MENULIS ARTIKEL ILMIAH
Murwati
Widiani, M.Hum.
Pengawas
SMP
A.
Pendahuluan
Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjadi regulasi yang cukup penting
bagi guru. Pada undang-undang tersebut pemerintah telah memberi perhatian lebih
terhadap guru dengan memberikan fasilitas tunjangan profesi. Tunjangan profesi
itulah yang sudah mampu mengangkat harkat dan martabat guru. Guru
tersertifikasi mendapat sebutan guru profesional. Sekian banyak dana pemerintah
dialokasikan untuk guru profesional. Inilah yang membuat profesi guru mulai
diminati banyak kalangan, jauh berbeda dengan guru pada dekade 30 tahunan yang
lalu.
Konsekuensi
dari sebutan guru profesional, tidak berlebihan jika para guru dituntut untuk selalu
mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Salah satunya, mereka harus
suka menulis, melakukan penelitian, menuangkan ide, tinjauan yang terkait
dengan dunia yang digelutinya. Selain itu, guru juga dapat mendokumentasikan
pengalaman terbaiknya sebagai artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal. Dengan
menulis, guru dapat berbagi pengalaman, memberikan usul, saran, masukan untuk
kemajuan pendidikan secara ilmiah dan profesional. Di samping itu, secara
alamiah, guru juga sekaligus dapat memberikan contoh dan motivasi bagi peserta
didiknya.
Menurut
Permeneg-PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Juknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, artikel ilmiah dalam jurnal ber-ISSN merupakan
kegiatan publikasi ilmiah yang wajib dibuat guru berstatus PNS bergolongan IV/a
ke atas jika ingin mengusulkan kenaikan pangkat. Dengan kata lain, tanpa
memiliki artikel ilmiah dalam jurnal, seorang guru bergolongan IV/a ke atas
tidak dapat naik pangkat.
Inilah
salah satu hambatan yang banyak dirasakan guru dalam mencapai karier jenjang
guru yang lebih tinggi. Tidak mudah bagi sebagian besar guru untuk dapat
menulis artikel ilmiah dalam jurnal. Sukasmo (http://www.m-edukasi.web.id)
menyampaikan alasan guru tidak menulis, yaitu kurangnya pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan guru dalam menulis karya ilmiah, khususnya menulis artikel
ilmiah. Selain alasan tersebut, sebenarnya ada hal lain yang lebih mandasar,
yakni kurangnya minat dan motivasi guru untuk menulis artikel atau kurang
motivasi untuk naik pangkat. Banyak guru menganggap naik pangkat itu tidak
penting, apalagi jika dilihat dari rendahnya kenaikan gaji ketika guru naik
pangkat. Alasan lain yang biasa dilontarkan guru adalah minimnya waktu karena
beban pekerjaan guru sudah banyak sehingga guru merasa tidak sempat menulis.
Dari
beberapa faktor penyebab tersebut perlu ada solusi, yakni perlunya tambahan
pengetahuan dan keterampilan guru dalam menulis serta memunculkan motivasi guru
untuk suka menulis. Untuk memberikan sedikit bekal dan motivasi, tulisan
sederhana ini akan memaparkan konsep, sistematika, rambu-rambu persyaratan, dan
contoh judul artikel dalam jurnal ilmiah.
B.
Konsep Artikel Ilmiah
Artikel
ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi gagasan atau tinjauan
ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan yang
dimuat di jurnal ilmiah (Kemendiknas, 2010: 29). Ada dua kata kunci yang dapat
digarisbawahi dari definisi tersebut. Pertama isi artikel ilmiah haruslah
berupa gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran di satuan pendidikan. Kedua, tulisan itu harus dimuat di media
berbentuk jurnal ilmiah.
Sebelum
membahas isi artikel ilmiah, kita harus tahu terlebih dahulu konsep tentang
jurnal ilmiah. Menurut
wikipedia jurnal ilmiah merupakan salah satu jenis jurnal
akademik di mana penulis (umumnya peneliti) mempublikasikan artikel ilmiah
yang biasanya memberikan kontribusi terhadap teori atau penerarapan ilmu. Untuk
memastikan kualitas ilmiah pada artikel yang diterbitkan, suatu artikel biasa
diteliti oleh rekan-rekan sejawatnya dan direvisi oleh penulis, hal ini dikenal
sebagai peer review (review oleh orang-orang yang lebih
berkompeten).
Nabih Bawazir menulis pengertian jurnal berdasarkan
versi lain, yaitu jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk majalah yang
berisi bahan ilmiah yang diterbitkan untuk orang-orang dengan minat khusus
(misal: matematika). Awalnya jurnal dalam bentuk buku, namun seiring
berkembangnya teknologi informasi, jurnal kini juga diterbitkan dalam bentuk
elektronik, atau lebih dikenal dengan nama e-Journal. Jurnal biasanya diterbitkan 2-3 kali dalam setahun, beberapa
jurnal besar biasanya bisa lebih (www.nabihbawazir.com).
Menurut
Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Bagi Guru Pembelajar, artikel ilmiah termasuk salah satu
bentuk tulisan wajib yang harus ada ketika seorang guru mengajukan angka kredit
untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke atas. Dengan kata lain, jika
seorang guru bergolongan IV/a ingin naik pangkat ke IV/b, dia harus memiliki
minimal satu kegiatan publikasi ilmiah berupa artikel ilmiah atau artikel yang
dimuat di jurnal ber-ISSN. Oleh karena itu, sangatlah perlu seorang guru
belajar untuk memahami, berlatih, dan berupaya menulis artikel ilmiah dan
mengirimkannya ke jurnal ilmiah.
C.
Sistematika Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah
ber-ISSN dapat berupa Laporan Hasil Penelitian, atau Tinjauan Ilmiah/Best Practice di Bidang Pendidikan.
Bentuk dan sistematika artikel ilmiah tentu saja mengikuti gaya selingkung
jurnal yang kita pilih. Namun, disarankan memilih jurnal yang sistematikanya
tidak terlalu berbeda dengan pedoman yang berlaku. Jika berasal dari laporan
hasil penelitian (PTK), sistematikanya mengikuti laporan PTK. Jika berupa
tinjauan ilmiah di bidang pendidikan sekurang-kurangnya memuat komponen berikut
(Pedoman
Penilaian Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guna Mendukung
Pengembangan Profesi Guru Pembelajar/PPGP, 2016).
|
Bagian Awal: Judul, Abstrak
1. Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar
Belakang Masalah, Perumusan Masalah.
2.
Bab Kajian
Teori/Tinjauan Pustaka
3. Bab Pembahasan Masalah yang didukung data-data yang
ada di satuan pendidikannya. Yang sangat perlu disajikan pada bab ini adalah
kejelasan ide atau gagasan asli si penulis yang terkait dengan upaya
pemecahan masalah di satuan pendidikannya (di sekolahnya).
4. Bab Simpulan
Bagian Penunjang: Daftar Pustaka
|
Jika
berupa Best Practice, sistematikanya
sebagai berikut.
|
Bagian Awal: judul dan abstrak atau
ringkasan
1.
Bab
Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan, dan Manfaat
2.
Bab
Kajian/Tinjauan Pustaka
3.
Bab
Pembahasan Masalah yang didukung data berasal dari satuan pendidikannya. Cara
pemecahan masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara dalam
memecahkan masalah, termasuk hambatan hambatan yang harus diatasi yang
dituangkan secara rinci. (Hal yang sangat perlu disajikan, pada bab ini,
adalah keaslian, kejelasan ide/gagasan, dan kecemerlangan ide terkait dengan
upaya pemecahan masalah di sekolah/madrasahnya. Uraian ini merupakan inti
tulisan Best Practice.
4. Bab Kesimpulan.
Bagian Penunjang:
daftar pustaka
|
Dari
dua sistematika tersebut, persamaan dari kedua bentuk karya ilmiah tersebut
adalah sama-sama terdiri atas empat bab. Selain itu, tulisan tersebut berawal dari
latar belakang masalah dan rumusan masalah. Karena ada rumusan masalah, tentu
ada solusi atau cara yang ditempuh untuk mengatasi masalah. Selain itu, kedua
tulisan itu memuat kajian teori/pustaka. Yang membedakannya adalah pada bagian
pendahuluan tinjauan ilmiah tidak dilengkapi dengan tujuan dan manfaat
sebagaimana dalam best practice.
Selain itu, pada
tinjauan ilmiah pembahasan
masalah harus memuat kejelasan ide atau gagasan asli si penulis yang terkait
dengan upaya pemecahan masalah di satuan pendidikannya atau di sekolahnya.
Gagasan tersebut harus didukung data-data yang ada di sekolah, namun tidak
terlalu rinci menjelaskan langkah-langkah dan hambatan yang terjadi.
Pada best practice pembahasan
memuat cara pemecahan masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara
dalam memecahkan masalah, termasuk hambatan-hambatan yang harus diatasi yang
dituangkan secara rinci. Hal yang sangat perlu disajikan adalah keaslian,
kejelasan ide/gagasan, dan kecemerlangan ide terkait dengan upaya pemecahan
masalah di sekolah/madrasahnya. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice.
D.
Bukti Fisik dan Besaran Angka Kredit
Artikel Ilmiah
Jika
artikel ilmiah dalam jurnal ber-ISSN akan dinilaikan, bukti fisik yang
diperlukan untuk penilaian angka kredit adalah sebagai berikut.
1.
Jurnal
ilmiah asli atau fotokopi yang menunjukkan adanya nomor ISSN, surat keterangan
akreditasi untuk tingkat nasional, (atau surat keterangan bahwa jurnal tersebut
adalah tingkat nasional tetapi tidak terakreditasi), surat keterangan bila
jurnal tersebut diterbitkan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota, atau
tingkat lokal (kabupaten/kota/sekolah/ madrasah).
2.
Bila
satu artikel ilmiah yang sama dimuat di beberapa majalah/jurnal ilmiah, maka
yang dapat dinilai hanya satu dan dipilih artikel yang berpeluang angka
kreditnya terbesar.
3. Semua bukti fisik di atas memerlukan
surat pernyataan keaslian dari kepala sekolah/ madrasah yang disertai tanda
tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan.
Besaran
angka kredit artikel ilmiah dalam bidang pendidikan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1
Angka
Kredit Artikel Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Pengajaran
|
No
|
Jenis
Artikel Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Pengajaran
|
Angka
Kredit
|
|
1
|
Artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di
jurnal tingkat nasional terakreditasi
|
2
|
|
2
|
Artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan di muat di
jurnal tingkat nasional tidak terakreditasi atau tingkat provinsi
terakreditasi
|
1,5
|
|
3
|
Artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di
jurnal tingkat provinsi tidak terakreditasi atau tingkat lokal
(kabupaten/kota/sekolah/madrasah)
|
1
|
E. Rambu-Rambu
Persyaratan Artikel Ilmiah
Artikel
ilmiah yang diajukan untuk memperoleh angka kredit dapat ditolak jika tidak
sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan. Dalam buku Pedoman Penilaian
Kegiatan PKB dijelaskan bahwa ada dua alasan penolakan. Artikel ilmiah ditolak
jika:
1.
Dinyatakan
sebagai artikel ilmiah, namun isinya tidak sesuai dan tidak berisi gagasan atau
tinjauan ilmiah dalam pendidikan formal dan pembajaran di satuan pendidikannya.
Untuk penolakan ini disarankan untuk
membuat PUBLIKASI ILMIAH baru, yang berisi atau mempermasalahkan permasalahan
nyata di bidang pendidikan formal pada satuan pendidikannya yang sesuai dengan
tugas guru yang bersangkutan.
2.
Dinyatakan
sebagai artikel ilmiah, namun tidak disertai dengan bukti-bukti fisik yang
dipersyaratkan.
Untuk penolakan ini disarankan untuk
melengkapi bukti fisik atau membuat PUBLIKASI ILMIAH baru, yang berisi atau
mempermasalahkan permasalahan nyata di bidang pendidikan formal pada satuan
pendidikannya yang sesuai dengan tugas guru yang bersangkutan.
Sebagai
gambaran tentang karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi syarat isi, dalam buku Pedoman Kegiatan PKB dan Angka Kreditnya,
diilustrasikan bahwa dalam praktik dijumpai banyak KTI yang berisi uraian
hal-hal yang terlalu umum, atau tidak berkaitan dengan permasalahan atau
cenderung merupakan KTI yang membahas hal-hal yang terlalu umum, dan tidak
mempunyai keterkaitan langsung dengan upaya kegiatan pengembangan keprofesian
guru yang bersangkutan, tidak memberikan keterangan tentang kegiatan yang
dilakukan di kelasnya, di kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pengembangan profesinya. Mengapa demikian? Karena KTI semacam itulah yang
paling mudah ditiru. KTI semacam itulah yang paling mudah dipakai kembali oleh
orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya.
Sebagai
contoh KTI yang berjudul: “Membangun Karakter Bangsa melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler”. KTI tersebut sama sekali tidak memaparkan hal spesifik dari
guru si penulis dan berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekolah/madrasah
atau kelasnya. Meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, bagaimana dapat
diketahui bahwa tulisan tersebut adalah karya guru yang bersangkutan?
Berikut
ini adalah contoh judul-judul artikel ilmiah yang ditolak karena tidak terkait
langsung dengan sekolah/madrasahnya ataupun tentang mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
1.
Peranan
Pemberdayaan Sumberdaya Manusia terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
2.
Hubungan
Kepribadian Guru dengan Prestasi Belajar Siswa
3.
Peran
Orang Tua dalam Membangun Perilaku Anak.
4.
Wujud
Pendidikan Nilai dan Budi Pekerti di Sekolah
untuk Membentuk Kepribadian Siswa
5.
Konsep
Fullday School di Indonesia
6.
Membangun
Pendidikan Dasar yang Berkualitas dengan Konsep CBSA
7.
Masa
Depan Anak Ditentukan oleh Peran Keluarga dan Sekolah
8.
Potret
Pelaksanaan Otonomi Pendidikan di Indonesia
9.
Penilaian
Prestasi Hasil Belajar Siswa
10. Gambaran Guru yang Baik
11. Kajian tentang Sikap Profesional Guru
12. Peran Guru dalam Pelaksanaan
Administrasi Pendidikan Sekolah
13. Penggunaan Media Pembelajaran dalam
Micro Teaching
14. Kualitas Pendidikan dalam Upaya
Memngurangi Kekerasan Sosial
15. Manfaat Study Tour bagi Sekolah
16. Pembelajaran IPA di Era Globalisasi
17. Pembelajaran PIS Menentukan Kualitas SDM
Indonesia
18. Pembelajaran Matematika Menyongsong
Era Global
19. Kelemahan Pembelajaran IPA di Selolah
Lanjutan dalam Menghadapi Tantangan Global
20. Peranan Perpustakaan dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Adapun
contoh judul artikel ilmiah yang berisi gagasan terkait dengan pendidikan
formal dan pembelajaran di satuan pendidikan:
1.
Srampangan –
Sadumuk Saunine untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa tentang Basa Ngoko-Krama
Inggil Bahasa Jawa, Agung Vendi Setyawan SDN Tamanan 2
Kalasan, Jurnal Dikdaktika Pendidikan
Dasar Vol 2, No 1 (2018)
2.
Optimalisasi
Pembelajaran Konsep Tata Surya dengan Metode Penugasan Bertahap dan Terencana, Siti
Hajarwati, Jurnal Sagasitas Volume 2, No.2
3.
Penanaman
Karakter Disiplin, Tanggung Jawab, dan Cinta Tanah Air melalui Cermin Punakawan bagi Siswa Kelas V di
SD Tamanan 2 Kalasan, Agung Vendi
Setyawan, Jurnal Dwija Sembada Volume 3, Nomor 1, Juli 2018
4.
Media
Pembelajaran QR Code Pairing Card untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Kelas V SD Negeri Nyamplung Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017, Sidiq
Pramono, Jurnal Dwija Sembada Volume
2, Nomor 1, Agustus 2017
5.
Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi dengan Menggunakan Belimbing Mega pada
Siswa Kelas V SD Negeri Jambon 1, Jurnal Dwija
Sembada Volume 3, Nomor 1, Juli 2018
6.
Meningkatkan Hasil Belajar PPKn
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Sumiyadi – SD Piyungan,
Bantul, Jurnal Pendidikan (LPMP JOGJA) Volume VII/Nomor 02/Agustus 2016
7.
Penggunaan Semangka Matematika untuk
Meningkatkan Pengetahuan Bilangan Pecahan pada Siswa Kelas IV SD, Paimun, SDN Wonosari I Gunungkidul, Jurnal Pendidikan (LPMP JOGJA) Volume VIII/Nomor 01/April 2017
Contoh
judul-judul artikel ilmiah yang ditolak dan judul-judul artikel ilmiah yang
sesuai tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran untuk mulai memikirkan
gagasan, menuangkan gagasan dalam judul, dan mengembangkan judul menjadi sebuah
artikel ilmiah yang memenuhi persyaratan.
F.
Penutup
Artikel
ilmiah merupakan bentuk kegiatan publikasi ilmiah yang wajib dimiliki oleh
seorang guru yang sudah bergolongan IV/a ke atas. Tanpa artikel ilmiah (ditulis
di jurnal), mereka tidak dapat naik pangkat. Berbeda halnya dengan aturan
terdahulu, seorang guru dapat saja mengajukan kegiatan pengembangan profesi
dengan semuanya berbentuk diktat pelajaran atau satu jenis kegiatan/karya saja.
Oleh karena itu, mari kita tuangkan ide, gagasan untuk dikembangkan menjadi
artikel ilmiah.
Sudah
saatnya guru menulis. Tidak ada cara lain untuk dapat menulis sebuah artikel
ilmiah, kecuali dengan membaca banyak contoh, mencoba, dan berlatih. Menulis
bukan keterampilan yang alamiah dapat dikuasai seseorang. Menulis dapat
dikuasai seseorang melalui kegiatan berlatih dengan sungguh-sungguh. Namun
demikian, menulis bukanlah sebuah kompetensi yang sulit. Asal ada kemauan,
inshaa Allah di situlah seseorang memperoleh kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud. (2016). Pedoman Penilaian Kegiatan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar
(PPGP).
Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud. (2016). Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar.
Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud. (2016). Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar (PPGP).
Nabih
Bawazir.(2012). Apa itu Artikel Jurnal Ilmiah?. www.nabihbawazir.com.
diunduh tanggal 1 Februari 2016.
Sukasmo.
(2012). “Menulis Karya Ilmiah dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru”
(Artikel) dalam www.m-edukasi.web.id.Media.Pendidikan.Indonesia
diunduh tanggal 1 Februari 2016.