan objektif.
Jika kita bandingkan hasil penilaian pada subjek yang sama dengan menggunakan media
kertas, maka dibutuhkan 380 lembar. Hal ini akan merepotkan guru ketika merekap data dan
menganalisisnya.
Dengan menggunakan google forms, guru tinggal memindahkan instrument penilaian
sesuai format google forms kemudian memberikan link nya kepada siswa melalui media sosial
ataupun email. Setelah siswa mengisi, maka hasilnya akan langsung terekap berupa spreadsheet
yang bias langsung dianalisis oleh guru dengan mudah.
Respon positif dari siswa yaitu bahwasanya penilaian afektif degnan menggunakan
google forms menjadi lebih mudah dan objektif. Siswa bisa leluasa kapan saja mengisi format
penilaian dan hasilnya sangat objektif dan bisa dipertanggung jawabkan. Pengisian pun menjadi
mudah karena dapat dilakukan melalui laptop ataupun handphone
38
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang disampaikan:
1. Dilakukan penelitian yang sejenis terhadap mata pelajaran yang berbeda
2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk penilaian antar teman.
3. Mengintegrsikan lima penguatan pendidikan karakter
DAFTAR PUSTAKA
Edwardi, (20015). Sampai April 2015, Ada 6.006 Kasus Kekerasan Terhadap Anak. [Online].
Tersedia :http://bangka.tribunnews.com/2015/08/03/sampai-april-2015-ada-6006-kasus-
kekerasan-terhadap-anak. [05 Februari 2016]
Hestuningytyas, Retno (2015). Analisis Implementasi Penilaian Sikap Siswa Yang Dilakukan
Guru Terhadap Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Konsep
Keanekaragaman Hayati Di SMA. Tesis. Program Studi Pendidikan IPA. SPS UPI. Tidak
Diterbitkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2013). Salinan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003. Jakarta: Kemendiknas.
KPAI: Selama 3 tahun 46 pelajar tewas akibat tawuran. (2013, Mei 2). Vivanews. Retrieved
December 14, 2014, from: www.vivanews.com
Newswire, (2015) . Penyalahgunaan Narkoba: Pada 2015 Kasus Narkoba Naik 13%. [Online].
Tersedia : http://kabar24.bisnis.com/read/20160307/367/525706/penyalahgunaan-narkoba-
pada-2015-kasus-narkoba-naik-13. [05 Februari 2016]
Permendikbud.(2013). Permendikbud No. 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Jakarta
Roslinda, Nani (2013). Pelaksanaan Kurikulum 2013 dan Kendala. [Online]. Tersedia :
http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/30/pelaksanaan-kurikulum-2013-dan-kendala-
615487.html. [05 Februari 2016]
39
PENGALAMAN TERBAIK PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH MENGGUNAKAN MEDIA GOOGLE EARTH
Arif Pujianto
SMA Negeri 1 Metro
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
SMA Negeri 1 Metro terletak di wilayah Kecamatan Metro Timur Kota Metro. Untuk
mendukung proses pembelajaran, sudah disiapkan koneksi internet dilengkapi free hotspot
internet connection. Hal ini dimaksudkan agar seluruh warga sekolah dapat melakukan koneksi
internet, baik dengan menggunakan notebook, netbook, ipad, handphone, serta komputer yang
tersedia di laboratorium komputer dan di perpustakaan. Meskipun sudah dilengkapi dengan
berbagai fasilitas untuk mendukung proses pembelajaran, khusus untuk mata pelajaran geografi
belum disediakan peta dan foto udara yang memadai.
Peta dan foto udara adalah salah satu bentuk dari media yang dapat digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran geografi di kelas. Sampai sekarang ini, SMA Negeri 1 Metro
belum mempunyai peta dan foto udara yang bisa dijadikan media untuk mendukung pelaksanaan
proses pembelajaran geografi di kelas secara memadai. Peta yang sudah ada merupakan peta
yang dibuat pada waktu yang sudah cukup lama. Sedangkan foto udara yang dapat digunakan
untuk mendukung proses pembelajaran geografi khususnya pada kompetensi inti memahami
penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi juga belum tersedia di SMA Negeri 1 Metro.
B. Permasalahan
Pada pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, agar peserta didik dapat mencari bahan ajar
ataupun media lainnya melalui internet, dibiasakan menggunakan notebook, netbook, ipad, dan
handphone. Pada pelaksanaannya ada peserta didik yang memanfaatkannya dengan kurang tepat,
seperti sambil melakukan chating, faceboook, twitter, dan menonton video (youtube).
Peserta didik yang tidak membawa notebook/netbook, tetapi membawa perangkat mobile lain
seperti HP (Handphone) terutama yang online, menggunakan peralatannya untuk mencari
40
informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Tetapi ada juga yang beraktifitas lain
dengan menggunakannya untuk membuka facebook, twitter, ataupun untuk mengirim ataupun
menerima SMS (Short Message Service).
Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran geografi, banyak ditemukan keberagaman aktivitas
peserta didik di kelas, baik aktivitas yang mendukung proses pembelajaran (on task) ataupun
yang tidak mendukung proses pembelajaran (off task). Aktivitas peserta didik yang tidak
mendukung proses pembelajaran antara lain: peserta didik yang mengantuk, mengobrol dengan
temannya yang tidak berhubungan dengan materi pembelajaran, mengikuti proses pembelajaran
sambil membuka social networking, dan mengikuti proses pembelajaran sambil menonton video
(youtube) menggunakan notebook/handphone. Beberapa aktivitas inilah yang menyebabkan
proses pembelajaran mata pelajaran geografi belum terlaksana secara optimal. Agar proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal, maka aktivitas yang tidak mendukung proses
pembelajaran tersebut tidak terjadi lagi pada proses pembelajaran geografi di SMA Negeri 1
Metro. Peserta didik melakukan aktivitas yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran
seperti: mendengarkan dengan seksama penjelasan guru, mencatat penjelasan guru, bertanya
pada guru tentang materi yang belum jelas, menjawab pertanyaan guru, membaca bahan ajar
yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dan menggunakan notebook/handphone untuk
menunjang proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis, sampai sekarang ini pemilihan dan
pemanfaatan media pembelajaran yang tepat masih merupakan permasalahan yang belum bisa
sepenuhnya diselesaikan oleh kebanyakan guru dengan baik khususnya guru geografi di SMA
Negeri 1 Metro.
Upaya yang tepat dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan memanfaatkan media Google Earth yang didapatkan dari notebook, netbook, ipad, dan
handphone yang terkoneksi internet pada proses pembelajaran mata pelajaran geografi.
Pemanfaatan media Google Earth pada proses pembelajaran mata pelajaran geografi dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan
permasalahan sebagai berikut.
41
1. Pemanfaatan media pembelajaran pada proses pembelajaran mata pelajaran geografi masih
menggunakan media konvensional, seperti peta topografi yang dibuat puluhan tahun yang
lalu, karton, dan artikel media massa.
2. Aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik pada proses pembelajaran mata pelajaran
geografi belum optimal.
C. Strategi Pemecahan Masalah (berisikan:
Pada penulisan Best Practice ini selain memantau permasalahan belajar yang dihadapi
peserta didik juga membantu guru dalam upaya memperbaiki cara mengajarnya. Pelaksanaan
kegiatan ini dilandasi prinsip kolaboratif dan kooperatif, sehingga penulis melakukan diskusi
dengan teman sejawat tentang pemanfaatan media Google Earth pada proses pembelajaran mata
pelajaran geografi, yang dilanjutkan dengan penyusunan rencana kegiatan.
Pelaksanaan
1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah dibuat (Lampiran 2) berdasarkan silabus mata pelajaran
geografi (Lampiran 1).
2. Melakukan penilaian menggunakan alat penilaian yang telah disiapkan.
Proses pelaksanaan pembelajaran geografi dilaksanakan dengan memanfaatkan media
Google Earth di SMA Negeri 1 Metro. Pada materi penginderaan jauh (remote sensing) yang
sering disingkat dengan inderaja, dan sistem informasi geografis (geographic information
system) yang sering disingkat dengan SIG atau GIS, kadang kesulitan dalam menyediakan bahan
ajarnya, misalnya contoh-contoh foto udara dan citra satelit hasil dari pengideraan jauh. Dengan
memanfaatkan media Google Earth diberikan banyak kemudahan. Pada laptop
(notebook/netbook) yang sudah terkoneksi internet dapat mencari media Google Earth yang
disediakan oleh Google Inc.
Aktivitas peserta didik pada proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang
meliputi aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran, bertanya pada yang belum jelas,
mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat
42
menunjang hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Metro. Aktivitas peserta didik yang
bermacam-macam tersebut ada yang tidak mendukung pelaksanaan proses pembelajaran (off
task) dan ada yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran (on task). Aktivitas peserta
didik yang diamati sebagai berikut.
1. Peserta didik yang mengantuk.
2. Peserta didik yang mengobrol dengan temannya yang tidak berhubungan dengan materi
pembelajaran.
3. Peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran sambil membuka social networking
menggunakan notebook/handphone.
4. Peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran sambil menonton video (youtube)
menggunakan notebook/handphone.
5. Peserta didik yang mendengarkan dengan seksama penjelasan guru.
6. Peserta didik yang mencatat penjelasan guru.
7. Peserta didik yang bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas.
8. Peserta didik yang menjawab pertanyaan guru.
9. Peserta didik yang membaca bahan ajar yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
10. Peserta didik yang menggunakan notebook/handphone untuk menunjang proses
pembelajaran.
Tingginya aktivitas belajar peserta didik pada proses pembelajaran dilihat dari sedikitnya
aktivitas yang tidak mendukung proses pembelajaran (off task) dan tingginya aktivitas peserta
didik yang mendukung proses pembelajara (on task).
Hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari skor test ulangan harian (Lampiran 7) yang dibuat
berdasarkan kisi-kisi tes yang diujikan (Lampiran 6).
Berikut ini adalah langkah-langkah pemanfaatan media Google Earth pada pelaksanaan
proses pembelajaran mata pelajaran geografi. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam 3
pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama, sebagai berikut.
1. Penulis menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
43
2. Penulis bersama kolaborator membagikan lembar kegiatan peserta didik (student worksheet)
kepada masing-masing kelompok (Lampiran 3).
3. Penulis bersama kolaborator membagikan hand out materi pembelajaran kepada masing-
masing kelompok (Lampiran 4).
4. Penulis bersama kolaborator membagikan panduan penggunaan media Google Earth kepada
masing-masing kelompok (Lampiran 5).
5. Penulis menjelaskan secara garis besar tentang keseluruhan isi materi pembelajaran dengan
metode ceramah dan tanya jawab.
6. Penulis menayangkan media Google Earth menggunakan netbook yang dihubungkan
dengan LCD proyektor sehingga seluruh peserta didik di dalam kelas dapat mengamati
objek yang ditayangkan.
7. Penulis meminta kepada peserta didik untuk tenang dan mengikuti proses pembelajaran
dengan serius.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua, secara garis besar sebagai berikut.
1. Penulis menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
2. Penulis menanyakan apakah masing-masing kelompok sudah mempelajari lembar
kegiatan, hand out materi pembelajaran, dan panduan penggunaan media Google Earth.
3. Penulis menyuruh peserta didik untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing
untuk bekerja sama dalam kelompoknya.
4. Penulis menyuruh peserta didik untuk menyiapkan laptop/netbook dan handphone berikut
dengan lembar kegiatan, hand out materi pembelajaran, dan panduan penggunaan media
Google Earth.
5. Penulis menayangkan media Google Earth menggunakan netbook yang dihubungkan
dengan LCD proyektor sehingga seluruh peserta didik di dalam kelas dapat mengamati
objek yang ditayangkan.
6. Penulis menyuruh peserta didik untuk menggunakan hand out materi pembelajaran,
panduan penggunaan media Google Earth, laptop/netbook, dan handphone untuk
membuka media Google Earth dan mengisi lembar kegiatan serta mencari informasi
berkaitan dengan materi pembelajaran.
44
