MAKALAH TINJAUAN ILMIAH
DAN BEST PRACTICE
GURU
Murwati Widiani,
M.Hum.
Tidak bisa dipungkiri, saat ini guru
sudah tidak lagi menjadi profesi yang diolok-olok atau direndahkan seperti
gambaran yang ada pada lagu “Umar Bakri”-nya Iwan Fals zaman dulu. Profesi guru
sudah menjadi profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pemerintah telah memberi perhatian
lebih terhadap guru dengan memberikan tunjangan profesi. Bahkan, boleh
dikatakan profesi guru kini menjadi salah satu profesi pilihan. Hal ini
terbukti dengan banyaknya peminat lulusan SMA (reguler dan favorit) yang
memilih perguruan tinggi keguruan (dulu IKIP) sebagai tempat melanjutkan studi.
Konsekuensi dari sebutan guru
profesional yang dihargai dengan tunjangan profesi adalah tuntutan untuk selalu
mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Salah satunya, mereka harus
suka menulis, menuangkan ide, opini, gagasan, tinjauan yang terkait dengan
dunia yang digelutinya. Dengan menulis, guru dapat mendokumentasikan pengalaman
terbaiknya, bisa berbagi, memberikan usul, saran, masukan untuk kemajuan
pendidikan secara ilmiah dan profesional.
Namun, sampai sejauh ini guru masih
belum terlalu familier dengan kegiatan tulis menulis. Menurut informasi dari
Tim Penilai Angka Kredit Guru di Kabupaten Sleman, setelah menggunakan aturan
baru pengajuan DUPAK menurut Permenpan RB nomor 16 tahun 2009, dari sekitar 600
guru pengusul, hanya 71 guru yang memenuhi syarat. Secara universal kondisi
semacam ini juga terjadi di daerah lain. Mulai tahun 2018, Dinas Pendidikan
Kabupaten Sleman mulai memberlakukan penilaian PAK tahunan. Dengan PAK Tahunan
ini diharapkan para guru dapat segera mengetahui kondisi kepangkatannya dan
jika ada kekurangan angka kredit, akan segera mengupayakannya.
Salah satu bentuk publikasi ilmiah
yang dapat dibuat guru adalah tinjauan ilmiah dan best practice guru. Untuk memberikan bekal sekaligus motivasi,
tulisan sederhana ini akan memberikan beberapa pemahaman mengenai tulisan guru
berupa tinjauan ilmiah dan best practice
guru, yakni (1) Konsep Tinjauan Ilmiah dan Best
Practice Guru, (2) Kerangka Isi Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru, (3) Bukti Fisik dan Besaran Angka Kredit, (4)
Rambu-rambu Persyaratan Tinjauan Ilmiah dan Best
Practice Guru yang Dapat Dinilai Angka Kreditnya.
B.
Konsep Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru di Bidang Pendidikan Formal dan
Pembelajaran
Dalam buku
Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar
(2016) dijelaskan bahwa makalah
tinjauan ilmiah adalah karya tulis guru yang berisi ide/gagasan penulis dalam
upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal dan pembelajaran yang ada di
satuan pendidikannya (di sekolah/madrasahnya). Adapun
Best Practice adalah karya tulis guru yang berisi pengalaman terbaik
dalam proses pembelajaran.
Dari pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa makalah tinjauan ilmiah adalah tulisan guru yang berisi ide dan
atau pengalaman guru dalam mengatasi berbagai masalah pembelajaran atau
pendidikan di satuan pendidikannya. Artinya, lingkup tinjauan ilmiah tetap
dibatasi pada masalah-masalah pembelajaran atau bimbingan yang dialami atau
dilakukan guru di sekolahnya.
Dalam buku pedoman Best Practice Guru dikemukakan bahwa
kata best practice digunakan untuk
mendeskripsikan/menguraikan “pengalaman terbaik” mengenai keberhasilan seseorang
atau kelompok dalam memecahkan masalah ketika melaksanakan tugas. Untuk guru
terutama adalah dalam melaksanakan pembelajaran di sekolahnya. Best Practice memiliki ciri-ciri atau
indikator sebagai berikut:
1. 1. mengembangkan cara baru dan inovatif
dalam pengembangan serta memecahkan
masalah dalam pendidikan khususnya pembelajaran;
2. 2. membawa sebuah perubahan/perbedaan
sehingga sering dikatakan hasilnya luar biasa (outstanding result);
3. 3.mampu mengatasi persoalan tertentu
secara berkelanjutan (keberhasilan lestari) atau dampak dan manfaatnya
berkelanjutan;
4. 4. mampu menjadi model, memberi
inspirasi dalam membuat kebijakan (pejabat), dan inspiratif
bagi guru lainnya, termasuk murid; dan
5. 5 cara
dan metoda yang dilakukan dan atau yang digunakan bersifat ekonomis dan
efisien.
Best
pratice atau
pengalaman terbaik guru dicapai dengan sukses dan lebih cepat jika dilakukan
dengan tahapan sistematis melalui pendekatan ilmiah yang langkah-langkahnya
dilandasi suatu teori yang relevan dengan masalah pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ketika mendeskripsikan best
practice atau pengalaman terbaik dalam pembelajaran, diperlukan ilmu pengetahuan
dan seni yang digunakan sebagai landasannya. Setiap data dan atau catatan
(rekam jejak) kemajuan keberhasilan selama mengatasi masalah pembelajaran
terdokumentasikan secara baik sehingga bermanfaat untuk merumuskan Standard Operating Procedure (SOP) yang
apabila ditiru (replikasi) oleh guru yang lainnya memperoleh hasil yang sama.
Salah satu tahapan
penting agar pembelajaran bisa menjadi salah satu best practice, yaitu evaluasi diri. Evaluasi terhadap cara atau
strategi yang telah dilaksanakan, hasil (output dan outcome),
dan apabila memungkinkan mengevaluasi dampaknya. Dari hasil evaluasi tersebut,
guru mampu menemukan kesenjangan antara pembelajaran yang telah dilakukan
dengan teori pembelajaran, termasuk kesenjangan keberhasilannya sehingga muncul
ide dan motivasi untuk menutup kesenjangan tersebut dalam rangka memecahkan
masalah yang dihadapi. Hasil penelitian, misalnya penelitian tindakan kelas,
belum bisa dikatagorikan sebagai best practice
karena dalam mengimplementasikan hasil penelitian banyak faktor lain yang
mungkin terjadi dan mempengaruhi tingkat keberhasilan, sehingga indikator best practice (ciri sebuah best practice) tentu belum bisa
kelihatan. Dengan demikian, best practice
guru, merupakan sebuah publikasi ilmiah yang memaparkan hal ihwal pengalaman
terbaik yang telah dilakukan selama melaksanakan tugas-tugasnya dalam
pembelajaran termasuk mengatasi masalah jika ada, dengan ciri-ciri: (1) inovatif, (2) outstanding result, (3) keberhasilan lestari, (4) mampu menjadi
model, (5) memberi inspirasi, dan (6) ekonomis serta efisien.
Contoh Best Practice Guru/Kepala
Sekolah:
1. Pengalaman terbaik “mengembangkan
program peningkatan mutu pendidikan”.
2. Pengalaman terbaik “menangani anak
anak nakal di sekolah”.
3. Pengalaman terbaik “mendisiplinkan
guru dan murid”.
4. Pengalaman terbaik “mengantarkan anak didiknya berkali kali menjadi juara ...”.
PePengalaman terbaik “mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan teknik...”
C.
Kerangka Isi Makalah Tinjauan Ilmiah
dan Best Practice Guru
Dalam buku
Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar
(2016: 67-68) dicantumkan sistematika Makalah Tinjauan Ilmiah dan Laporan Best practice sebagai berikut.
|
Kerangka Isi Makalah Tinjauan
Ilmiah di Bidang Pendidikan Formal dan Pembelajaran 1. Bagian Awal Terdiri dari Halaman Judul; Lembar
Persetujuan; Kata Pengantar; Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan
Lampiran; serta Abstrak atau Ringkasan. 2. Bagian Isi Umumnya terdiri dari beberapa bab,
yakni:
3. Bab Kesimpulan 4. Bagian Penunjang: Memuat Daftar Pustaka dan Lampiran
data yang digunakan dalam melakukan tinjauan atau gagasan ilmiah |
|
Kerangka Isi Laporan Best Practice 1)
Bagian
Awal Terdiri dari Halaman Judul; Lembar
Persetujuan; Kata Pengantar; Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Lampiran;
serta Abstrak atau Ringkasan. 2)
Bagian
Isi Umumnya terdiri dari beberapa bab,
yakni:
3)
Bab
Kesimpulan. 4)
Bagian
Penunjang: Memuat Daftar Pustaka dan Lampiran
data yang digunakan dalam Best Practice. |
Dari dua sistematika tersebut,
persamaan dari kedua bentuk karya ilmiah tersebut adalah sama-sama terdiri atas
empat bab. Selain itu, tulisan tersebut berawal latar belakang masalah dan
rumusan masalah. Karena ada rumusan masalah, tentu ada solusi atau cara yang
ditempuh untuk mengatasi masalah. Selain itu, kedua tulisan itu memuat kajian
teori/pustaka.
Yang membedakannya adalah pada
tinjauan ilmiah pembahasan
masalah harus memuat kejelasan ide atau gagasan asli si penulis yang terkait
dengan upaya pemecahan masalah di satuan pendidikannya atau di sekolahnya.
Gagasan tersebut harus didukung data-data yang ada di sekolah, namun tidak
terlalu rinci menjelaskan langkah-langkah dan hambatan yang terjadi.
Pada best
practice pembahasan
memuat cara pemecahan masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara
dalam memecahkan masalah, termasuk hambatan-hambatan yang harus diatasi yang
dituangkan secara rinci. Hal yang sangat perlu disajikan adalah keaslian,
kejelasan ide/gagasan, dan kecemerlangan ide terkait dengan upaya pemecahan
masalah di sekolah/madrasahnya. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice.
Jika
Laporan Best Practice Guru akan
dilombakan, ikutikah sistematika yang ditetapkan oleh penyelenggara. Namun,
apabila akan digunakan untuk mendapatkan angka kredit, gunakan kerangka isi
sebagaimana aturan yang ada.
D. Bukti
Fisik dan Besaran Angka Kredit Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru
Kegiatan
guru dalam publikasi ilmiah yang berupa makalah tinjauan ilmiah/best
practice di bidang pendidikan formal harus dibuktikan dengan:
1.
Makalah
asli atau fotokopi dengan surat pernyataan tentang keaslian dari kepala
sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap
sekolah/madrasah bersangkutan.
2. Surat keterangan dari pengelola
perpustakaan sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa arsip dari
buku/jurnal/makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan
sekolah/madrasahnya.
Besaran angka kredit tinjauan Ilmiah/best
practice dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan
pendidikan, adalah 2.
E. Langkah-langkah
Penyusunan Tinjauan Ilmiah dan Best
Practice Guru
Dengan mencermati
sistematika Makalah Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru, dapat dijelaskan
langkah-langkah penyusunan tinjauan ilmiah dan best practice, yaitu:
1.
Menemukan
atau merasakan adanya masalah
Berbeda
dengan PTK yang masalahnya harus ada di lingkup kelas, dalam tinjauan ilmiah
dan best practice masalah bisa di
satu kelas, di seluruh kelas dalam satu sekolah, atau di luar kelas, dapat
berupa masalah pembelajaran atau di luar pembelajaran. Misalnya di sebuah
sekolah, terdapat masalah terkait dengan budaya literasi yang belum terbentuk.
Peserta didik malas membaca, diberi tugas membaca pun sering tidak dilaksanakan.
2.
Menentukan
solusi
Menentukan
solusi haruslah logis, masuk akal, mudah dilaksana-kan, tidak memerlukan biaya
yang tinggi, dan kreatif serta inovatif. Jika masalah terjadi dalam
pembelajaran di kelas, guru dapat memilih solusi dengan memilih pendekatan,
model, atau metode pembelajaran, menggunakan media, atau sumber belajar yang
belum pernah digunakan sebelumnya. Model atau metode pembelajaran dapat dipilih
dari yang sudah ada atau dapat memodifikasi atau menciptakan sendiri. Media
yang digunakan juga dapat dipilih dari media yang sudah ada atau media yang
diciptakan sendiri. Solusi untuk masalah di luar pembelajaran dapat ditentukan
dengan teknik atau cara yang efektif, kreatif, namun ekonomis. Misalnya untuk
mengatasi rendahnya budaya literasi di sekolah, kita dapat memilih solusi
menerapkan program BCL (baca, cerita, lomba). BCL diterapkan dengan teknik
setiap hari ada siswa yang ditunjuk harus bercerita dari hasil membaca, di
akhir semester diadakan berbagai lomba literasi (baca puisi, resensi buku, menulis
cerpen, dll.)
3.
Mengkaji
pustaka
Mengkaji
pustaka merupakan bagian yang harus dilakukan sebelum menulis, bahkan sebelum
menentukan solusi. Kegiatan ini dilakukan dengan mencari buku atau bacaan yang
relevan, membaca, mencatat teori atau pernyataan yang sesuai dengan topik yang
akan ditulis. Setelah ada catatan, penulis mengutip dan menuliskan hasil
kutipan dalam bab kedua. Menulis bab kedua bukan sekadar mengumpulkan
kutian-kutipan, tetapi menganalisis, mengkaji, mengulas, dan menyimpulkan.
Sering terlihat orang mengutip pendapat dari buku ke buku lain, namun tidak
membahasnya. Akhirnya, tulisan tampak seperti tempelan-tempelan teori saja yang
tidak bermakna.
Mencari
pustaka kini tidak hanya dilakukan dengan membaca buku nyata, tetapi dapat
dilakukan dengan membaca buku elektrinik (E-Book) yang dapat dicari dan
ditemukan dari internet. Salah satu situs yang memuat jutaan buku misalnya:
pdfdrive.net.
4.
Menerapkan
solusi
Langkah
berikutnya adalah menerapkan solusi yang telah dipilih berdasarkan teori yang dikaji.
Kegiatan ini disertai dengan observasi, pencatatan, pengumpulan data,
pendokumentasian. Berbagai kegiatan tersebut akan mempermudah penulis untuk
mengumpulkan data, menganalisis, dan melaporkannya dalam bentuk tinjauan ilmiah
ataupun best practice.
5.
Menganalisis
data
Data
yang telah dicatat, dipilih yang penting untuk dianalisis. Dari berbagai bentuk
pencatatan, data dapat dihubung-hubungkan untuk kemudian disimpulkan sesuai
dengan yang diprediksi atau ditargetkan sebelumnya.
6.
Menulis
laporan lengkap
Semua
yang telah dilakukan dan menunjukkan hasil sesuai dengan yang diharapkan
ditulis dalam bab demi bab sesuai dengan sistematika yang ditentukan. Menulis
laporan pastilah tidak sekali jadi. Harus melalui proses draf, revisi, dan
finaslisasi. Yang harus diingat, jangan berhenti menulis dalam waktu yang lama
karena yang demikian biasanya akan menjadikan lupa, malas, dan gagal.
7.
Langkah
terakhir adalah mempublikasikannya. Untuk menjadikan tulisan kita menjadi
artikel ilmiah, kita harus mengirimkannya ke jurnal ilmiah. Pilihlah jurnal
yang sesuai dari mulai tingkatan yang rendah, baru ke yang tingkat tinggi jika
sudah menjadi penulis yang andal. Tinjauan ilmiah dan best practice guru juga
dapat didokumentasikan di perpustakaan sekolah, dengan dilengkapai Surat
Pernyataan Keaslian dari Kepala Sekolah dan Surat Keterangan dari Perpustakaan
Sekolah yang menyatakan bahwa karya itu telah diarsipkan di perpustakaan.
F. Rambu-rambu
Persyaratan Makalah Tinjauan Ilmiah yang Dapat Dinilai Angka Kreditnya
Makalah
tinjauan ilmiah yang diajukan untuk memperoleh angka kredit dapat ditolak jika
tidak sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan, yakni:
- Dinyatakan sebagai Tinjauan
Ilmiah/Best Practice, namun belum mengikuti sistematika
penulisan dan alur berpikir ilmiah sebagai karya tinjauan ilmiah sesuai
dengan pedoman.
Disarankan memperbaiki publikasi ilmiah tersebut dengan memakai sistematika publikasi
ilmiah tinjauan ilmiah atau best practice
- Dinyatakan sebagai Tinjauan
Ilmiah/Best Practice, namun tidak dijumpai adanya data pendukung
dan gagasan penulis dalam membahas/mengatasi masalah.
Disarankan memperbaiki publikasi ilmiah tersebut dengan memakai sistematika publikasi ilmiah tinjauan ilmiah atau best practice. - Dinyatakan sebagai tinjauan ilmiah
namun isinya terlalu luas, tidak terkait dengan tugas penulis dalam
mengembangkan profesinya.
Disarankan untuk membuat publikasi ilmiah baru, yang
berisi atau mempermasa-lahkan permasalahan nyata di bidang pendidikan formal
pada satuan pendidikannya yang sesuai dengan tugas guru yang bersangkutan.
Sebagai gambaran tentang karya tulis
ilmiah yang tidak memenuhi syarat isi, dalam buku Pedoman Kegiatan PKB dan Angka Kreditnya, diilustrasikan bahwa
dalam praktik dijumpai banyak KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum,
atau tidak berkaitan dengan permasalahan atau cenderung merupakan KTI yang
membahas hal-hal yang terlalu umum, dan tidak mempunyai keterkaitan langsung
dengan upaya kegiatan pengembangan keprofesian guru yang bersangkutan, tidak
memberikan keterangan tentang kegiatan yang dilakukan di kelasnya, di kegiatan
nyata yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. Mengapa
demikian? Karena KTI semacam itulah yang paling mudah ditiru. KTI semacam
itulah yang paling mudah dipakai kembali oleh orang lain dengan cara mengganti
nama penulisnya.
Sebagai contoh KTI yang berjudul:
“Membangun Karakter Bangsa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler”. KTI tersebut sama
sekali tidak memaparkan hal spesifik dari guru si penulis dan berkaitan dengan
permasalahan yang ada di sekolah/madrasah
atau kelasnya. Meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, bagaimana
dapat diketahui bahwa tulisan tersebut adalah karya guru yang bersangkutan?
Untuk
memperluas wawasan, berikut ini dicontohkan beberapa karya tulis berupa Best Practice Guru yang lolos sebagai
finalis Lomba Best Practice Guru Tingkat Nasional:
1.
Pemanfaatan
Edmodo dalam Pembelajaran Bahasa Inggrisdi SMKN 3 Metro, Ahmad Syafi’i
2.
Mengintegrasikan
Kemampuan CAP Siswa melalui Pembelajaran PPKn Berbasis Portofolio, Yunia
Fatonah, M.Pd.
3.
Best
Practice Guru dalam Tugas Pembelajaran di Sekolah: Melalui Pembelajaran Kerja
Ilmiah Partisipan Berwawasan Peningkatan Prestasi Bidang Teknologi Tepat Guna
Siswa SMAN 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Lingkungan Sekitar, Sovfan,S.Pd
4. Pengembangan Komik Digital
Berkarakter dan Berteknologi Kelas XI, SMA Negeri 1 Rambang Kuang, Edi Gumuntur, S.Pd., M.Pd.
5.
Alat
Peraga Jangka Sorong Inovatif untuk Pembelajaran Fisika Di SMA, Heru Wahyudi, S.Pd., M.Eng., M.Pd.Si. SMA Islam 3 Pakem
6.
Pembelajaran
Saintifik dengan Media Katalog Geografi, Ana Widiyati, S.Si, M.Pd.
7.
Tes
Berkelanjutan sebagai Persiapan Ujian Nasional Matematika, Nelly Yuliana,
M.Pd., SMA 1 Koba Kabupaten Bangka
Tengah
8.
Metode Permainan Marathon Matematika
untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas
XI.IPA di SMA
Negeri 1 Sungailiat, Ati
Lasmanawati, M.Pd.
9. Pembelajaran Menggunakan Skala Mikro pada Percobaan
Reaksi Redoks pada Logam, R. Tri Endah
W, S.Si, Sma Negeri 5 Metro
10. Penggunaan Media Interaktif
Menggunakan Adobe Flash 4 pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Peri Oktiarmi,
M.Pd, SMK Negeri 1 Betara
11. Penggunaan Tari Martumba (Tarian
Etnis Tapanuli) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 5 SMA
Negeri 1 Matauli Pandan pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia, Deden
Rachmawan, S.Pd., MM.
12. Implementasi Pendidikan Inklusi dalam Mewujudkan
Sekolah Ramah Anak melalui Layanan Pendidikan Integrasi di SDN Giwangan, Siyam Mardini, M.Pd. SD Negeri Giwangan, Yogyakarta, DIY
13. Mewujudkan Metamorfosis SDN 8 Mas melalui Manajemen
Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Global, Ida Ayu Putu Satyani, S.Pd. M.Pd. SD Negeri 8
Mas, Kab. Gianyar, Bali
14. Peran Gorong untuk Meningkatkan Kompetensi Guru,
Preatasi Siswa dan Prestasi Sekolah di SDN Merjosari 4 Kota Malang, Drs. Winarto, M.Pd SDN Merjosari 4 Kota Malang, Jawa
Timur
Judul-judul karya tulis tersebut
mencerminkan bahwa masalah yang ditulis adalah masalah pembelajaran inovatif
sesuai dengan mata pelajaran atau bidang yang diampu guru.
G.
Penutup
Melaksanakan kegiatan publikasi
ilmiah dan best practice guru,
termasuk menulis tinjauan ilmiah merupakan sebuah keharusan bagi guru
profesional. Makalah tinjauan ilmiah berfungsi sebagai media untuk mendokumentasikan
pengalaman terbaik guru dalam mengatasi masalah pembelajaran di sekolah. Selain
itu, makalah tinjauan ilmiah bermanfaat juga sebagai sarana saling berbagi
pengalaman antarguru.
Makalah tinjauan ilmiah dan best
practice guru merupakan bentuk kegiatan publikasi ilmiah yang sebenarnya cukup
mudah dilakukan guru dibandingkan dengan melaksanakan penelitian. Dibandingkan
dengan prasaran ilmiah yang disampaikan pada forum ilmiah yang dihargai dengan
angka kredit hanya 0,2, makalah tinjauan ilmiah dihargai cukup banyak, yakni 2.
Oleh karena itu, mari kita tulis pengalaman terbaik dalam mengatasi masalah
pendidikan atau pembelajaran. Selain bisa berbagi, guru juga akan memperoleh
angka kredit untuk kegiatan publikasi ilmiah yang sudah menjadi persyaratan
bagi guru sejak golongan III/b. Selamat mencoba.
DAFTAR
PUSTAKA
Kemendikbud.
(2014). Pedoman Lomba Penulisan Best
Practice Guru dalam Pembelajaran. Jakarta, Direktorat Jenderal PMPTK.
Kemendiknas.
(2010). Pedoman Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya. Jakarta, Direktorat Jenderal
PMPTK.
Kemendiknas.
(2010). Pedoman Penilaian Kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Jakarta, Direktorat Jenderal
PMPTK.
Sukasmo.
(2012). “Menulis Karya Ilmiah dalam Upaya
Peningkatan Profesionalisme Guru” (Artikel) dalam www.m-edukasi.web.id.Media.Pendidikan.Indonesia
diunduh tanggal 1 Februari 2014.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar