Rabu, 03 Maret 2021

 

MAKALAH TINJAUAN ILMIAH

DAN BEST PRACTICE GURU

 


Murwati Widiani, M.Hum.


   A.   Pendahuluan

Tidak bisa dipungkiri, saat ini guru sudah tidak lagi menjadi profesi yang diolok-olok atau direndahkan seperti gambaran yang ada pada lagu “Umar Bakri”-nya Iwan Fals zaman dulu. Profesi guru sudah menjadi profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pemerintah telah memberi perhatian lebih terhadap guru dengan memberikan tunjangan profesi. Bahkan, boleh dikatakan profesi guru kini menjadi salah satu profesi pilihan. Hal ini terbukti dengan banyaknya peminat lulusan SMA (reguler dan favorit) yang memilih perguruan tinggi keguruan (dulu IKIP) sebagai tempat melanjutkan studi. 

Konsekuensi dari sebutan guru profesional yang dihargai dengan tunjangan profesi adalah tuntutan untuk selalu mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Salah satunya, mereka harus suka menulis, menuangkan ide, opini, gagasan, tinjauan yang terkait dengan dunia yang digelutinya. Dengan menulis, guru dapat mendokumentasikan pengalaman terbaiknya, bisa berbagi, memberikan usul, saran, masukan untuk kemajuan pendidikan secara ilmiah dan profesional.

Namun, sampai sejauh ini guru masih belum terlalu familier dengan kegiatan tulis menulis. Menurut informasi dari Tim Penilai Angka Kredit Guru di Kabupaten Sleman, setelah menggunakan aturan baru pengajuan DUPAK menurut Permenpan RB nomor 16 tahun 2009, dari sekitar 600 guru pengusul, hanya 71 guru yang memenuhi syarat. Secara universal kondisi semacam ini juga terjadi di daerah lain. Mulai tahun 2018, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman mulai memberlakukan penilaian PAK tahunan. Dengan PAK Tahunan ini diharapkan para guru dapat segera mengetahui kondisi kepangkatannya dan jika ada kekurangan angka kredit, akan segera mengupayakannya.

Salah satu bentuk publikasi ilmiah yang dapat dibuat guru adalah tinjauan ilmiah dan best practice guru. Untuk memberikan bekal sekaligus motivasi, tulisan sederhana ini akan memberikan beberapa pemahaman mengenai tulisan guru berupa tinjauan ilmiah dan best practice guru, yakni (1) Konsep Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru, (2) Kerangka Isi Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru, (3) Bukti Fisik dan Besaran Angka Kredit, (4) Rambu-rambu Persyaratan Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru yang Dapat Dinilai Angka Kreditnya.

 

B.   Konsep Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru di Bidang Pendidikan Formal dan Pembelajaran

Dalam buku Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar (2016) dijelaskan bahwa makalah tinjauan ilmiah adalah karya tulis guru yang berisi ide/gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal dan pembelajaran yang ada di satuan pendidikannya (di sekolah/madrasahnya). Adapun Best Practice adalah karya tulis guru yang berisi pengalaman terbaik dalam proses pembelajaran.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa makalah tinjauan ilmiah adalah tulisan guru yang berisi ide dan atau pengalaman guru dalam mengatasi berbagai masalah pembelajaran atau pendidikan di satuan pendidikannya. Artinya, lingkup tinjauan ilmiah tetap dibatasi pada masalah-masalah pembelajaran atau bimbingan yang dialami atau dilakukan guru di sekolahnya.

Dalam buku pedoman Best Practice Guru dikemukakan bahwa kata  best  practice digunakan untuk mendeskripsikan/menguraikan “pengalaman terbaik” mengenai keberhasilan seseorang atau kelompok dalam memecahkan masalah ketika melaksanakan tugas. Untuk guru terutama adalah dalam melaksanakan pembelajaran di sekolahnya. Best Practice memiliki ciri-ciri atau indikator sebagai berikut:

1.  1. mengembangkan cara baru dan inovatif dalam pengembangan serta memecahkan  masalah dalam pendidikan khususnya pembelajaran;

2. 2. membawa sebuah perubahan/perbedaan sehingga sering dikatakan hasilnya luar biasa (outstanding result);

3.   3.mampu mengatasi persoalan tertentu secara berkelanjutan (keberhasilan lestari) atau dampak dan manfaatnya berkelanjutan;

4.    4. mampu menjadi model, memberi inspirasi dalam membuat kebijakan (pejabat), dan  inspiratif  bagi guru lainnya, termasuk murid; dan

5.    5  cara dan metoda yang dilakukan dan atau yang digunakan bersifat ekonomis dan efisien.

Best pratice atau pengalaman terbaik guru dicapai dengan sukses dan lebih cepat jika dilakukan dengan tahapan sistematis melalui pendekatan ilmiah yang langkah-langkahnya dilandasi suatu teori yang relevan dengan masalah pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketika mendeskripsikan best practice atau pengalaman terbaik dalam pembelajaran, diperlukan ilmu pengetahuan dan seni yang digunakan sebagai landasannya. Setiap data dan atau catatan (rekam jejak) kemajuan keberhasilan selama mengatasi masalah pembelajaran terdokumentasikan secara baik sehingga bermanfaat untuk merumuskan Standard Operating Procedure (SOP) yang apabila ditiru (replikasi) oleh guru yang lainnya memperoleh hasil yang sama.

Salah satu tahapan penting agar pembelajaran bisa menjadi salah satu best practice, yaitu evaluasi diri. Evaluasi terhadap cara atau strategi yang telah dilaksanakan, hasil (output  dan outcome), dan apabila memungkinkan mengevaluasi dampaknya. Dari hasil evaluasi tersebut, guru mampu menemukan kesenjangan antara pembelajaran yang telah dilakukan dengan teori pembelajaran, termasuk kesenjangan keberhasilannya sehingga muncul ide dan motivasi untuk menutup kesenjangan tersebut dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil penelitian, misalnya penelitian tindakan kelas, belum bisa dikatagorikan sebagai best practice karena dalam mengimplementasikan hasil penelitian banyak faktor lain yang mungkin terjadi dan mempengaruhi tingkat keberhasilan, sehingga indikator best practice (ciri sebuah best practice) tentu belum bisa kelihatan. Dengan demikian, best practice guru, merupakan sebuah publikasi ilmiah yang memaparkan hal ihwal pengalaman terbaik yang telah dilakukan selama melaksanakan tugas-tugasnya dalam pembelajaran termasuk mengatasi masalah jika ada, dengan ciri-ciri:  (1) inovatif, (2) outstanding result, (3) keberhasilan lestari, (4) mampu menjadi model, (5) memberi inspirasi, dan (6) ekonomis serta efisien.

Contoh Best Practice Guru/Kepala Sekolah:

1.    Pengalaman terbaik “mengembangkan program peningkatan mutu pendidikan”.

2.    Pengalaman terbaik “menangani anak anak nakal di sekolah”.

3.    Pengalaman terbaik “mendisiplinkan guru dan murid”.

4.    Pengalaman terbaik  “mengantarkan anak didiknya berkali kali menjadi juara ...”.

PePengalaman terbaik “mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan teknik...”


C.   Kerangka Isi Makalah Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru

Dalam buku Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar (2016: 67-68) dicantumkan sistematika Makalah Tinjauan Ilmiah dan Laporan Best practice sebagai berikut.

 

 

Kerangka Isi Makalah Tinjauan Ilmiah di Bidang Pendidikan Formal

dan Pembelajaran

 

1.    Bagian Awal

Terdiri dari Halaman Judul; Lembar Persetujuan; Kata Pengantar; Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Lampiran; serta Abstrak atau Ringkasan.

2.    Bagian Isi

Umumnya terdiri dari beberapa bab, yakni:

  1. Bab Pendahuluan yang  menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat.
  2. Bab Kajian/Tinjauan Pustaka
  3. Bab Pembahasan Masalah yang didukung data berasal dari satuan pendidikannya. Yang harus disajikan pada bab ini adalah kejelasan ide atau gagasan asli penulis yang terkait dengan upaya pemecahan masalah di satuan pendidikannya (di sekolah/madrasahnya).

3.    Bab Kesimpulan

4.    Bagian Penunjang:

Memuat Daftar Pustaka dan Lampiran data yang digunakan dalam melakukan tinjauan atau gagasan ilmiah

 

Kerangka Isi Laporan Best Practice

1)    Bagian Awal

Terdiri dari Halaman Judul; Lembar Persetujuan; Kata Pengantar; Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Lampiran; serta Abstrak atau Ringkasan.

2)    Bagian Isi

Umumnya terdiri dari beberapa bab, yakni:

  1. Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat.
  2. Bab Kajian/Tinjauan Pustaka.
  3. Bab Pembahasan Masalah yang didukung data berasal dari satuan pendidikannya. Cara pemecahan  masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah, termasuk hambatan hambatan yang harus diatasi yang dituangkan secara rinci. (Hal yang sangat perlu disajikan, pada bab ini, adalah keaslian, kejelasan ide/gagasan, dan kecemerlangan ide terkait dengan upaya pemecahan masalah di sekolah/ madrasahnya. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice.

3)    Bab Kesimpulan.

4)    Bagian Penunjang:

Memuat Daftar Pustaka dan Lampiran data yang digunakan dalam Best Practice.

 

 

Dari dua sistematika tersebut, persamaan dari kedua bentuk karya ilmiah tersebut adalah sama-sama terdiri atas empat bab. Selain itu, tulisan tersebut berawal latar belakang masalah dan rumusan masalah. Karena ada rumusan masalah, tentu ada solusi atau cara yang ditempuh untuk mengatasi masalah. Selain itu, kedua tulisan itu memuat kajian teori/pustaka.

Yang membedakannya adalah pada tinjauan ilmiah pembahasan masalah harus memuat kejelasan ide atau gagasan asli si penulis yang terkait dengan upaya pemecahan masalah di satuan pendidikannya atau di sekolahnya. Gagasan tersebut harus didukung data-data yang ada di sekolah, namun tidak terlalu rinci menjelaskan langkah-langkah dan hambatan yang terjadi.

Pada best practice pembahasan memuat cara pemecahan masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah, termasuk hambatan-hambatan yang harus diatasi yang dituangkan secara rinci. Hal yang sangat perlu disajikan adalah keaslian, kejelasan ide/gagasan, dan kecemerlangan ide terkait dengan upaya pemecahan masalah di sekolah/madrasahnya. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice.

Jika Laporan Best Practice Guru akan dilombakan, ikutikah sistematika yang ditetapkan oleh penyelenggara. Namun, apabila akan digunakan untuk mendapatkan angka kredit, gunakan kerangka isi sebagaimana aturan yang ada.

 

D.   Bukti Fisik dan Besaran Angka Kredit Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru

 

Kegiatan guru dalam publikasi ilmiah yang berupa makalah tinjauan ilmiah/best practice di bidang pendidikan formal harus dibuktikan dengan:

1.    Makalah asli atau fotokopi dengan surat pernyataan tentang keaslian dari kepala
sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap
sekolah/madrasah bersangkutan.

2.    Surat keterangan dari pengelola perpustakaan sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa arsip dari buku/jurnal/makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan sekolah/madrasahnya.

Besaran angka kredit tinjauan Ilmiah/best practice dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan, adalah 2.

 

E.    Langkah-langkah Penyusunan Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru

 

Dengan mencermati sistematika Makalah Tinjauan Ilmiah dan Best Practice Guru, dapat dijelaskan langkah-langkah penyusunan tinjauan ilmiah dan best practice, yaitu:

1.    Menemukan atau merasakan adanya masalah

Berbeda dengan PTK yang masalahnya harus ada di lingkup kelas, dalam tinjauan ilmiah dan best practice masalah bisa di satu kelas, di seluruh kelas dalam satu sekolah, atau di luar kelas, dapat berupa masalah pembelajaran atau di luar pembelajaran. Misalnya di sebuah sekolah, terdapat masalah terkait dengan budaya literasi yang belum terbentuk. Peserta didik malas membaca, diberi tugas membaca pun sering tidak dilaksanakan. 

2.    Menentukan solusi

Menentukan solusi haruslah logis, masuk akal, mudah dilaksana-kan, tidak memerlukan biaya yang tinggi, dan kreatif serta inovatif. Jika masalah terjadi dalam pembelajaran di kelas, guru dapat memilih solusi dengan memilih pendekatan, model, atau metode pembelajaran, menggunakan media, atau sumber belajar yang belum pernah digunakan sebelumnya. Model atau metode pembelajaran dapat dipilih dari yang sudah ada atau dapat memodifikasi atau menciptakan sendiri. Media yang digunakan juga dapat dipilih dari media yang sudah ada atau media yang diciptakan sendiri. Solusi untuk masalah di luar pembelajaran dapat ditentukan dengan teknik atau cara yang efektif, kreatif, namun ekonomis. Misalnya untuk mengatasi rendahnya budaya literasi di sekolah, kita dapat memilih solusi menerapkan program BCL (baca, cerita, lomba). BCL diterapkan dengan teknik setiap hari ada siswa yang ditunjuk harus bercerita dari hasil membaca, di akhir semester diadakan berbagai lomba literasi (baca puisi, resensi buku, menulis cerpen, dll.)

3.    Mengkaji pustaka

Mengkaji pustaka merupakan bagian yang harus dilakukan sebelum menulis, bahkan sebelum menentukan solusi. Kegiatan ini dilakukan dengan mencari buku atau bacaan yang relevan, membaca, mencatat teori atau pernyataan yang sesuai dengan topik yang akan ditulis. Setelah ada catatan, penulis mengutip dan menuliskan hasil kutipan dalam bab kedua. Menulis bab kedua bukan sekadar mengumpulkan kutian-kutipan, tetapi menganalisis, mengkaji, mengulas, dan menyimpulkan. Sering terlihat orang mengutip pendapat dari buku ke buku lain, namun tidak membahasnya. Akhirnya, tulisan tampak seperti tempelan-tempelan teori saja yang tidak bermakna.

Mencari pustaka kini tidak hanya dilakukan dengan membaca buku nyata, tetapi dapat dilakukan dengan membaca buku elektrinik (E-Book) yang dapat dicari dan ditemukan dari internet. Salah satu situs yang memuat jutaan buku misalnya: pdfdrive.net.

4.    Menerapkan solusi

Langkah berikutnya adalah menerapkan solusi yang telah dipilih berdasarkan teori yang dikaji. Kegiatan ini disertai dengan observasi, pencatatan, pengumpulan data, pendokumentasian. Berbagai kegiatan tersebut akan mempermudah penulis untuk mengumpulkan data, menganalisis, dan melaporkannya dalam bentuk tinjauan ilmiah ataupun best practice.

5.    Menganalisis data

Data yang telah dicatat, dipilih yang penting untuk dianalisis. Dari berbagai bentuk pencatatan, data dapat dihubung-hubungkan untuk kemudian disimpulkan sesuai dengan yang diprediksi atau ditargetkan sebelumnya.

6.    Menulis laporan lengkap

Semua yang telah dilakukan dan menunjukkan hasil sesuai dengan yang diharapkan ditulis dalam bab demi bab sesuai dengan sistematika yang ditentukan. Menulis laporan pastilah tidak sekali jadi. Harus melalui proses draf, revisi, dan finaslisasi. Yang harus diingat, jangan berhenti menulis dalam waktu yang lama karena yang demikian biasanya akan menjadikan lupa, malas, dan gagal.

7.    Langkah terakhir adalah mempublikasikannya. Untuk menjadikan tulisan kita menjadi artikel ilmiah, kita harus mengirimkannya ke jurnal ilmiah. Pilihlah jurnal yang sesuai dari mulai tingkatan yang rendah, baru ke yang tingkat tinggi jika sudah menjadi penulis yang andal. Tinjauan ilmiah dan best practice guru juga dapat didokumentasikan di perpustakaan sekolah, dengan dilengkapai Surat Pernyataan Keaslian dari Kepala Sekolah dan Surat Keterangan dari Perpustakaan Sekolah yang menyatakan bahwa karya itu telah diarsipkan di perpustakaan.

 

 

F.    Rambu-rambu Persyaratan Makalah Tinjauan Ilmiah yang Dapat Dinilai Angka Kreditnya

Makalah tinjauan ilmiah yang diajukan untuk memperoleh angka kredit dapat ditolak jika tidak sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan, yakni:

  1. Dinyatakan sebagai Tinjauan Ilmiah/Best Practice, namun belum mengikuti sistematika penulisan dan alur berpikir ilmiah sebagai karya tinjauan ilmiah sesuai dengan pedoman.

Disarankan memperbaiki publikasi ilmiah tersebut dengan memakai sistematika publikasi ilmiah tinjauan ilmiah atau best practice

  1. Dinyatakan sebagai Tinjauan Ilmiah/Best Practice, namun tidak dijumpai adanya data pendukung dan gagasan penulis dalam membahas/mengatasi masalah.
    Disarankan memperbaiki publikasi ilmiah tersebut dengan memakai sistematika publikasi ilmiah tinjauan ilmiah atau best practice.
  2. Dinyatakan sebagai tinjauan ilmiah namun isinya terlalu luas, tidak terkait dengan tugas penulis dalam mengembangkan profesinya.

Disarankan untuk membuat publikasi ilmiah baru, yang berisi atau mempermasa-lahkan permasalahan nyata di bidang pendidikan formal pada satuan pendidikannya yang sesuai dengan tugas guru yang bersangkutan.

 

Sebagai gambaran tentang karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi syarat isi, dalam buku Pedoman Kegiatan PKB dan Angka Kreditnya, diilustrasikan bahwa dalam praktik dijumpai banyak KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum, atau tidak berkaitan dengan permasalahan atau cenderung merupakan KTI yang membahas hal-hal yang terlalu umum, dan tidak mempunyai keterkaitan langsung dengan upaya kegiatan pengembangan keprofesian guru yang bersangkutan, tidak memberikan keterangan tentang kegiatan yang dilakukan di kelasnya, di kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. Mengapa demikian? Karena KTI semacam itulah yang paling mudah ditiru. KTI semacam itulah yang paling mudah dipakai kembali oleh orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya.

Sebagai contoh KTI yang berjudul: “Membangun Karakter Bangsa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler”. KTI tersebut sama sekali tidak memaparkan hal spesifik dari guru si penulis dan berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekolah/madrasah  atau kelasnya. Meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, bagaimana dapat diketahui bahwa tulisan tersebut adalah karya guru yang bersangkutan?

Untuk memperluas wawasan, berikut ini dicontohkan beberapa karya tulis berupa Best Practice Guru yang lolos sebagai finalis Lomba Best Practice Guru Tingkat Nasional:

1.    Pemanfaatan Edmodo dalam Pembelajaran Bahasa Inggrisdi SMKN 3 Metro, Ahmad Syafi’i

2.    Mengintegrasikan Kemampuan CAP Siswa melalui Pembelajaran PPKn Berbasis Portofolio, Yunia Fatonah, M.Pd.

3.    Best Practice Guru dalam Tugas Pembelajaran di Sekolah: Melalui Pembelajaran Kerja Ilmiah Partisipan Berwawasan Peningkatan Prestasi Bidang Teknologi Tepat Guna Siswa SMAN 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Lingkungan Sekitar,  Sovfan,S.Pd

4.    Pengembangan Komik Digital Berkarakter dan Berteknologi Kelas XI, SMA Negeri 1 Rambang Kuang, Edi Gumuntur, S.Pd., M.Pd.

5.    Alat Peraga Jangka Sorong Inovatif untuk Pembelajaran Fisika Di SMA, Heru Wahyudi, S.Pd., M.Eng., M.Pd.Si. SMA Islam 3 Pakem             

6.    Pembelajaran Saintifik dengan Media Katalog Geografi, Ana Widiyati, S.Si, M.Pd.

7.    Tes Berkelanjutan sebagai Persiapan Ujian Nasional Matematika, Nelly Yuliana, M.Pd., SMA 1 Koba  Kabupaten Bangka Tengah

8.    Metode Permainan Marathon Matematika untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas XI.IPA di SMA Negeri 1 Sungailiat, Ati Lasmanawati, M.Pd.

9.    Pembelajaran Menggunakan Skala Mikro pada Percobaan Reaksi Redoks pada Logam,  R. Tri Endah W, S.Si, Sma Negeri 5 Metro

10. Penggunaan Media Interaktif Menggunakan Adobe Flash 4 pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Peri Oktiarmi, M.Pd, SMK Negeri 1 Betara

11. Penggunaan Tari Martumba (Tarian Etnis Tapanuli) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Matauli Pandan pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia, Deden Rachmawan, S.Pd., MM.

12. Implementasi Pendidikan Inklusi dalam Mewujudkan Sekolah Ramah Anak melalui Layanan Pendidikan Integrasi di SDN Giwangan, Siyam Mardini, M.Pd. SD Negeri Giwangan, Yogyakarta, DIY

13. Mewujudkan Metamorfosis SDN 8 Mas melalui Manajemen Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Global,  Ida Ayu Putu Satyani, S.Pd. M.Pd. SD Negeri 8 Mas, Kab. Gianyar, Bali

14. Peran Gorong untuk Meningkatkan Kompetensi Guru, Preatasi Siswa dan Prestasi Sekolah di SDN Merjosari 4 Kota Malang, Drs. Winarto, M.Pd SDN Merjosari 4 Kota Malang, Jawa Timur

Judul-judul karya tulis tersebut mencerminkan bahwa masalah yang ditulis adalah masalah pembelajaran inovatif sesuai dengan mata pelajaran atau bidang yang diampu guru.

 

G.   Penutup

Melaksanakan kegiatan publikasi ilmiah dan best practice guru, termasuk menulis tinjauan ilmiah merupakan sebuah keharusan bagi guru profesional. Makalah tinjauan ilmiah berfungsi sebagai media untuk mendokumentasikan pengalaman terbaik guru dalam mengatasi masalah pembelajaran di sekolah. Selain itu, makalah tinjauan ilmiah bermanfaat juga sebagai sarana saling berbagi pengalaman antarguru.

Makalah tinjauan ilmiah dan best practice guru merupakan bentuk kegiatan publikasi ilmiah yang sebenarnya cukup mudah dilakukan guru dibandingkan dengan melaksanakan penelitian. Dibandingkan dengan prasaran ilmiah yang disampaikan pada forum ilmiah yang dihargai dengan angka kredit hanya 0,2, makalah tinjauan ilmiah dihargai cukup banyak, yakni 2. Oleh karena itu, mari kita tulis pengalaman terbaik dalam mengatasi masalah pendidikan atau pembelajaran. Selain bisa berbagi, guru juga akan memperoleh angka kredit untuk kegiatan publikasi ilmiah yang sudah menjadi persyaratan bagi guru sejak golongan III/b. Selamat mencoba.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Kemendikbud. (2014). Pedoman Lomba Penulisan Best Practice Guru dalam Pembelajaran. Jakarta, Direktorat Jenderal PMPTK.

 

Kemendiknas. (2010). Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya. Jakarta, Direktorat Jenderal PMPTK.

 

Kemendiknas. (2010). Pedoman Penilaian Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Jakarta, Direktorat Jenderal PMPTK.

 

Sukasmo. (2012). “Menulis Karya Ilmiah dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru” (Artikel) dalam www.m-edukasi.web.id.Media.Pendidikan.Indonesia diunduh tanggal 1 Februari 2014.

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar: