Rabu, 03 Maret 2021

 

MENULIS ARTIKEL ILMIAH

 

 

Murwati Widiani, M.Hum.

Pengawas SMP

 

 A.   Pendahuluan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjadi regulasi yang cukup penting bagi guru. Pada undang-undang tersebut pemerintah telah memberi perhatian lebih terhadap guru dengan memberikan fasilitas tunjangan profesi. Tunjangan profesi itulah yang sudah mampu mengangkat harkat dan martabat guru. Guru tersertifikasi mendapat sebutan guru profesional. Sekian banyak dana pemerintah dialokasikan untuk guru profesional. Inilah yang membuat profesi guru mulai diminati banyak kalangan, jauh berbeda dengan guru pada dekade 30 tahunan yang lalu.

Konsekuensi dari sebutan guru profesional, tidak berlebihan jika para guru dituntut untuk selalu mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Salah satunya, mereka harus suka menulis, melakukan penelitian, menuangkan ide, tinjauan yang terkait dengan dunia yang digelutinya. Selain itu, guru juga dapat mendokumentasikan pengalaman terbaiknya sebagai artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal. Dengan menulis, guru dapat berbagi pengalaman, memberikan usul, saran, masukan untuk kemajuan pendidikan secara ilmiah dan profesional. Di samping itu, secara alamiah, guru juga sekaligus dapat memberikan contoh dan motivasi bagi peserta didiknya.

Menurut Permeneg-PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Juknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, artikel ilmiah dalam jurnal ber-ISSN merupakan kegiatan publikasi ilmiah yang wajib dibuat guru berstatus PNS bergolongan IV/a ke atas jika ingin mengusulkan kenaikan pangkat. Dengan kata lain, tanpa memiliki artikel ilmiah dalam jurnal, seorang guru bergolongan IV/a ke atas tidak dapat naik pangkat.

Inilah salah satu hambatan yang banyak dirasakan guru dalam mencapai karier jenjang guru yang lebih tinggi. Tidak mudah bagi sebagian besar guru untuk dapat menulis artikel ilmiah dalam jurnal. Sukasmo (http://www.m-edukasi.web.id) menyampaikan alasan guru tidak menulis, yaitu kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru dalam menulis karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah. Selain alasan tersebut, sebenarnya ada hal lain yang lebih mandasar, yakni kurangnya minat dan motivasi guru untuk menulis artikel atau kurang motivasi untuk naik pangkat. Banyak guru menganggap naik pangkat itu tidak penting, apalagi jika dilihat dari rendahnya kenaikan gaji ketika guru naik pangkat. Alasan lain yang biasa dilontarkan guru adalah minimnya waktu karena beban pekerjaan guru sudah banyak sehingga guru merasa tidak sempat menulis.

Dari beberapa faktor penyebab tersebut perlu ada solusi, yakni perlunya tambahan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menulis serta memunculkan motivasi guru untuk suka menulis. Untuk memberikan sedikit bekal dan motivasi, tulisan sederhana ini akan memaparkan konsep, sistematika, rambu-rambu persyaratan, dan contoh judul artikel dalam jurnal ilmiah.

 

B.   Konsep Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan yang dimuat di jurnal ilmiah (Kemendiknas, 2010: 29). Ada dua kata kunci yang dapat digarisbawahi dari definisi tersebut. Pertama isi artikel ilmiah haruslah berupa gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan. Kedua, tulisan itu harus dimuat di media berbentuk jurnal ilmiah.

Sebelum membahas isi artikel ilmiah, kita harus tahu terlebih dahulu konsep tentang jurnal ilmiah. Menurut wikipedia jurnal ilmiah merupakan salah satu jenis jurnal akademik di mana penulis (umumnya peneliti) mempublikasikan artikel ilmiah yang biasanya memberikan kontribusi terhadap teori atau penerarapan ilmu. Untuk memastikan kualitas ilmiah pada artikel yang diterbitkan, suatu artikel biasa diteliti oleh rekan-rekan sejawatnya dan direvisi oleh penulis, hal ini dikenal sebagai peer review (review oleh orang-orang yang lebih berkompeten). 

Nabih Bawazir menulis pengertian jurnal berdasarkan versi lain, yaitu jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk majalah yang berisi bahan ilmiah yang diterbitkan untuk orang-orang dengan minat khusus (misal: matematika). Awalnya jurnal dalam bentuk buku, namun seiring berkembangnya teknologi informasi, jurnal kini juga diterbitkan dalam bentuk elektronik, atau lebih dikenal dengan nama e-Journal. Jurnal biasanya diterbitkan 2-3 kali dalam setahun, beberapa jurnal besar biasanya bisa lebih (www.nabihbawazir.com).

Menurut Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru Pembelajar, artikel ilmiah termasuk salah satu bentuk tulisan wajib yang harus ada ketika seorang guru mengajukan angka kredit untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke atas. Dengan kata lain, jika seorang guru bergolongan IV/a ingin naik pangkat ke IV/b, dia harus memiliki minimal satu kegiatan publikasi ilmiah berupa artikel ilmiah atau artikel yang dimuat di jurnal ber-ISSN. Oleh karena itu, sangatlah perlu seorang guru belajar untuk memahami, berlatih, dan berupaya menulis artikel ilmiah dan mengirimkannya ke jurnal ilmiah.

 

C.   Sistematika Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah ber-ISSN dapat berupa Laporan Hasil Penelitian, atau Tinjauan Ilmiah/Best Practice di Bidang Pendidikan. Bentuk dan sistematika artikel ilmiah tentu saja mengikuti gaya selingkung jurnal yang kita pilih. Namun, disarankan memilih jurnal yang sistematikanya tidak terlalu berbeda dengan pedoman yang berlaku. Jika berasal dari laporan hasil penelitian (PTK), sistematikanya mengikuti laporan PTK. Jika berupa tinjauan ilmiah di bidang pendidikan sekurang-kurangnya memuat komponen berikut (Pedoman Penilaian Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar/PPGP, 2016).

Bagian Awal: Judul, Abstrak

1.  Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah.

2.   Bab Kajian Teori/Tinjauan Pustaka

3. Bab Pembahasan Masalah yang didukung data-data yang ada di satuan pendidikannya. Yang sangat perlu disajikan pada bab ini adalah kejelasan ide atau gagasan asli si penulis yang terkait dengan upaya pemecahan masalah di satuan pendidikannya (di sekolahnya).

4.    Bab Simpulan

Bagian Penunjang: Daftar Pustaka

 

Jika berupa Best Practice, sistematikanya sebagai berikut.

Bagian Awal: judul dan abstrak atau ringkasan

1.    Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat

2.    Bab Kajian/Tinjauan Pustaka

3.    Bab Pembahasan Masalah yang didukung data berasal dari satuan pendidikannya. Cara pemecahan masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah, termasuk hambatan hambatan yang harus diatasi yang dituangkan secara rinci. (Hal yang sangat perlu disajikan, pada bab ini, adalah keaslian, kejelasan ide/gagasan, dan kecemerlangan ide terkait dengan upaya pemecahan masalah di sekolah/madrasahnya. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice.

4.    Bab Kesimpulan.

Bagian Penunjang: daftar pustaka

 

Dari dua sistematika tersebut, persamaan dari kedua bentuk karya ilmiah tersebut adalah sama-sama terdiri atas empat bab. Selain itu, tulisan tersebut berawal dari latar belakang masalah dan rumusan masalah. Karena ada rumusan masalah, tentu ada solusi atau cara yang ditempuh untuk mengatasi masalah. Selain itu, kedua tulisan itu memuat kajian teori/pustaka. Yang membedakannya adalah pada bagian pendahuluan tinjauan ilmiah tidak dilengkapi dengan tujuan dan manfaat sebagaimana dalam best practice.

Selain itu, pada tinjauan ilmiah pembahasan masalah harus memuat kejelasan ide atau gagasan asli si penulis yang terkait dengan upaya pemecahan masalah di satuan pendidikannya atau di sekolahnya. Gagasan tersebut harus didukung data-data yang ada di sekolah, namun tidak terlalu rinci menjelaskan langkah-langkah dan hambatan yang terjadi.

Pada best practice pembahasan memuat cara pemecahan masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah, termasuk hambatan-hambatan yang harus diatasi yang dituangkan secara rinci. Hal yang sangat perlu disajikan adalah keaslian, kejelasan ide/gagasan, dan kecemerlangan ide terkait dengan upaya pemecahan masalah di sekolah/madrasahnya. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice.

D.   Bukti Fisik dan Besaran Angka Kredit Artikel Ilmiah

Jika artikel ilmiah dalam jurnal ber-ISSN akan dinilaikan, bukti fisik yang diperlukan untuk penilaian angka kredit adalah sebagai berikut.

1.    Jurnal ilmiah asli atau fotokopi yang menunjukkan adanya nomor ISSN, surat keterangan akreditasi untuk tingkat nasional, (atau surat keterangan bahwa jurnal tersebut adalah tingkat nasional tetapi tidak terakreditasi), surat keterangan bila jurnal tersebut diterbitkan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota, atau tingkat lokal (kabupaten/kota/sekolah/ madrasah).

2.    Bila satu artikel ilmiah yang sama dimuat di beberapa majalah/jurnal ilmiah, maka yang dapat dinilai hanya satu dan dipilih artikel yang berpeluang angka kreditnya terbesar.

3.    Semua bukti fisik di atas memerlukan surat pernyataan keaslian dari kepala sekolah/ madrasah yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan.

Besaran angka kredit artikel ilmiah dalam bidang pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Angka Kredit Artikel Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Pengajaran

No

Jenis Artikel Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Pengajaran

Angka Kredit

1

Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di jurnal tingkat nasional terakreditasi

2

 

2

Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan di muat di jurnal tingkat nasional tidak terakreditasi atau tingkat provinsi terakreditasi

1,5

3

Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di jurnal tingkat provinsi tidak terakreditasi atau tingkat lokal (kabupaten/kota/sekolah/madrasah)

1

 

E.    Rambu-Rambu Persyaratan Artikel Ilmiah

 

Artikel ilmiah yang diajukan untuk memperoleh angka kredit dapat ditolak jika tidak sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan. Dalam buku Pedoman Penilaian Kegiatan PKB dijelaskan bahwa ada dua alasan penolakan. Artikel ilmiah ditolak jika:

1.    Dinyatakan sebagai artikel ilmiah, namun isinya tidak sesuai dan tidak berisi gagasan atau tinjauan ilmiah dalam pendidikan formal dan pembajaran di satuan pendidikannya.

Untuk penolakan ini disarankan untuk membuat PUBLIKASI ILMIAH baru, yang berisi atau mempermasalahkan permasalahan nyata di bidang pendidikan formal pada satuan pendidikannya yang sesuai dengan tugas guru yang bersangkutan.

2.    Dinyatakan sebagai artikel ilmiah, namun tidak disertai dengan bukti-bukti fisik yang dipersyaratkan.

Untuk penolakan ini disarankan untuk melengkapi bukti fisik atau membuat PUBLIKASI ILMIAH baru, yang berisi atau mempermasalahkan permasalahan nyata di bidang pendidikan formal pada satuan pendidikannya yang sesuai dengan tugas guru yang bersangkutan.

Sebagai gambaran tentang karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi syarat isi, dalam buku Pedoman Kegiatan PKB dan Angka Kreditnya, diilustrasikan bahwa dalam praktik dijumpai banyak KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum, atau tidak berkaitan dengan permasalahan atau cenderung merupakan KTI yang membahas hal-hal yang terlalu umum, dan tidak mempunyai keterkaitan langsung dengan upaya kegiatan pengembangan keprofesian guru yang bersangkutan, tidak memberikan keterangan tentang kegiatan yang dilakukan di kelasnya, di kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. Mengapa demikian? Karena KTI semacam itulah yang paling mudah ditiru. KTI semacam itulah yang paling mudah dipakai kembali oleh orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya.

Sebagai contoh KTI yang berjudul: “Membangun Karakter Bangsa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler”. KTI tersebut sama sekali tidak memaparkan hal spesifik dari guru si penulis dan berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekolah/madrasah atau kelasnya. Meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, bagaimana dapat diketahui bahwa tulisan tersebut adalah karya guru yang bersangkutan?

Berikut ini adalah contoh judul-judul artikel ilmiah yang ditolak karena tidak terkait langsung dengan sekolah/madrasahnya ataupun tentang mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

1.    Peranan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan

2.    Hubungan Kepribadian Guru dengan Prestasi Belajar Siswa

3.    Peran Orang Tua dalam Membangun Perilaku Anak.

4.    Wujud Pendidikan Nilai dan Budi Pekerti di Sekolah  untuk Membentuk Kepribadian Siswa

5.    Konsep Fullday School di Indonesia

6.    Membangun Pendidikan Dasar yang Berkualitas dengan Konsep CBSA

7.    Masa Depan Anak Ditentukan oleh Peran Keluarga dan Sekolah

8.    Potret Pelaksanaan Otonomi Pendidikan di Indonesia

9.    Penilaian Prestasi Hasil Belajar Siswa

10. Gambaran Guru yang Baik

11. Kajian tentang Sikap Profesional Guru

12. Peran Guru dalam Pelaksanaan Administrasi Pendidikan Sekolah

13. Penggunaan Media Pembelajaran dalam Micro Teaching

14. Kualitas Pendidikan dalam Upaya Memngurangi Kekerasan Sosial

15. Manfaat Study Tour bagi Sekolah

16. Pembelajaran IPA di Era Globalisasi

17. Pembelajaran PIS Menentukan Kualitas SDM Indonesia

18. Pembelajaran Matematika Menyongsong Era Global

19. Kelemahan Pembelajaran IPA di Selolah Lanjutan dalam Menghadapi Tantangan Global

20. Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Adapun contoh judul artikel ilmiah yang berisi gagasan terkait dengan pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan:

 

1.     Srampangan – Sadumuk Saunine untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa tentang Basa Ngoko-Krama Inggil Bahasa Jawa, Agung Vendi Setyawan SDN Tamanan 2 Kalasan, Jurnal Dikdaktika Pendidikan Dasar Vol 2, No 1 (2018)

2.      Optimalisasi Pembelajaran Konsep Tata Surya dengan Metode Penugasan Bertahap dan Terencana, Siti Hajarwati, Jurnal Sagasitas Volume 2, No.2

3.      Penanaman Karakter Disiplin, Tanggung Jawab, dan Cinta Tanah Air melalui Cermin Punakawan bagi Siswa Kelas V di SD Tamanan 2 Kalasan, Agung Vendi Setyawan, Jurnal Dwija Sembada Volume 3, Nomor 1, Juli 2018

4.      Media Pembelajaran QR Code Pairing Card untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Nyamplung Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017, Sidiq Pramono, Jurnal Dwija Sembada Volume 2, Nomor 1, Agustus 2017

5.      Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi dengan Menggunakan Belimbing Mega pada Siswa Kelas V SD Negeri Jambon 1, Jurnal Dwija Sembada Volume 3, Nomor 1, Juli 2018

6.     Meningkatkan Hasil Belajar PPKn melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Sumiyadi – SD Piyungan, Bantul, Jurnal Pendidikan (LPMP JOGJA) Volume VII/Nomor 02/Agustus 2016

7.     Penggunaan Semangka Matematika untuk Meningkatkan Pengetahuan Bilangan Pecahan pada Siswa Kelas IV SD, Paimun, SDN Wonosari I Gunungkidul, Jurnal Pendidikan (LPMP JOGJA) Volume VIII/Nomor 01/April 2017

 

Contoh judul-judul artikel ilmiah yang ditolak dan judul-judul artikel ilmiah yang sesuai tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran untuk mulai memikirkan gagasan, menuangkan gagasan dalam judul, dan mengembangkan judul menjadi sebuah artikel ilmiah yang memenuhi persyaratan.

 

F.   Penutup

Artikel ilmiah merupakan bentuk kegiatan publikasi ilmiah yang wajib dimiliki oleh seorang guru yang sudah bergolongan IV/a ke atas. Tanpa artikel ilmiah (ditulis di jurnal), mereka tidak dapat naik pangkat. Berbeda halnya dengan aturan terdahulu, seorang guru dapat saja mengajukan kegiatan pengembangan profesi dengan semuanya berbentuk diktat pelajaran atau satu jenis kegiatan/karya saja. Oleh karena itu, mari kita tuangkan ide, gagasan untuk dikembangkan menjadi artikel ilmiah.

Sudah saatnya guru menulis. Tidak ada cara lain untuk dapat menulis sebuah artikel ilmiah, kecuali dengan membaca banyak contoh, mencoba, dan berlatih. Menulis bukan keterampilan yang alamiah dapat dikuasai seseorang. Menulis dapat dikuasai seseorang melalui kegiatan berlatih dengan sungguh-sungguh. Namun demikian, menulis bukanlah sebuah kompetensi yang sulit. Asal ada kemauan, inshaa Allah di situlah seseorang memperoleh kesuksesan.

DAFTAR PUSTAKA

 

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud. (2016). Pedoman Penilaian Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar (PPGP).

 

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud. (2016). Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar.

 

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud. (2016). Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar (PPGP).

 

Nabih Bawazir.(2012). Apa itu Artikel Jurnal Ilmiah?. www.nabihbawazir.com. diunduh tanggal 1 Februari 2016.

 

Sukasmo. (2012). “Menulis Karya Ilmiah dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru” (Artikel) dalam www.m-edukasi.web.id.Media.Pendidikan.Indonesia diunduh tanggal 1 Februari 2016.

 

 

 

Tidak ada komentar: